Cerita Korban Fantasi Cabul Chiko Semarang Alami Trauma: Burnout dan Hopeless

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 24 Okt 2025 13:38 WIB
Siswa SMAN 11 Semarang demo di dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul pakai AI, Jumat (24/10/2025). Foto: Dok. Siswa SMAN 11 Semarang
Semarang -

Aksi alumnus SMAN 11 Semarang, Chiko Raditya Agung Putra, melakukan pelecehan seksual berbasis digital membuat para korbannya trauma. Bahkan, ada yang mengaku sampai berhati-hati mengunggah foto di media sosial.

Hal ini diungkap salah satu korban, H (18), yang fotonya turut disebarkan oleh Chiko di akun X-nya. Meski unggahannya tidak dimanipulasi secara vulgar, H mengaku tetap merasa dilecehkan karena pelaku menyebarkan foto dan videonya dengan caption bernada cabul di media sosial.

"Foto dan video saya diunggah di Twitter sama Drive. Nggak diedit pakai AI kayak korban lain, tapi dikasih caption yang melecehkan, kayak '(nama korban) udah gede ya sekarang,' tapi ngarahnya ke bagian (tubuh) tertentu," kata H saat ditemui di depan SMAN 11 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Jumat (24/10/2025).

H mengaku pertama kali tahu fotonya disebar di medsos pada 6 Oktober lalu. Saat itu, ia diberi tahu temannya yang melihat unggahan mencurigakan di X yang memuat foto-foto dirinya dan para korban yang kebanyakan merupakan alumni SMAN 11 Semarang.

"Awalnya saya belum tahu kalau itu ada foto dan video saya. Terus teman saya ngasih tahu, ternyata ada foto sama video saya banyak di situ. Dari situ saya kaget, setelah saya cek akunnya ternyata beneran ada dan banyak, sudah di-upload dari tahun lalu," ungkapnya.

Setelah mengecek lebih lanjut, H mendapati banyak wajah teman-temannya juga terpampang di akun tersebut, sehingga ia pun menghubungi teman-temannya. Menurutnya, foto-foto itu diambil dari media sosial pribadinya seperti Instagram dan TikTok.

"Kalau yang saya itu (fotonya) diambil dari medsos. Kan saya mutualan di Instagram sama dia (Chiko), terus kalau saya bikin story itu di-screenshot sama dia, dimasukin ke drive sama Twitter itu. Bahkan dari TikTok saya juga," tuturnya.

Akibat tindakan yang dilakukan Chiko, H mengaku sempat mengalami gangguan psikologis setelah mengetahui dirinya menjadi korban. Bahkan kasus ini sempat membuatnya kehilangan semangat belajar dan takut membuka media sosial.

"Waktu kasus keluar kebetulan saya lagi UTS, jadi sangat amat mengganggu proses belajar saya. Dan beberapa waktu yang lalu saya sempat sampai burnout, udah di titik hopeless," ujarnya.

"Tapi sekarang kayak alhamdulillah udah membaik. Cuma kalau kondisi sekarang, kalau ngejelasin kronologi suka masih gemeteran," sambungnya.

Meski menjadi korban, H juga mengaku memilih tidak melapor melalui pihak sekolah. Sebab, ia merasa tidak ada dukungan berarti, sehingga memilih untuk mengambil langkah hukum.

"Kalau ke sekolah saya belum lapor karena sudah tahu sendiri tabiatnya sekolah kayak gimana, kita sudah kayak lepas tangan. Lebih pilih langsung ke ranah hukum," kata dia.

"Saya penginnya sih pelaku dapat hukuman yang setimpal-timpalnya, entah apapun itu. Pokoknya saya nggak peduli dia mau diapain, yang penting dapat hukuman yang setimpal-timpalnya," sambungnya.

Ia kini didampingi tim hukum independen bersama korban lainnya. Para korban disebut tak mau kasus berhenti begitu saja. Mereka takut Chiko akan kembali melakukan hal serupa jika tak ditindak tegas.

H dan para korban juga menuntut Fakultas Hukum (FH) Universitas Diponegoro (Undip), tempat Chiko kini belajar, bisa memberi sanksi maksimal kepada pelaku.

"Harapannya juga kalau dari FH Undip mungkin bisa di-DO, karena kalau dibiarin ya nggak guna juga, dia di sana udah nggak belajar, orang kelakuannya aja kayak gitu. Miris banget, dia belajar hukum tapi nggak mencerminkan norma hukum sama sekali," tegasnya.




(apu/ahr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork