Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, meninjau lokasi SD N 4 Boja Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap yang terdampak tanah bergerak. Lokasi sekolah ini dinilai sudah membahayakan untuk kegiatan belajar mengajar.
Mu'ti menyebut sekolah ini berada di lokasi rawan bencana dan akan segera direlokasi ke tempat yang lebih aman. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kondisi tanah yang dinilai tidak memadai.
"Sekolah ini nanti direlokasi di tempat yang baru yang sudah ada gambarnya tadi, denahnya, sudah disediakan tanahnya oleh Pak Bupati," kata Mu'ti seusai meninjau lokasi kepada wartawan, Selasa (9/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek relokasi ini diperkirakan akan menelan anggaran sebesar Rp 6 miliar. Anggaran ini akan digunakan untuk pembangunan gedung baru belum termasuk pengadaan Sementara itu, untuk pengadaan mebelar akan ada paket tersendiri.
"Sekolah ini akan direlokasi ke sekolah baru. Revitalisasi adalah bikin sekolah baru. Izin-izinnya semua melekat pada sekolah yang lama. Kita rencanakan anggaran Rp 6 miliar," terangnya.
Menurut dia, pembangunan ini akan ditargetkan selesai pada tahun ajaran baru mendatang. Dengan begitu murid dan guru tidak lagi waswas terkait kondisi tanah yang terus bergerak.
"Secepatnya, kepala sekolah hari ini akan ke Jakarta tanda tangan kontrak. Jadi bisa segera dimulai secara seksama dan dalam waktu sesingkat-singkatnya," jelasnya.
Proses pengawasan dan monitoring akan dilakukan secara berkala oleh tim yang ditunjuk oleh kementerian. Tim ini terdiri dari perwakilan perguruan tinggi dan masyarakat.
"Tujuannya adalah untuk memastikan pembangunan sesuai dengan gambar, pelaporan yang baik, serta penyelesaian proyek tepat waktu," ujar dia.
Sementara itu, Bupati Cilacap, Syamsul Aulia Rahman, menyambut baik dukungan dari berbagai pihak. Sebab selama ini pemerintah daerah tidak memiliki dana cukup untuk melakukan pembangunan.
"Luas tanah yang disiapkan 1.700 meter persegi. Kajian geologinya sudah aman untuk dibangun, sehingga kalau dana dari kementerian turun, bisa langsung dibangun," katanya.
Kepala Sekolah setempat, Arif Miftahudin, menambahkan kondisi tanah bergerak sudah terjadi sejak 6 tahun lalu. Dari kajian geologi lokasi sekolah dinilai sudah tidak layak pakai dan membahayakan.
"Peristiwa ini terjadi pada tahun 2019, tidak kelihatan tiba-tiba tanah sudah ada yang melorot terus ini patah," ujarnya.
Adapun menurut dia, bangunan yang terdampak ada 6 kelas. Satu di antaranya sudah ambruk dan rata dengan tanah.
"Semuanya ada enam yang sudah rusak. Kelas enam pun pembelajarannya di dapur lah, ruang guru lah, ruang rumah dinas," ujarnya.
Saat kondisi hujan deras, seluruh siswa dipulangkan lebih awal. Hal ini sesuai dengan arahan pemerintah daerah untuk memitigasi kejadian yang tidak diinginkan.
"SOP dari pemda harus pulang kalau hujan, karena takut dan berisiko," terangnya.
Arif menyebut sekolah tersebut saat ini memiliki sekitar 90 siswa. Kerusakan ini berdampak pada kegiatan belajar mengajar dan keselamatan siswa.
(apl/apu)