Siswa Desak Kepala SMAN 11 Semarang Mundur Buntut Kasus Chiko Edit Foto Cabul

Siswa Desak Kepala SMAN 11 Semarang Mundur Buntut Kasus Chiko Edit Foto Cabul

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Jumat, 24 Okt 2025 12:32 WIB
Siswa SMAN 11 Semarang demo di  dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul  pakai AI, Jumat (24/10/2025).
Siswa SMAN 11 Semarang demo di dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko edit foto cabul pakai AI, Jumat (24/10/2025). Foto: Dok. Siswa SMAN 11 Semarang
Semarang -

Siswa SMAN 11 Semarang kembali demo terkait kasus pelecehan seksual berbasis digital yang dilakukan alumnus Chiko Raditya Agung Putra. Siswa menuntut kejelasan penanganan kasus ini. Mereka juga mendesak kepala sekolah mundur dari jabatan karena dinilai tidak transparan.

Pantauan detikJateng di SMAN 11 Semarang, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang, Jumat (24/10/2025), demo digelar sejak pukul 07.30 WIB tadi. Pihak alumni dan awak media tak diperkenankan satpam untuk masuk ke kawasan sekolah.

Dalam video yang diterima detikJateng, tampak para siswa berseragam pramuka itu berkumpul di halaman sekolah. Poster tuntutan dibentangkan di tengah lapangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suara mereka juga dituliskan dalam puluhan sticky note yang ditempelkan di papan sekolah. Beberapa bertulisan 'Roro Out', '#KorbanButuhKeadilan', 'Bandar Korupsi', '#LengserkanRoro'.

Siswa SMAN 11 Semarang demo di  dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul  pakai AI, Jumat (24/10/2025).Siswa SMAN 11 Semarang demo di dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul pakai AI, Jumat (24/10/2025). Foto: Dok. Siswa SMAN 11 Semarang

Poster berukuran besar bertulisan 'Usut Tuntas Smanse Gelap', 'Lekas Sembuh, Kami Bersama Korban', hingga 'Kejelasan Mediasi?' juga dipasang di kawasan sekolah. Di tengah para siswa tampak hadir kepala sekolah, pegawai Disdikbud Jateng, dan guru SMAN 11 Semarang.

ADVERTISEMENT

Awak media akhirnya bisa mewawancarai salah satu siswa kelas XII yang berorasi, Albani Telanai P, dari balik gerbang sekolah.

Ia mengatakan, aksi kedua ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap sikap pihak sekolah dan Dinas Pendidikan yang dinilai pasif dalam mendampingi korban. Sebelumnya, aksi serupa sempat digelar pada Senin (20/10).

"Tadi kita ngelakuin aksi kedua untuk memperjelas tuntutan kemarin, soal mediasi tertutup karena banyak ketidakjelasan dari dinas maupun kepala sekolah terkait mediasi kemarin," kata Albani seusai demo.

"Dinas dan kepala sekolah tidak turut serta dalam pelaporan kasus dan bahkan tidak menangani korban. Mereka hanya memberikan ruang saja kepada korban untuk melapor, tapi tidak ingin ikut campur atau tidak turun langsung," lanjutnya.

Siswa SMAN 11 Semarang demo di  dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul  pakai AI, Jumat (24/10/2025).Siswa SMAN 11 Semarang demo di dalam sekolah terkait kasus alumnus Chiko editfotocabul pakai AI, Jumat (24/10/2025). Foto: Dok. Siswa SMAN 11 Semarang

Menurut Albani, banyak korban yang takut melapor karena tidak mendapat dukungan pendampingan dari pihak sekolah maupun dinas. Padahal, ia menilai seharusnya sekolah dan dinas memastikan adanya perlindungan sehingga korban berani melapor.

"Kalau hal ini terjadi terus-menerus, ya sudah dipastikan tidak akan ada yang melapor," ujarnya.

