Dalang kondang asal Sukoharjo, Ki Anom Suroto tutup usia pada Kamis (23/10/2025). Ki Anom Suroto wafat di usia 77 tahun meninggalkan 8 anak dan 18 cucu.
Pemakaman Ki Anom Suroto dilakukan di hari yang sama. Para pelayat datang dan juga mengantarkan jenazah dikebumikan di samping makam ayahnya di Klaten.
Sempat Dirawat 5 hari
Putra Ki Anom Suroto, Jatmiko, mengatakan ayahnya sudah lima hari dirawat di RS dr Oen Kandang Sapi, Solo. Ayahnya dilarikan ke rumah sakit usai mengalami serangan jantung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sakit jantung, sudah lima hari (dirawat), meninggal jam 7 pagi tadi di RS dr Oen Solo," katanya dihubungi detikJateng, Kamis (23/10/2025).
Selain di serangan jantung, Ki Anom Suroto juga mempunyai riwayat diabetes. Ia mengatakan, selama dirawat di rumah sakit, Ki Anom Suroto berada di ruang ICU.
"Sudah ada riwayat bapak, diabetes, dirawat di ICU," ungkapnya.
Kumpulkan Anak Sebelum Wafat
Putra Ki Anom Suroto, Jatmiko mengatakan sempat berbincang dengan ayahnya saat masih sadar di hari Rabu (22/10) dan mendapat pesan untuk melanjutkan perjalanan Ki Anom Suroto. Ia menjelaskan, selama seminggu sebelum berpulang, Ki Anom Suroto mengumpulkan anak-anaknya. Ki Anom Suroto juga berpesan agar anak-anaknya saling rukun.
"Sama (pesan) anak-anak rukun nggak boleh ada yang berkelahi. Seminggu sebelum meninggal mengumpulkan anak-anaknya," ungkapnya.
Jatmiko mengaku dirinya mendampingi saat Ki Anom Suroto menghembuskan napas terakhir. Ia juga menalkinkan Ki Anom Suroto.
"Tadi pagi nggak bisa ngendiko (ngomong), saya bimbing beliau, saya sama Bu Anom ke sana. Saya bimbing, alhamdulillah bapak bisa membaca Allah Allah gitu," pungkasnya.
Putra Ki Anom Suroto lainnya, Ki Bayu Aji Pamungkas mengatakan sempat berbincang dengan sang ayah sebelum wafat. Ayahnya bahkan sempat mengungkapkan pamit.
"Beliau masih sempat suluk, masih sempat mejang (wejangan) dan terakhir saya sempat pamit bahwa saya besok mau ndalang ke Magetan besok malam saya itu, Bapak hanya bilang hati-hati. Aku tak ndelok saka kadohan, bapak sesok lunga adoh (besok aku tak melihat dari kejauhan, bapak besok pergi jauh)," katanya di rumah duka.
Seniman-Politisi Melayat
Sejumlah seniman hingga politisi seperti Bupati Sukoharjo Etik Suryani, mantan Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo melayat dalang kondang Anom Suroto di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Mereka berbaur dengan ratusan pelayat yang datang.
Dari pantauan detikJateng, Bupati Etik Suryani datang didampingi Wakil Bupati Sukoharjo Eko Sapto Purnomo. Sementara sejumlah seniman yang datang ada Kirun, Yati Pesek, Endah Laras, Toni Belok Kiri, hingga Erick Estrada.
Mantan Wali Kota Solo FX Rudy mengatakan, kehilangan sosok seniman besar. Menurutnya Almarhum adalah sosok pemersatu seniman, khususnya dalang.
"Dia tokoh seniman yang luar biasa, bisa mempersatukan seniman-seniman khususnya pedalangan dan pengrawit di karesidenan Surakarta. Saya secara pribadi kehilangan sosok seniman yang punya prestasi yang luar biasa," ucap Rudy.
Seniman Yati Pesek menuturkan, dia dan seniman yang lain pernah mengajukan Hari Kebudayaan Nasional (HKN) ke Kementerian Kebudayaan. Pemerintah pun menetapkan 17 Oktober sebagai HKN.
Saat peringatan pertama HKN, Anom Suroto datang. Dalam acara itu, ada pertunjukan wayang dan ketoprak.
"Itu saya keluar dari panggung (usai pertunjukan ketoprak) saya temui Mas Anom, saya pegang tangannya, saya ucapkan terima kasih kepada Mas Anom. Dia tersenyum terus melihat saya. Kalau saya joget, Mas Anom senang melihat saya," ucap Yati.
