Heboh Rakit Penyeberangan Nyaris Hanyut di Sungai Klawing Purbalingga

Heboh Rakit Penyeberangan Nyaris Hanyut di Sungai Klawing Purbalingga

Anang Firmansyah - detikJateng
Sabtu, 13 Sep 2025 13:37 WIB
BPBD Purbalingga mengevakuasi sebuah mobil yang terpelosok saat putusnya jembatan Sungai Klawing yang menghubungkan antar Kecamatan Bobotsari dengan Karanganyar di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
Sungai Klawing, Purbalingga. Foto: Dok. detikJateng
Purbalingga -

Video rakit penyeberangan yang ditumpangi sejumlah orang nyaris hanyut di Sungai Klawing, Kabupaten Purbalingga, beredar di media sosial. Peristiwa itu terjadi gegara tali seling untuk penyeberangan itu putus saat debit air sungai sedang tinggi.

Dalam video berdurasi 1,5 menit yang diunggah akun Instagram @infopurbalingga.id terlihat suasana tegang saat rakit yang mengangkut beberapa warga dan sepeda motor itu nyaris hanyut terbawa arus.

Dua penumpang rakit itu tampak berpegangan pada tali agar tidak hanyut. Adapun beberapa orang lainnya memilih tetap berdiri di atas rakit untuk mengamankan sepeda motor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga RT 03 RW 01 Desa Sindang, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Adi Susanto membenarkan bahwa kejadian dalam video itu terjadi di wilayahnya kemarin sore.

"Kemarin sore Jumat 12 September 2025 seling (tali) perahu putus, mengakibatkan perahu terbawa arus. Beruntung masih di pinggir jadi arus sungai masih belum terlalu deras," kata Adi saat dihubungi wartawan, Sabtu (13/9/2025).

ADVERTISEMENT

Adi mengatakan, saat itu rakit mengangkut 8 orang dan 3 sepeda motor. Tiga orang di antaranya merupakan operator perahu. Seluruh penumpangnya selamat.

"3 motor, 5 penumpang dan 3 operator getek (rakir). Jadi perahu terbawa cuma sekitar 50 meter. Beruntung warga yang kebetulan di pinggiran sungai sigap sehingga tidak sampai menimbulkan korban jiwa," ujar dia.

Adi menjelaskan, penyeberangan menggunakan rakit tersebut merupakan jalur alternatif ke arah kota. Selama ini warga Desa Sindang memanfaatkan rakit darurat setelah jembatan gantung putus pada bulan Mei lalu.

"Itu merupakan akses jalur alternatif dari desa Sindang dan sekitarnya ke arah kota. Semua berawal dari putusnya jembatan gantung yang terjadi di bulan Mei lalu," jelasnya.

Sebelum putus, jembatan gantung ini menjadi penghubung antara Kecamatan Mrebet dengan Bojongsari. Jembatan itu hanya bisa diakses kendaraan roda dua. Sedangkan roda empat harus memutar sejauh 20 km.

"Hanya bisa di lalui roda 2, kalau roda 4 harus muter lewat Kecamatan Bobotsari. Selisih sekitar 20 km untuk sampai pusat kota," ungkapnya.

"Karena vitalnya jembatan tersebut untuk mobilitas ke kota, jadi ada seseorang yang membuat perahu penyeberangan berbayar Rp 3.000 untuk satu sepeda motor dan penumpangnya," ujar imbuh Adi.

Dalam sehari ada ratusan pengendara sepeda motor yang memanfaatkan rakit tersebut. Mereka berasal dari beberapa desa sekitar yang ingin memangkas waktu menuju kota.

"Ratusan sepeda motor, karena akses alternatif beberapa desa untuk ke kota. Wilayah Desa Banjaran dan Onje sebagian ada yang berada di sisi sungai yang berbatasan darat langsung dengan Desa Sindang. Perahu getek beroperasi dari jam 6 pagi sampai 9 malam," katanya.

Adi menambahkan, jembatan gantung yang putus itu dibuat pada 1996. Ia berharap pemerintah daerah segera membangun jembatan permanen.

"Jembatan gantung yang putus itu dibuat tahun 1996 sudah pernah putus 2 kali," ujar dia.

"Harapannya segera ada pembangunan jembatan baru yang bisa di akses roda dua ataupun lebih. Mengingat jembatan yang rusak kalaupun diperbaiki sepertinya sudah tidak layak karena pondasi di ujung utara sudah menggantung separuh di atas permukaan air," pungkasnya.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads