Aliansi mahasiswa Semarang menggelar aksi 1 Tahun Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabubing Raka di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah (Jateng). Mereka menyoroti program makan bergizi gratis (MBG) hingga masalah upah murah di Jateng.
Pantauan detikJateng, para mahasiswa tiba di Jalan Pahlawan, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, sekitar pukul 15.00 WIB. Mereka membawa poster bertuliskan 'Selamat 1 Tahun Pencitraan Nasional', '#1TahunTerlaluCukup', '10.482 Siswa Keracunan MBG', 'Rakyat Selucu Ini Dapat Pemerintah Zalim'.
Mereka tampak memakai almamaternya masing-masing. Batang pohon pisang yang ditempeli foto Prabowo-Gibran diletakkan di depan gerbang Kantor Gubernur Jateng. Salah satu dari mereka juga terlihat membawa kura-kura.
"Kenapa kita membawa kura-kura, karena selama ini pemerintah lamban dalam menyelesaikan permasalahan," kata Ketua BEM Undip, Aufa Atha Ariq, yang datang membawa kura-kura, Senin (20/10/2025).
Tak hanya itu, mereka juga melakukan aksi tabur bunga dan membawa nisan yang menandakan matinya hati nurani Prabowo-Gibran. Selebaran berjudul 'Perayaan Satu Tahun Pagebluk' juga dibagikan kepada peserta demo.
"Perayaan Satu Tahun Pagebluk. Genap satu tahun penderitaan dan kesewenang-wenangan ini terawat subur. Kelakar otoritarianisme juga ikut serta melengkapi pancaroba kekuasaan di negara kita," tuturnya.
"Sekarang ini bukan hanya teriakan yang terdengar, rintih tangis pun bersahut-sahutan merayap pada dinding gendang telinga setiap manusia. Ingat! Setiap manusia. Pemerintah tidak termasuk dalam kategori itu," lanjutnya.
Koordinator lapangan aksi, Fakhrian Fawwazki, yang juga menjabat Menteri Sosial dan Politik BEM KM Unissula mengatakan aksi tersebut digelar untuk menyoroti berbagai janji pemerintahan yang dinilai belum ditepati serta menuntut reformasi di berbagai sektor.
"Hari ini tepat satu tahun kepemimpinan rezim Prabowo Subianto. Banyak sekali tuntutan masyarakat yang belum terpenuhi," ujar Fakhrian.
Ia menjelaskan mahasiswa membawa sejumlah tuntutan utama yakni reformasi hukum, agraria, dan kepolisian. Menurutnya, sistem hukum di Indonesia belum sepenuhnya berpihak pada rakyat, sementara persoalan agraria masih menyisakan banyak ketimpangan, terutama di Jawa Tengah.
"Kami tahu banyak masyarakat yang masih berjuang atas hak tanahnya. Selain itu, reformasi Polri juga penting karena banyak kawan kami masih ditahan dan mencari keadilan," tegasnya.
Fakhrian juga menyoroti persoalan di Jawa Tengah seperti upah minimum provinsi (UMP) yang masih rendah, jalan Pantura yang rusak dan menimbulkan banjir rob, hingga armada truk sampah yang tak layak pakai.
"Banjir rob masih terus menelan korban, jalan rusak belum diperbaiki, truk sampah pun tidak layak. Padahal kami sudah sempat audiensi dengan wali kota, tapi realisasinya nihil," kata Fakhrian.
Selain itu, Fakhrian menilai program prioritas pemerintahan seperti makan bergizi gratis (MBG) justru belum tepat sasaran.
"Program MBG seharusnya menyejahterakan rakyat, tapi malah muncul kasus anak keracunan makanan. Sementara pendidikan dan kesehatan yang seharusnya jadi prioritas malah diabaikan," ujar dia.
Ia juga mengaku, ada ketakutan di kalangan mahasiswa setelah beberapa aksi sebelumnya berakhir ricuh, dan banyaknya kasus kriminalisasi terhadap mahasiswa.
"Banyak mahasiswa sekarang takut bergerak karena aparat sering memukul massa aksi. Kami ingin buktikan kalau mahasiswa masih bisa bergerak dengan damai dan kreatif," ujarnya.
Oleh karenanya, kata Fakhrian, aksi kali ini pun menjadi ajang 'sidang rakyat' untuk menampung keluhan masyarakat.
Tampak para mahasiswa beberapa kali meminta untuk masuk ke Kantor Gubernur Jateng dan melaksanakan sidang rakyat. Namun, hingga pukul 17.00 WIB, para mahasiswa tidak diperbolehkan masuk dan terus melanjutkan orasi di Jalan Pahlawan.
Simak Video "Video Momen Gibran Sambut Kepulangan Prabowo Seusai Lawatan 4 Negara"
(afn/ams)