"Pagi tadi saya mendapat kabar, Mas Anom meninggal. Saya syok, karena tidak hanya ini saja, kalau ada wayang kulit ada bintang tamu saya sering bersama Mas Anom. Kita sering bekerja bareng-bareng, saya tidak menyangka Mas Anom seda (meninggal)," tambahnya.
Jenazah Diiringi Gamelan Sesuai Wasiat
Suasana haru dan khidmat menyelimuti prosesi persemayaman jenazah maestro dalang Ki H. Anom Suroto di Ndalem Timasan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Suara gamelan lirih mengalun di antara isak tangis dan doa untuk Anom Suroto.
Menurut keterangan salah satu abdi sekaligus pengrawit senior yang turut mengiringi prosesi, Sarmadu Sabdo Utomo, iringan gamelan yang dimainkan merupakan pesan terakhir Ki Anom Suroto sebelum wafat. Pesan ini disampaikan Anom kepada putranya Bayu Aji.
"Malam sebelum meninggal, beliau masih sempat berpesan kepada Mas Bayu, putranya: 'Pras, kalau saya tidak ada, mohon disuluk Patet Lindur,'" tutur Sarmadi saat diwawancarai di rumah duka, Kamis (23/10/2025).
Suluk Patet Lindur dikenal sebagai suluk pergantian dari Patet Nem ke Patet Sanga, menggambarkan perjalanan manusia menuju akhir hayat.
"Bapak kalau mayang itu selalu pakai patet ini. Teksnya menggambarkan orang akan kembali. Jadi ketika disulukkan, seolah-olah itu jadi tanda perpisahan," ujar Sarmadi.
Usai tembang Patet Lindur, prosesi dilanjutkan dengan tabuhan Gending Layu-Layu, karya dalang legendaris Ki Narto Sabdo. Gending tersebut lazim dimainkan dalam pagelaran wayang ketika seorang tokoh atau pahlawan gugur.
"Memang diperuntukkan untuk pahlawan yang gugur, kalau dalam wayang seperti itu, misalkan ada pahlawan gugur menggunakan iringan gendeng layu-layu itu," jelas Sarmadi.
Baca Dikebumikan di Samping Makam Ayah di halaman berikutnya....
Dikebumikan di Samping Makam Ayah
Jenazah Ki Anom Suroto dikebumikan di Juwiring, Klaten persis di samping makam ayahnya Ki Sadiyun Hardjodarsono.
Makam Ki Anom Suroto berada di paling barat di trap atas di samping ayahnya. Urutan di kompleks makam tersebut dari barat ke timur, Ki Anom Suroto, Ki Sadiyun Hardjodarsono (ayah), Hj Sawini (ibu) dan Ki Warsena Slenk (adik).
Makam Ki Sadiyun Hardjodarsono di batu nisan batu pualam tertulis meninggal 28 September 1997. Sedangkan Sawini tertulis meninggal pada 1 Mei 2019 dan Warsena Slenk meninggal pada 12 Desember 2024.
Di trap bawah makam Ki Anom Suroto adalah makam adik-adiknya. Kompleks makam keluarga Ki Anom Suroto sendiri berada di utara makam umum Depokan, Desa Juwiring, Kecamatan Juwiring, Klaten.
Kompleks makam berupa bangunan joglo berlantai keramik. Berada di tepi jalan desa tidak jauh dari jalan raya Delanggu - Juwiring.
Adik ipar Ki Anom Suroto, Subowo Puspo Harjono menyatakan almarhum dimakamkan di pemakaman keluarga. Ki Anom Suroto mengapit ayah dan ibunya bersama adiknya Ki Warsena Slenk.
"Paling kanan makam Ki Warseno Slenk, kemudian ibu Sawini ibunya pak Anom dan Warseno Slenk, kemudian Ki Sadiyun Hardjodarsono dan paling barat mas Anom Suroto," ungkap Subowo kepada detikJateng, Kamis (23/10/2025).
Indonesia kehilangan tokoh kebudayaannya yang telah mengharumkan nama bangsa sampai mancanegara. Selamat jalan Ki Anom Suroto.
Simak Video "Video: Kecelakaan Karambol di Tol Gayamsari Semarang, 8 Orang Terluka"
[Gambas:Video 20detik]
(aap/apl)











































