Alumni Korban Fantasi Cabul Chiko Kecewa Dilarang Gabung Demo SMA 11 Semarang

Alumni Korban Fantasi Cabul Chiko Kecewa Dilarang Gabung Demo SMA 11 Semarang

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 24 Okt 2025 11:46 WIB
Para alumnnus dilarang masuk ke SMAN 11 Semarang saat ada unjuk rasa siswa soal kasus Chiko edit foto cabul, Jumat (24/10/2025).
Para alumnnus dilarang masuk ke SMAN 11 Semarang saat ada unjuk rasa siswa soal kasus Chiko edit foto cabul, Jumat (24/10/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Alumni SMAN 11 Semarang kecewa tak diperbolehkan bergabung dalam aksi demo para siswa terkait kasus pelecehan seksual berbasis digital yang dilakukan alumnus bernama Chiko Raditya Agung Putra. Aksi demo para siswa itu berlangsung di dalam sekolah.

Menurut alumni, korban edit foto cabul pakai Artificial Intelligence (AI) itu kebanyakan dari pihak alumni. Pantauan detikJateng, alumni itu hanya berdiri di depan gerbang SMAN 11 Semarang sejak pagi.

Beberapa alumni meminta satpam untuk masuk, tetapi tak diperbolehkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nggak boleh (masuk)," kata satpam di SMAN 11 Semarang, Jumat (24/10/2025).

Para alumni dan awak media pun akhirnya hanya bisa menunggu dari luar gerbang. Tampak para siswa demo membawa banyak poster tuntutan. Juga terlihat ada mobil pegawai Disdikbud Jateng.

ADVERTISEMENT

"Ini bisa dilihat gerbangnya tetap ditutup. Artinya tidak ada niat diri pihak sekolah untuk membuka kasus itu, kemarin bilang bilang katanya kalau mau masuk harus ada surat," kata salah satu perwakilan alumni, Naila (19) kepada detikJateng di SMAN 11 Semarang.

"Berarti yang kemarin untuk klarifikasi Chiko di ruang kepala sekolah itu hanya untuk membersihkan nama Kepala Sekolah sendiri. Kami belum puas," lanjutnya.

Ia mengatakan, para alumni hanya ingin mengetahui kelanjutan kasus yang menimbulkan puluhan korban itu. Namun mereka justru dilarang masuk.

"Tapi kebetulan kami di sini malah nggak boleh masuk, padahal korban sendiri banyak dari alumni. (Korban) Siswa yang angkatan 26 sedikit doang. Malah yang banyak angkatan 25 dan siswa sekolah luar. Tapi di sini kita nggak boleh masuk. Karena dipikir ingin tambah memprovokasi," ungkapnya.

Hal itu lantas membuat geram para alumni. Mereka menganggap sekolah menutup-nutupi kasus tersebut dan tidak memberi bantuan bagi para korban.

"Kalau dari kita kita juga bingung nuntut sekolah gimana karena kita di sini posisinya sebagai alumni. Kita sekarang minta tolong sama BEM FH Undip dan kasus ini juga sudah masuk polisi," ungkapnya.

"Jelas kita merasa tercoreng, apalagi Chiko angkatan saya. Teman-temannya juga menganggap Chiko sebagai anak yang baik, bisa dipercaya, segala macam. Ini banyak teman kelasnya Chiko," lanjutnya.

Ia menyebut, para alumni merasa resah karena Chiko masih berkeliaran dan belum diamankan pihak berwenang. Mereka hanya berharap Chiko bisa mendapat sankai tegas.

"Harapannya pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal yang bisa bikin dia jera. Dia juga harus minta maaf ke seluruh korban. Karena banyak banget korban yang belum dapat keadilan," harapnya.

"Terus ingin sekolah lebih mengayomi, bukan masalah kita udah nggak sekolah di sini, tapi kita dapat perlakuan ini juga saat masih sekolah di sini," lanjutnya.

Salah satu korban yang turut hadir, H (18) juga mengaku sangat kecewa dengan langkah yang diambil pihak sekolah. Menurutnya, sekolah seharusnya melindungi dan memfasilitasi para korban.

"Kalau ditanya puas nggak, pasti nggak sama sekali, karena perjanjian awal pelaku akan klarifikasi di lapangan di lapangan sekolah dan bisa disaksikan oleh semua warga sekolah dan para korban. Tapi pada nyatanya dia malah klarifikasi secara tertutup," ujarnya.

"Nggak make sense banget. Dia seenaknya baca klarifikasi, di-upload, dan kita harus menerima kenyataan kayak gini. Kan nggak adil. Dari sekolah juga rasanya menutup-nutupi dan rasanya kayak menyulitkan kita untuk menyelesaikan masalah ini," lanjutnya.

Ia mengaku sukit berkomunikasi dengan pihak sekolah sehingga akhirnya memilih untuk membawa kasus ini ke ranah hukum. Ia juga mengaku belum pernah berkomunikasi dengan dinas terkait.

"(Komunikasi dengan sekolah?) Sulit, kayak apa diulur-ulur. Jadi kita kayak malah nambah marah juga, malah nambah lama. Akhirnya ya udahlah lepas aja kita serahin ke tim hukum," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, alumnus SMA Negeri 11 Semarang bernama Chiko bikin geger usai melakukan pelecehan seksual berbasis digital. Ia diduga menyebarkan konten pornografi berbasis Artificial Intelligence (AI) dengan memanipulasi wajah siswi dan seorang guru di sekolahnya dulu.

Kasus itu bermula dari cuitan di akun media sosial X dengan username @col***. Ia mengungkap adanya dugaan pelecehan yang dialami banyak korban. Disebutkan pelaku merupakan mahasiswa di salah satu universitas negeri di Semarang.

"aku di sini mau speak up tentang kasus yang lagi rame tentang pelecahan seksual," tulis akun @col***, dilihat detikJateng, Selasa (14/10/2025).

Akun itu menjelaskan, kasus bermula saat pelaku bertukar akun Instagram kedua dengan mantan kekasihnya. Saat itu ia menangkap layar dari cerita akun Instagram teman mantan kekasihnya itu.

Para korban disebut saling kenal satu sama lain, dan disinyalir merupakan siswa SMAN 11 Semarang. Para korban pun merasa trauma hingga akhirnya pelaku sempat didatangi beberapa pihak.

"semalam, waktu di samperin temen" lain dan di buka hp nya chiko, ternyata dia punya 10 akun email yang ternyata isinya masih banyak sekali foto dan video deep fake AI tidak senonoh," jelasnya.

Kasus itu juga diunggah akun Instagram @dinaskegelapan_kotasemarang. Dalam akun itu disebutkan, pelaku diketahui membuat dan menyebarkan lebih dari 300 unggahan cabul di platform X (Twitter) serta menyimpan sekitar 1.100 video hasil rekayasa wajah di Google Drive.

"Dari hasil penelusuran, lebih dari 300 postingan bermuatan tidak senonoh telah diunggah di platform Twitter (X), sementara di Google Drive pelaku tersimpan lebih dari 1.100 video hasil manipulasi wajah menggunakan teknologi Al," tulis akun @dinaskegelapan_kotasemarang.

"Hingga kini, sedikitnya 5 siswi dan 1 guru dari SMAN 11 Semarang telah teridentifikasi menjadi korban. Aksi bejat ini baru terungkap pada awal Oktober 2025, meski akun pelaku telah aktif sejak tahun 2023," lanjutnya.

Halaman 2 dari 2
(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads