Sebuah penganiayaan dilaporkan terjadi di Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Semarang. Seorang dokter disebut dianiaya keluarga pasien yang berprofesi dosen di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang.
Kabar tersebut viral usai diunggah akun Instagram @dinaskegelapan_kotasemarang. Dalam unggahan itu disebutkan, seorang dokter anestesi dipukul hingga bidan ketakutan saat menangani pasien bersalin.
"Katanya orang terhormat, tapi kelakuan justru memalukan! Dokter anestesi dipukul, bidan sampai nangis ketakutan, pintu ditendang sampai bolong," tulis akun @dinaskegelapan_kotasemarang seperti dilihat detikJateng, Senin (8/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam satu unggahan diperlihatkan, pintu ruang bersalin bahkan ditendang hingga rusak. Insiden tersebut diduga terjadi lantaran pria terduga pelaku ngotot meminta istri pasien diberikan anestesi penuh agar tidak merasakan sakit.
"Pintu tidak bergerak saja menjadi korban, apalagi dokter yang menjelaskan pada sang arogan," tulisnya lagi.
Akun tersebut juga mengunggah video yang memperdengarkan seorang pria memaki-maki seorang perempuan yang disebut merupakan nakes. Pria tersebut pun belakangan disebut merupakan dosen Fakultas Hukum Unissula.
"Mengumpat menggunakan kata2 yg tidak patut disampaikan oleh seorang Dosen Fakultas Hukum Unissula spt "bajin%Β©n" dan "a$ $u" .. bahkan saking tidak dapat mengontrol emosinya, dia bahkan teriak akan membakar rumah sakit Sultan Agung yg kita sayangi," tulis akun tersebut.
Pihak RS Jelaskan Duduk Perkara
RSI Sultan Agung kemudian buka suara terkait insiden penganiayaan tersebut. Diketahui, dokter anestesi yang dianiaya bernama dokter Astra. Sementara penganiaya merupakan dosen FH Unissula itu bernama Muhammad Dias Saktiawan.
Dewan Pengawas RSI Sultan Agung, Farhat Suryaningrat, menjelaskan peristiwa dugaan kekerasan itu bermula saat istri Dias menjalani proses persalinan di RSI Sultan Agung dengan kondisi berisiko tinggi.
"Setelah bayi lahir, kondisi sempat menegangkan karena ibunya membutuhkan penanganan tambahan," kata Farhat saat dihubungi awak media, Selasa (9/9/2025).
Farhat menyebut, dokter pun telah merekomendasikan agar persalinan dilakukan dengan operasi caesar. Namun, keluarga pasien bersikeras menginginkan persalinan normal.
"Dalam situasi itu, keluarga pasien panik dan meluapkan emosi di ruang perawatan," tuturnya.
Bantah Dokter Astra Dianiaya
Farhat kemudian mengklarifikasi adanya kekerasan fisik yang diterima Dokter Astra. Ia menegaskan tidak ada penganiayaan seperti yang dikabarkan di media sosial.
"Tidak ada cakaran, tidak ada kontak fisik. Pasien lahir normal, ibunya sehat, bayinya sehat. Ini hanya miskomunikasi akibat kepanikan seorang ayah," ujar Farhat.
Farhat mengatakan, pihak rumah sakit juga sudah menyelesaikan persoalan tersebut secara internal dan memastikan tenaga kesehatan tetap mendapat perlindungan.
"Intinya sudah terselesaikan secara internal. Kita akan meningkatkan respons internal biar teman-teman kebih responsif. SOP akan kita perketat. Intinya di internal kita ada perbaikan," jelasnya.
Kampus Sebut Kedua Pihak Saling Memaafkan
Wakil Rektor II Unissula, Dedi Rusdi, membenarkan dugaan pemukulan yang ramai di media sosial itu melibatkan sivitas akademika Unissula, Dias Saktiawan. Dedi menyebut persoalan sudah diselesaikan kedua pihak.
"Mereka sudah saling memaafkan antara saudara Diyas (Dias) dengan dokter Astra, dan bidan yang bertugas. Pada prinsipnya semua persoalan sudah kami selesaikan dengan baik antar para pihak," kata Dedi melalui pesan singkat, Senin (8/9/2025).
Ia mengatakan, pihak kampus dan rumah sakit yang terlibat sudah saling bertemu dan memaafkan. "Semua persoalan pada Jumat siang 5 September 2025 sudah diselesaikan oleh pihak pimpinan rumah sakit," ujarnya.
(apu/apu)