Massa petani menggelar aksi unjuk rasa dalam rangka Hari Tani di kantor Bupati Pati. Mereka khawatir adanya tambang di wilayah Pegunungan Kendeng akan merusak lahan pertanian.
Pantauan detikJateng, massa datang di sekitar depan kantor Bupati Pati sekitar jam 10.00 WIB. Mereka datang menumpang truk. Setelah itu mereka berjalan di samping kantor bupati dan depan DPRD Pati.
Petani membawa berbagai spanduk dan poster berisikan seperti 'Sawah Habis di Negeri Agresif Sibuk Menambang dan Berkebun', hingga tulisan 'Selamatkan Kendeng'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"24 September ini merupakan hari tani layak untuk dirayakan bersama-sama," kata Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Gunretno kepada wartawan di lokasi, Rabu (24/9/2025).
![]() |
Dia mengatakan ada beberapa tuntutan terkait aksi siang ini, seperti penutupan belasan tambang di wilayah Pegunungan Kendeng. Menurutnya ada belasan tambang yang tidak berizin.
"Ada 17 titik tambang yang tidak berizin dan dari SDM ada empat yang berizin. Kami ingin bukti sejauh bukti yang berizin seperti apa. Ada 60 item yang harus dipenuhi penambang. Satu pun tidak dipenuhi oleh penambang, maka tambang itu layak dihentikan," jelasnya.
Menurutnya pendapatan asli daerah Pati tidak bisa mengembalikan dampak kerusakan akibat tambang atau galian C di wilayah Pegunungan Kendeng.
"Fakta dampak lingkungan di Pati selatan pendapatan asli daerah tidak bisa sedikit pun mengembalikan dampak lingkungan tersebut. Maka layak untuk dihentikan," jelasnya.
Gunretno juga khawatir terkait dengan rencana pendirian pabrik semen di Pati. Maka dia berharap tegas menolak izin pendirian pabrik semen.
"Di luar itu ada rencana pabrik semen di wilayah Pati Kendeng itu dari tahun 2006. Kami berharap ada pernyataan tegas dari Pak Bupati Pati dan pernyataan ini ditulis bahwa tidak ada penambangan di wilayah Pati Kendeng selatan," ujarnya.
Lebih lanjut Gunretno juga berharap kepada pemerintah agar menyelesaikan permasalahan petani Pundenrejo yang meminta tanah nenek moyangnya dikembalikan.
"Kasus Pundenrejo yang tidak hanya 30 tahun ini semoga pak bupati selaku pemimpin Kabupaten Pati memberikan rekomendasi kepada sedulur petani Pundenrejo untuk menyerahkan tanah 7,3 hektare kepada 99 warga Pundenrejo," jelasnya.
Salah satu petani, Darmini (45), mengatakan dengan sawah dia bisa menghidupi keluarga dan anak-anaknya. Setiap panen dia mengaku mendapatkan 3 ton jagung dan 2,5 ton padi.
"Anak saya sudah sarjana satu. Itu semua murni mengelola sawah saya. Kurang lebih hanya satu kotak. Alhamdulillah bisa menghidupi keluarga kami," kata Darmini ditemui di lokasi.
Dia mengaku resah saat ada kabar pendirian pabrik semen dan penambangan di Pegunungan Kendeng. Menurutnya adanya tambang akan merusak hasil tanam padi di wilayah Pegunungan Kendeng.
"Itu sangat meresahkan kami. Sebagai ibu banyak menggunakan air. Ketika ada isu penambangan sangat resah. Sampai kapan pun akan kami perjuangkan. Kita tolak tambang di Pati," jelasnya.
![]() |
Kapolresta Pati, Kombes Jaka Wahyudi, mengatakan ada ratusan personel mengawal jalannya aksi damai tersebut. Mereka bertugas mengamankan jalan aksi agar berlangsung aman dan kondusif.
"Kami sudah menyiapkan rencana pengamanan dengan detail sehingga pelaksanaan aksi bisa berlangsung aman dan tertib," jelasnya.
Ada ratusan personel yang dibagi tiga ring pengamanan. Ring pertama fokus di halaman DPRD Pati, lalu ada yang mengatur lalu lintas dan ring tiga ditempatkan pada jalur keberangkatan massa dari berbagai kecamatan.
"Dengan sistem ring ini potensi kerawanan bisa dipantau sejak dini," ujar dia.
(apl/ams)