Ia juga menilai klarifikasi yang sempat dilakukan Chiko dan difasilitasi pihak sekolah tidak menyelesaikan masalah. Siswa meminta adanya klarifikasi secara terbuka, tapi Chiko justru diberi ruang klarifikasi tertutup.

Tak hanya itu, Albani menyebut para siswa menuntut kepala sekolah, Rr Tri Widiyastuti, mundur dari jabatannya karena dianggap tidak transparan dan menutup-nutupi kasus.

"Sekarang kita meminta kejelasan untuk tanggung jawab apa yang sudah dikatakan kepala sekolah dan kita juga menuntut untuk lengsernya jabatan kepala sekolah yang sekarang," tegasnya.

"Kita menuntut kepala sekolah lebih fair ke kita. Kalau nggak ada yang mau fair dengan kita, ya kita tuntut untuk dia turun dari jabatannya. Kepala sekolah seharusnya bisa lebih transparan ke kita terkait permasalahan-permasalahan seperti ini," lanjutnya.

Ia juga menyoroti pembatasan akses bagi alumni dan wartawan yang ingin memantau perkembangan kasus di sekolah. Banyaknya masalah yang muncul dari kasus ini membuat siswa kehilangan kepercayaan kepada sekolah.

"Sekarang ada perkumpulan korban, termasuk siswa-siswa yang masih sekolah dan alumni. Mereka punya lawyer sendiri yang tidak ada kaitannya dengan dinas dan kepala sekolah," ungkapnya.

"Kemarin saya sarankan untuk ikut ke lawyer, karena dinas dan kepala sekolah nggak jelas arahnya mau ke mana. Kalau lawyer sudah jelas, kemarin juga sudah ada 10 orang yang melapor. (Siswa kehilangan kepercayaan kepada sekolah dan dinas?) Betul," sambungnya.

Ia menegaskan para siswa akan terus menyuarakan kasus ini terlepas dari potensi adanya tekanan dari berbagai pihak.

"Sejauh ini sih belum ada ancaman. Kita kalau misalkan di SP1 pun kita bakal up kasus ini. Kita akan menyuarakan kebenaran dengan berani," tegasnya.

Awak media telah berusaha meminta konfirmasi dari pihak sekolah maupun Disdikbud Jateng yang berada di dalam sekolah saat aksi demo siswa berlangsung. Tapi awak media tetap tak diperkenankan masuk. detikJateng juga telah menghubungi Kepala SMAN 11 Semarang namun tidak direspons.

Sebelumnya, Kepala SMAN 11 Semarang, Rr Tri Widiyastuti buka suara soal tudingan bahwa sekolah menutup-nutupi kasus pelecehan berbasis digital yang dilakukan alumninya, Chiko Radityatama Agung Putra. Ia menyangkal menutup-nutupi kasus dan sudah mempercayakan proses kepada dinas terkait.

"Tidak, tidak ada menutup-nutupi. Kami juga terbuka, informasi kami gali terus dari Waka, dari guru, kami berdialog dan berdiskusi masalah ini. Jadi, sekolah tidak ada melakukan tertutup," kata Roro di Disdikbud Jateng, Kamis (23/10).

Ia juga menyangkal jika para korban yang merupakan alumni merasa tidak dibantu oleh pihak sekolah dan justru dilempar-lempar. Menurutnya, pihaknya terbuka jika ada korban yang ingin melapor.

"Kami juga sudah meminta kepada kesiswaan dan tim sekolah untuk bersama-sama, kalau ada korban yang sampai ke sekolah, akan kami fasilitasi. Kemudian kalau menghendaki lanjut, juga kami fasilitasi," tuturnya.

"(Sudah ada yang melapor?) Belum ada. (Sikap sekolah?) Kami tentu berpihak kepada korban, karena kami juga tidak menyetujui tindak asusila seperti itu. Bagaimanapun sekolah adalah tempat untuk membentuk karakter yang baik. Dengan adanya tindak asusila itu mencoreng karakter baik," lanjutnya.




(dil/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads