Warga Semarang beberapa hari terakhir mengeluhkan suhu udara yang terasa sangat panas. BMKG Ahmad Yani Semarang menyebut fenomena ini dikarenakan posisi matahari sedang berada tepat di atas Pulau Jawa.
Menurut Google Weather, suhu udara di Ibu Kota Jawa Tengah (Jateng) hari ini mencapai 34 derajat Celsius dengan kelembaban mencapai 74 derajat dan indeks UV ekstrem.
Prakirawan BMKG Ahmad Yani Semarang, Haris Syahid Hakim, menjelaskan wilayah Jateng sudah memasuki musim hujan. Namun, belakangan suhu terasa lebih panas bahkan mencapai 35 derajat, dipicu oleh gerak semu matahari yang kini berada di wilayah selatan khatulistiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang untuk saat ini posisi matahari persis di atas atau berdekatan dengan Pulau Jawa. Jadi wajar kalau akhir September hingga awal Oktober suhu udara terasa lebih panas," kata Haris saat dihubungi detikJateng, Senin (29/9/2025).
Ia menyebut faktor posisi matahari itu lah yang membuat masyarakat masih merasakan teriknya matahari. Namun, biasanya setelah siang panas, maka sore atau malam hari bisa turun hujan.
"Karena memang dari faktor panas, penguapan, kan jadi sore hari atau nggak malam harinya terjadi hujan. Nanti mungkin mulai masuk pertengahan Oktober ataupun November itu baru suhunya sudah turun kembali," jelasnya.
Menurut catatan BMKG, suhu udara tertinggi di Semarang pernah terjadi pada Oktober 2015 yang mencapai 39,5 derajat. Namun, Haris menilai tahun ini tidak akan sampai setinggi itu.
"Kalau tahun ini sepertinya tidak sampai 39 derajat. Prediksi maksimal sekitar 37-38 derajat seperti tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
"Kemungkinan tahun ini tidak sampai 39. Karena memang dari segi faktor tutupan awan, ini bertepatan juga dengan masuknya gerak semu matahari," lanjutnya.
Haris menambahkan wilayah Jateng bagian tengah seperti pegunungan sudah mulai merasakan hujan merata sejak Agustus. Sementara daerah Pantura seperti Pati, Rembang, dan Jepara biasanya lebih lambat memasuki musim hujan.
"Memang di wilayah Jawa Tengah bagian timur seperti Rembang, Pati, Jepara, sekitarnya seperti delay (tertunda), memang wilayah situ selalu belakangan," ungkapnya.
BMKG pun mengimbau masyarakat tetap menjaga kesehatan di tengah suhu panas yang ekstrem.
"Kalau beraktivitas di luar ruangan gunakan pelindung seperti topi, jaket, atau tabir surya. Selain itu, waspadai potensi hujan sore hingga malam hari," ujar Haris.
Salah satu warga Semarang, Fauzi (28), mengaku merasakan cuaca panas Kota Semarang beberapa hari terakhir. Ia bahkan sempat ingin memasang AC.
"Aku kemarin sudah merasakan sampai 36 derajat. Tahun lalu di bulan sama aku beli kipas besar, karena sebelumnya kipasnya kecil. Sekarang ingin nyewa AC kalau ada, karena puncak panasnya memang di bulan-bulan ini," kata Fauzi kepada detikJateng.
Sementara itu, salah satu karyawan swasta asal Jogja, Uli (36), mengaku memutuskan untuk pindah kos di Kota Semarang karena tak tahan dengan cuaca panas. Sebelumnya ia memilih kos dengan kipas angin, tetapi kini memilih kos dengan AC.
"Rasanya panas banget Semarang belakangan, karena udah nggak kuat lagi WFH di kos, aku pindah kos yang AC walaupun masa kosku belum habis. Rugi sedikit nggak apa-apa daripada stres," tutur Uli.
(ams/ahr)