Warga di Perumahan Sinar Waluyo, Kelurahan Kedungmundu, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang, direpotkan dengan ulah salah satu warga yang menutup jalan kampung menggunakan seng. Bahkan, penutupan Jalan Sinar Mas VII itu sudah dilakukan selama berbulan-bulan.
Meski masih ada jalan lain yang bisa diakses, warga yang kesal dan terganggu dengan ulah pemilik rumah kemudian mengadukan hal tersebut ke polsek setempat dan meminta difasilitasi untuk mediasi. Adapun mediasi berlangsung hari ini.
Kapolsek Tembalang, Kompol Kristiyastuti Handayani mengatakan pihaknya memang menggelar mediasi itu atas permintaan warga perumahan.
"Ada jalan umum ditutup dengan menggunakan seng dan ada beberapa material yang mengganggu menutup jalan umum," kata Kristiyastuti saat ditemui detikJateng usai mediasi, Minggu (5/10/2025).
"Izin dari masyarakat juga tidak ada. Sementara kami bersama pak lurah dan pak RW mencoba untuk mediasi dengan beliaunya dan juga istrinya namun demikian kami belum mendapatkan kesepakatan," sambungnya.
Tyas, sapaan akrabnya, menyebut Ari menutup jalan itu dengan alasan sedang membangun rumah. Namun, penutupan jalan itu belum mendapatkan izin dari warga sekitar sehingga menimbulkan polemik.
Tetangga yang terdampak langsung dari penutupan jalan, Bowo (43) mengatakan jalan sudah tidak bisa dilewati sejak beberapa bulan belakangan karena ditutup dengan sampah dan batu besar. Kondisi diperparah karena warga tersebut akhirnya menutup akses jalan itu menggunakan seng sejak kemarin.
"Kalau jalan sudah ndak bisa dilewati itu sudah beberapa bulan ini, karena ditutup sampah, ditutup batu-batu besar biar ndak ada aktivitas ke sana," kata Bowo.
Dia menjelaskan warga yang menutup akses jalan itu diketahui bekerja sebagai pengepul sampah. Selama ini warga cukup bersabar dengan gangguan bau sampah dan lalat yang ditimbulkan. Persoalan penutupan jalan ini membuat warga semakin terganggu.
"Bau sampah itu kita (mencium baunya) setiap hari. Saya nggak pernah ngurusi, saya nggak pernah gimana-gimana, yang saya komplainkan baunya (sampah). Bahkan saya mau ada acara di rumah pun juga harus saya pindah ke gedung, sampai seperti itu karena bau sampahnya," jelas Bowo.
Ketua RW setempat, Herudianto mengatakan warga tersebut memang sudah sering membuat warga sekitar merasa tidak nyaman. Pria itu disebut sulit diajak berkompromi sehingga permasalahan ini tak kunjung tuntas.
"Kejadian (penutupan jalan dan sampah) ini sudah berulang kali, kita sudah laporan ke dinas terkait, dari Pak Lurah, DLH (Dinas Lingkungan Hidup), Puskesmas, Polsek Tembalang, tapi tetap masih berulang terus," kata Herudianto.
"Kita tahu kondisi yang bersangkutan itu tidak bisa diajak untuk berkompromi, jadi kita sulit menemukan jalan yang tepat. Kecuali kalau beliau itu bisa kita ajak omong baik mungkin ada jalan. Tapi ini sudah kita carikan jalan, kita ajak ngomong ya nggak bisa. Kalau kita ajak omong kita cenderung dimusuhi, diajak main preman," tambahnya.
Herudianto membenarkan warga memiliki usaha yang berkaitan dengan sampah. Menurutnya, warga yang menutup jalan itu memang sudah lama tinggal di lingkungannya namun merupakan warga yang tertutup dengan masyarakat sekitar.
"Memang usahanya begitu (berkaitan dengan sampah). Kita sebenarnya nggak melarang warga berusaha, itu memang lahan makannya dia. Tapi kita berharap tidak merugikan warga yang lain," tutur Heru.
"Itu mungkin warga paling sepuh di sini, jadi sudah paling lama. Saya masuk ke sini di (tahun) 2005, dia sudah jauh-jauh (tinggal di sini sebelum saya). Saya jadi (ketua) RW 9 tahun juga (dia) nggak pernah bermasyarakat baik, jadi nggak pernah kumpul, atau beriuran, atau kerja bakti itu nggak pernah. Tertutup betul," pungkasnya.
Adapun detikJateng juga meminta tanggapan kepada warga yang menutup jalan yang bernama Ari itu usai mediasi. Namun yang bersangkutan enggan ditemui wartawan.
Simak Video "Video: Dasco Tegaskan Tunjangan Perumahan DPR Dihentikan Sejak 31 Agustus"
(ahr/ahr)