Sebanyak 200 tentara Amerika Serikat (AS) dikerahkan ke Israel untuk memantau kesepakatan gencatan senjata. Komando pusat akan mendirikan "pusat koordinasi sipil-militer".
Dilansir detikNews dari Aljazeera, pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan 200 pasukan itu dikerahkan di Israel. Nantinya "pusat koordinasi sipil-militer" akan memfasilitasi bantuan kemanusiaan, logistik, dan keamanan di Gaza.
Pejabat itu menjelaskan tidak ada pasukan AS yang akan dikirim ke wilayah Palestina tersebut. Pasukan tersebut akan menjadi bagian dari tim yang terdiri dari negara-negara mitra, lembaga swadaya masyarakat, dan pelaku sektor swasta. Sedangkan AS mengerahkan sekitar 100 tentara ke Israel tahun lalu untuk membantu mengoperasikan sistem pertahanan udara Israel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah mengumumkan Israel dan Hamas telah menandatangani tahap satu perjanjian Gaza. Israel disebut akan menarik pasukannya ke batas yang disepakati.
"Saya bangga mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menandatangani tahap pertama rencana perdamaian kami," kata Trump.
"Ini berarti semua tahanan akan segera dibebaskan, dan Israel akan menarik pasukannya ke garis yang disepakati, sebagai langkah pertama menuju perdamaian yang kuat, langgeng, dan berkelanjutan," imbuh Trump.
Trump, lewat akun media sosial Truth Social miliknya menyebut "semua pihak akan diperlakukan secara adil".
"Ini adalah hari yang luar biasa bagi dunia Arab dan Islam, bagi Israel, bagi semua negara tetangga, dan bagi Amerika Serikat. Kami berterima kasih kepada para mediator dari Qatar, Mesir, dan Turki yang telah bekerja sama dengan kami untuk mencapai peristiwa bersejarah dan belum pernah terjadi sebelumnya ini. Seluruh apresiasi kami sampaikan kepada para pembawa perdamaian," tandas Trump.
(aap/ahr)