Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Keluarga Alumni (DPP IKA) Unissula, Agus Ujianto, menerbitkan dekrit terkait polemik dugaan kekerasan yang melibatkan dokter RSI Sultan Agung dan dosen Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula). Ia meminta para alumni tak terprovokasi kabar viral itu.
Dalam dekrit yang ditujukan kepada seluruh alumni Unissula di berbagai belahan dunia itu, para alumni harus ikut menjaga nama baik almamater dengan cara-cara ilmiah, objektif, dan berlandaskan nilai keislaman. Ia mengingatkan agar para alumni dan sivitas akademika Unissula mampi mengendalikan diri berdasarkan data objektif.
"Sehingga tidak mudah terprovokasi media sosial yang menciptakan kondisi chaos, dengan menggunakan strategi proxy war," tulis Agus dalam dekrit yang diterima detikJateng, Rabu (17/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agus yang juga merupakan Direktur Utama RSI itu menilai, kondisi chaos di medsos itu bertujuan menghancurkan setiap upaya kemajuan yang diraih segenap Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) dan semua unit badan usaha yang dinaunginya.
Agus pun mendorong YBWSA untuk tetap fokus meningkatkan mutu layanan di seluruh unit, termasuk RSI Sultan Agung. Ia mengimbau seluruh pihak berkepala dingin dalam menjalankan tugas.
"Sehingga visi misi dan tujuan tercapai, agar mencegah upaya penggembosan baik dari lingkungan internal maupun eksternal yang tidak menggunakan data obyektif dan legal dalam memperjuangkan sesuatu," jelasnya.
Ia turut mendukung penuh langkah pimpinan yayasan dan universitas dalam melakukan investigasi internal secara adil.
"Mendukung penuh upaya rektor untuk melakukan investigasi secara adil terhadap sesama dosen yang berselisih demi kebaikan bersama secara internal," tuturnya.
"Dan memberikan sanksi yang adil terhadap semua pelanggaran termasuk disintegrasi yang sengaja atau tidak disengaja oleh para pihak yang terkait sesuai temuan," lanjutnya.
Agus menambahkan, pernyataan ini baru ia keluarkan setelah pihaknya menghimpun data dan melakukan investigasi internal. Ia berharap konflik yang terjadi justru bisa menjadi momentum untuk memperkuat solidaritas sesama alumni.
"Semoga semua alumni dari yang paling tinggi jabatannya, sampai yang paling belum beruntung di seluruh dunia, menjadikan momentum konflik ini untuk kembali bersatu membantu para petugas yayasan yang solid memperjuangkan integritas dan kemajuan," harapnya.
Adapun, dekrit itu diterbitkan usai adanya kabar dugaan pemukulan terhadap dokter di RSI. Kasus itu viral usai diunggah akun Instagram @dinaskegelapan_kotasemarang. Dalam unggahan itu disebutkan, seorang dokter anestesi dipukul hingga bidan ketakutan saat menangani pasien bersalin.
"Katanya orang terhormat, tapi kelakuan justru memalukan! Dokter anestesi dipukul, bidan sampai nangis ketakutan, pintu ditendang sampai bolong," tulis akun @dinaskegelapan_kotasemarang, Senin (8/9).
Akun tersebut juga mengunggah video yang memperdengarkan seorang pria memaki-maki perempuan yang disebut merupakan salah satu nakes di RSI. Pria tersebut pun diungkap identitasnya sebagai dosen Fakultas Hukum Unissula.
"Mengumpat menggunakan kata2 yg tidak patut disampaikan oleh seorang Dosen Fakultas Hukum Unissula spt "bajin%Β©n" dan "a$ $u" .. bahkan saking tidak dapat mengontrol emosinya, dia bahkan teriak akan membakar rumah sakit Sultan Agung yg kita sayangi," tulis akun tersebut.
Dalam satu unggahan diperlihatkan, pintu ruang bersalin bahkan ditendang hingga rusak. Insiden tersebut diduga terjadi lantaran pria terduga pelaku ngotot meminta istri pasien diberikan anestesi penuh agar tidak merasakan sakit.
"Pintu tidak bergerak saja menjadi korban, apalagi dokter yang menjelaskan pada sang arogan," tulisnya lagi.
Kasus ini pun mendapat perhatian dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah (Jateng). Ketua IDI Jateng, dr. Telogo Wismo, menyampaikan keprihatinannya dan menegaskan siap mendampingi tenaga medis jika kasus ini berlanjut ke ranah hukum.
"Pemukulan, penganiayaan, atau ancaman pada profesi dokter yang sedang melaksanakan tugas itu kan semakin banyak muncul. Termasuk di RSUD Sekayu, Surabaya, dan sekarang di Semarang. Kami sangat-sangat prihatin," kata Telogo saat dihubungi detikJateng.
Ia menyayangkan masih adanya kasus tenaga medis mendapat perlakuan kasar saat menjalankan tugas. Menurutnya, masyarakat seharusnya bisa menahan diri karena datang ke rumah sakit sejatinya untuk meminta pertolongan.
"Kenapa kok yang dimintai tolong malah dianiaya? Pemahaman antara hak dan kewajiban mungkin belum bisa dipahami secara luas," ujarnya.
(apu/ams)