Mbah Sutris Ungkap Alasan Tak Naikkan Tarif Cukur Rp 5.000 Sejak 10 Tahun

Mbah Sutris Ungkap Alasan Tak Naikkan Tarif Cukur Rp 5.000 Sejak 10 Tahun

Achmad Husain Syauqi - detikJateng
Senin, 15 Sep 2025 20:25 WIB
Mbah Sutris tukang cukur 82 tahun di Klaten yang rajin mencatat nama pelanggannya saat ditemui di rumahnya Kecamatan Bayat, Senin (15/9/2025)..
Mbah Sutris tukang cukur 82 tahun di Klaten yang rajin mencatat nama pelanggannya saat ditemui di rumahnya Kecamatan Bayat, Senin (15/9/2025). Foto: Achmad Husein Syauqi/detikJateng
Klaten -

Tukang cukur asal Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Klaten, Tukimin Trisno Suwarno (82) masih mematok tarif Rp 5.000. Maraknya usaha pangkas rambut modern bertarif puluhan ribu tak membuat Mbah Sutris tergiur menaikkan harga jasa pangkas rambutnya.

"Ada yang usul kok tidak dinaikkan. Tapi saya belum niat menaikkan, nanti khawatir tidak laku," ujar Sutris kepada detikJateng saat ditemui di rumahnya, Senin (15/9/2025) siang.

Tarif Rp 5.000, sambung Sutris tidak dinaikkan sejak 10 tahun lalu karena ongkos itu diukur kemampuan dirinya. Baginya Rp 5.000 itu sangat berarti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk saya itu berarti, saya orang tidak punya jadi saya ukur diri saya sendiri. Kalau lebih dari itu ya berat, tapi kadang orang kaget malah memberikan lebih, pernah diberi Rp 100.000 tapi saya kasih kembalian tidak mau," ucap Sutris terkekeh.

ADVERTISEMENT

Sutris yang sudah punya 6 cucu dan 3 cicit itu menyampaikan sejak menggeluti kerjaannya, dirinya mencatat nama orang yang dicukurnya. Alasannya untuk saling kenal dengan pelanggan.

"Ya biar kenal. Yang banyak orang sekitar Bayat sampai Gunungkidul juga banyak, hari Rabu dan Sabtu di lapangan Lemah Miring mulai jam 07.00 WIB, selain itu melayani di Balong dan di rumah dan panggilan," jelas Sutris yang memiliki tiga anak sudah berumah tangga.

Setiap hari, sebut Sutris, rata-rata ada 6-7 warga yang dilayaninya tapi saat Lebaran bisa puluhan orang dengan model rambut cepak atau gundul. Saat ditanya resep sehat hidupnya dia mengaku hidup apa adanya.

Mbah Sutris tukang cukur 82 tahun di Klaten yang rajin mencatat nama pelanggannya saat ditemui di rumahnya Kecamatan Bayat, Senin (15/9/2025)..Mbah Sutris tukang cukur 82 tahun di Klaten yang rajin mencatat nama pelanggannya saat ditemui di rumahnya Kecamatan Bayat, Senin (15/9/2025).. Foto: Achmad Husein Syauqi/detikJateng

"Saya hidup apa adanya, makan adanya daun ketela ya makan daun ketela, apa adanya. Untuk model rambut aneh-aneh saya tidak bisa karena sudah tua," terang Sutris.

"Saya belajar nyukur autodidak sejak muda. Terus saya bekerja di juragan karak (sejenis kerupuk) di Dusun Balong, Bayat," tutur Mbah Sutris.

Sutris menceritakan, saat bekerja di pabrik karak itu dirinya berusia sekitar belasan tahun. Di sela kesibukannya bekerja, awalnya diminta untuk memotong rambut sang juragan.

"Saya diminta memangkas rambut juragannya dan ternyata bisa karena sejak kecil sudah sering. Akhirnya setiap rambut juragan panjang saya diminta memangkas dengan gunting biasa dan pisau," katanya.

Juragannya, terang Sutris, kemudian berniat membelikan alat cukur untuknya dan akhirnya dibelikan oleh keluarga juragannya. Setelah tidak bekerja membuat karak, dirinya mulai membuka jasa cukur.

"Terus saya mulai nyukur tahun 1959, alat yang dibelikan sudah rusak tapi saya simpan untuk sejarah, sekarang beli sendiri. Ongkosnya dari dulu murah, Rp 5.000 itu sejak 10 tahun lalu sampai sekarang," lanjut Sutris.

Sebelumnya diberitakan, sosok tukang cukur Tukimin Trisno Suwarno (82) alias Mbah Sutris di Kecamatan Bayat, Klaten, terbilang unik. Dia rajin mencatat nama pelanggannya di sebuah buku.

Mbah Sutris sudah 66 tahun menggeluti jasa cukur. Warga asal Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, itu pun menawarkan tarif super murah. Hanya Rp 5 ribu sekali cukur yang tarifnya tidak naik selama 10 tahun.

detikJateng menyambangi lokasi mangkalnya di selatan lapangan Lemah Miring, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Senin (15/9/2025) siang tetapi nihil. Di lokasi di bawah rimbun pohon jati itu hanya ada kursi kayu yang ditumpuk.




(afn/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads