Pusat Bantuan Hukum (PBH) Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Fakultas Universitas Negeri Semarang (Unnes) mendalami kematian mahasiswa bernama Iko Juliant Junior. Tim hukum menyoroti sejumlah kejanggalan, mulai dari luka di tubuh korban hingga informasi almarhum sempat mengigau sebelum meninggal.
Hal itu diungkapkan anggota PBH IKA Unnes, