Dinkes Sangsi Siswa SDN 1 Ungaran Keracunan Puding Basi, Sebut soal Psikologis

Dinkes Sangsi Siswa SDN 1 Ungaran Keracunan Puding Basi, Sebut soal Psikologis

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Kamis, 02 Okt 2025 13:14 WIB
Petugas SPPG menyiapkan Makan Siang Gratis (MBG) (Antara Foto/Andry Denisah)
Ilustrasi Makan Siang Gratis. Foto: Ilustrasi Makan Siang Gratis (Antara Foto/Andry Denisah)
Semarang -

Puluhan siswa SDN 01 Ungaran, Kabupaten Semarang, mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG). Diduga penyebabnya dari puding yang sudah basi. Begini respons Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang mengenai hal tersebut.

Kepala Dinkes Kabupaten Semarang, Dwi Saiful Noor Hidayat mengataka penyelidikan atas dugaan keracunan MBG di SDN 1 Ungaran masih berlangsung. Pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab pasti karena hasil uji laboratorium belum keluar.

Kendati demikian, Dwi menilai gejala yang dialami 20 siswa kelas 4 SDN 01 Ungaran itu lebih condong ke faktor psikologis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saya katakan itu lebih ke dampak psikologis. Habis makan yang satu bilang pusing, namanya anak-anak kecil (bilang) 'jangan-jangan habis makan', 'aku yo mumet,' mungkin itu yang dirasakan mereka," kata Dwi saat dihubungi detikJateng, Kamis (2/10/2025).

Meski begitu, pihaknya tetap menunggu hasil pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti kejadian ini. Menurut dia, hingga saat ini tidak ada laporan kasus serupa di sekolah lain di Kabupaten Semarang.

ADVERTISEMENT

28 SPPG Tak Punya Sertifikasi Higienis

Dwi menjelaskan, hingga kini 28 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayahnya baru dalam tahap pengajuan. Belum ada satu pun SPPG itu yang mengantongi Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS).

"(Sudah ada berapa SPPG tersertifikasi?) Kalau yang sertifikasi sekarang baru pengajuan semua, ada sekitar 28 SPPG," kata Dwi.

Sebagai langkah antisipasi buntut dugaan keracunan MBG di SDN 01 Semarang, Dwi menegaskan, Dinkes akan memperketat pengawasan dapur penyedia MBG.

"Evaluasi kita menyeluruh, walaupun itu belum tentu penyebabnya dari dapur. Ada baiknya semua dapur di Kabupaten Semarang hati-hati," tuturnya.

"Setiap dapur harus menerbitkan mengajukan surat laik sehat, higiene dan sanitasi. Itu persyaratan kan lebih diperketat. Ya ada baiknya juga, ada hikmahnya juga," sambungnya.

Dwi juga menekankan, perlunya evaluasi menyeluruh bagi semua dapur MBG. Ia meminta seluruh SPPG lebih berhati-hati dalam setiap tahapan pengolahan makanan, mulai dari pemilihan bahan, penyimpanan, proses memasak, hingga penyajian.

"Mohon untuk SPPG hati-hati, mulai dari pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, ketika bahan itu diracik, ketika memasak, ketika penyajian semua harus hati-hati. Lebih diperhatikan lagi termasuk dalam pencucian alat, transportasi, dan sebagainya," tandasnya.

Dwi menambahkan, dari 28 dapur yang ada, masing-masing mengelola sekitar 3.000 porsi setiap hari. Hingga saat ini belum ada sekolah di Kabupaten Semarang yang menolak program MBG.

"Nggak ada yang menolak. Total penerima MBG itu 28 SPPG dikali 3.500-an. Sudah banyak," pungkasnya.

Dugaan Puding Basi MBG

Diberitakan sebelumnya, puluhan siswa SDN 01 Ungaran, Kabupaten Semarang, mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG di sekolah.

Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Semarang, Joko Sriyono sudah mengecek ke sekolah, Selasa (30/9/2025). Ia mengaku telah melihat puding berwarna hijau yang sebelumnya sudah dimakan puluhan siswa kelas 4 SDN 01 Ungaran.

"Dugaan sementara waktu itu yang terjadi di SDN 01 Ungaran itu dari pudingnya. Dari puding itu kelihatannya sudah basi, karena saya lihat baunya juga sudah asam. Itu juga yang diambil sampel pemeriksaan di lab," kata Joko saat dihubungi detikJateng, Kamis (2/10/2025).

Joko menjelaskan, para siswa mengonsumsi puding tersebut selepas pelajaran olahraga. Tak lama kemudian, mereka mengalami gejala mual dan pusing.

"Dampaknya anak-anak itu pusing dan mual-mual. Ada tiga yang sampai dilarikan ke rumah sakit karena muntahnya lebih banyak, bahkan ada satu yang sempat sesak napas," ujarnya.

Menurut Joko, selain puding, menu MBG yang dibagikan saat itu juga ada nasi, tahu, rendang, lalapan, dan sayur sawi. Namun, gejala dialami siswa setelah menyantap puding.

"Itu puding kan dibagikan dari dapur untuk semua. Tapi yang makan duluan anak-anak yang habis olahraga itu, yang lain nggak makan. Setelah itu banyak yang nggak dimakan pas saya di sekolahan itu," kata dia.

"Kalau sudah dimakan semua ya banyak (yang bergejala). Itu kemungkinan panas terus ditutup. Pudingnya itu bau dan berbusa," lanjut Joko.




(dil/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads