Monumen Mbah Gesang Merana di Kebun Binatang, Keluarga Usul Dipindah

Monumen Mbah Gesang Merana di Kebun Binatang, Keluarga Usul Dipindah

Tim detikJateng - detikJateng
Rabu, 24 Sep 2025 13:15 WIB
Potret Monumen Gesang tampak terbengkalai dan tertutup ilalang, Selasa (23/9/2025).
Potret Monumen Gesang tampak terbengkalai dan tertutup ilalang, Selasa (23/9/2025). Foto: Dok. detikJateng.
Solo -

Monumen Tirta Gesang atau Monumen Mbah Gesang kondisinya begitu merana di Kawasan Solo Safari. Tidak hanya tak terawat, tetapi patung maestro keroncong itu juga berada di rerimbunan rumput ilalang yang tumbuh subur. Pihak keluarga pun menyayangkan kondisi tersebut dan mengusulkan agar monumen itu dipindah.

Pantauan detikJateng pada Selasa (23/9/2025), Monumen Mbah Gesang terletak di pojok akses keluar Solo Safari. Pengunjung kudu memutar jika hendak menengok monumen tersebut.

Pengunjung dapat melewati monumen tersebut dengan menaiki buggy car karena aksesnya di ujung. Pejalan kaki juga dapat melintas, tetapi banyak dari mereka memotong jalan dan melalui danau buatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Monumen Mbah Gesang hanya tampak setengah badan. Monumen tersebut terletak di dekat kantor Perumda Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) dan Bengawan Solo Park milik Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWS).

Dulunya akses menuju monumen tersebut cukup mudah sebelum menjadi Solo Safari. Kala itu, kondisi monumen itu terbuka dan berada di tengah lapak pedagang saat masih bernama TSTJ.

ADVERTISEMENT

Saat ini pengunjung tidak dapat melihat monumen itu jika tidak mendekat dan hanya tampak rerumputan ilalang yang menjulang tinggi.

General Manager (GM), Solo Safari, Yustinus Sutrisno, menjelaskan untuk mengerjakan Monumen Mbah Gesang pihaknya menunggu dana Corporate Social Responsibility (CSR). Trisno menerangkan monumen tersebut masuk ke pembangunan tahap ketiga.

"Monumen Gesang sudah masuk dalam perencanaan, tapi kami masih menunggu CSR, masuk ke pembangunan tahap tiga," kata Trisno dihubungi detikJateng, Selasa (23/9).

Dia menjelaskan, tahap ketiga bakal difokuskan pada pengerjaan Monumen Mbah Gesang, meski area kolam keceh dan Bengawan Solo Park belum tersentuh.

"Kolam keceh dan Bengawan Solo Park masih ada kerja sama dengan pihak lain, dengan TSTJ. Kalau itu sudah selesai diserahkan ke kita barulah nanti dipikirkan kira-kira apalagi yang bisa kita buat di area itu. Karena area lainnya saat ini boleh dibilang sudah sudah terisi," ungkapnya.

Gambar untuk merevitalisasi Monumen Mbah Gesang telah dikantongi Solo Safari. Trisno menyebut Detail Engineering Design (DED) telah diserahkan ke DPRD Solo.

"Kemarin kita kita sounding ke Pak Sugeng yang dari DPRD Komisi 4 kemarin sudah kita presentasikan dan beliaunya juga cukup mengapresiasi apa yang sudah kita rencanakan gitu," pungkasnya.

Keluarga Usul Monumen Mbah Gesang Dipindah

Kondisi Monumen Mbah Gesang itu pun disayangkan pihak keluarga maestro keroncong Gesang Martohartono. Keponakan Gesang, Yani Effendi, menceritakan saat monumen tersebut diresmikan, tidak hanya berupa patung Gesang, tetapi juga dibangun tribun untuk bermain keroncong lengkap dengan tulisan selamat datang berbahasa Indonesia dan Jepang.

"Menyayangkan sekali sebenarnya, kan banyak ilalang ya, cuman patung sendiri sudah nggak ada apa-apa kan. Dulu tribune untuk penonton terus panggung untuk main keroncong sama gazebo, ada tulisan selamat datang juga bahasa Indonesia dan Jepang," kata Yani ditemui di kediamannya di Kampung Kemlayan, Selasa (23/9/2025).

Yani pun merasa kecewa atas kondisi Monumen Mbah Gesang yang tidak terawat. Dia pun merasa seakan Gesang yang merupakan maestro keroncong tidak dihargai.

"Ya kita menyayangkan dari pihak keluarga, kok seolah-olah Pak Gesang nggak ada harganya," ungkapnya.

Yani mengisahkan, orang Jepang yang mengagumi Gesang lah yang membuat monumen, terutama patung Gesang, pada 1990-an. Orang Jepang tersebut yakni Hirano Widodo.

"Jadi dulu kayak foundation Negara Indonesia dan Jepang, kan yang mengagumi Pak Gesang dari Jepang membuat patung berwujud Pak Gesang tahun 1991 atau 1990-an," bebernya.

Yani mengatakan, monumen itu dibangun lantaran kecintaan Hirano terhadap Gesang. Bahkan, lanjut Yani, beberapa kali Gesang tampil di Osaka, Jepang.

"Ya kecintaannya dengan Pak Gesang. Itu orang-orang Jepang itu sempat bikin yayasan dan Pak Gesang sering ke Jepang diundang ke sana, ke Osaka itu sering," tuturnya.

Seiring bergulirnya waktu, Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) beralih pengelolaan ke pihak swasta karena fungsi kawasan yang berubah. Yani pun menilai, perhatian terhadap area tersebut berkurang sejak saat itu.

"Mungkin konsepnya nggak nyambung ya. Kebun binatang dan tempat budaya keroncong, jadi kurang sinkron," ujarnya.

Keluarga Gesang pun berharap pemerintah kota, termasuk Wali Kota Solo, dapat mencurahkan perhatian lebih. Pihak keluarga mengusulkan agar patung dan fasilitas taman dapat dipindah ke tempat yang lebih layak jika lokasi sekarang dinilai tidak cocok.

"Kalau misalnya di Jurug nggak berkenan, ya dipindah saja. Misalnya ke sebelah selatan jembatan Jurug, kan ada taman terbuka yang bisa dimanfaatkan," terang Yani.

Yani mengatakan, warisan Gesang tidak hanya penting dilestarikan untuk keluarga, tetapi juga bagi masyarakat dan sejarah musik Indonesia.

"Selama ini warga nggak pernah diajak komunikasi soal ini. Kita prihatin, seolah-olah nggak dihargai," pungkasnya.




(apl/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads