Para wali santri Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, yang roboh mengeluhkan proses evakuasi. Mereka meminta penanganan dipercepat, dan menyinggung kondisi korban yang mulai berbau menyengat.
Salah satu wali santri, M Sholeh (43), warga Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, mengaku resah karena hingga hari ketiga setelah kejadian, dia belum menerima kejelasan terkait nasib anaknya, Ahmad Suhaepi. Ahmad, santri Kelas 1, diduga masih tertimbun reruntuhan.
Sholeh menyayangkan lambannya penanganan tim SAR di lokasi kejadian. Menurutnya, penggunaan alat berat seharusnya bisa dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi para korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah tiga hari dari hari Senin kami menunggu, tapi alat berat belum juga digerakkan. Katanya takut roboh atau tambah ambles. Tapi baunya sudah menyengat, tolong segera dieksekusi," ujar Sholeh saat ditemui di lokasi, Rabu (1/10/2025), dilansir detikJatim.
Sholeh mengatakan, banyak wali santri yang ingin memastikan nasib buah hati atau kerabat mereka. Namun, pihak Basarnas belum memberikan penjelasan langsung atau menyampaikan kondisi terkini para korban.
"Kami sebagai orang tua sudah pasrah, sudah ikhlas. Tapi, jangan dibiarkan begitu saja. Dari atas itu bisa diambil puing-puingnya, apalagi dari selatan ada celah," sambungnya dengan suara lirih.
Sholeh mengungkap Ahmad baru tiga bulan mondok di sana, dan terakhir kali komunikasinya dengan keluarganya adalah satu minggu lalu. Sholeh mengaku sudah tidak sanggup menahan perasaan menunggu kabar yang tak kunjung datang.
"Datang ke sini cuma buat foto-foto dokumentasi. Kami ini minta tolong betul, bukan buat laporan-laporan. Kalau memang sudah tidak selamat, tidak apa-apa, yang penting segera dikeluarkan dari runtuhan," ucapnya sambil menahan tangis.
Ia berharap presiden dan seluruh jajaran pemerintah segera turun tangan agar proses evakuasi bisa dipercepat, demi ketenangan batin para keluarga korban.
"Kami minta tolong banget ke bapak presiden, biar wali santri ini bisa tenang. Jangan tunggu pimpinan Basarnas terus. Ini bukan soal prosedur saja, tapi soal kemanusiaan," pungkasnya.
Hingga berita ini diturunkan, proses evakuasi di lokasi masih berlangsung secara manual dengan keterbatasan alat dan akses.
(apu/afn)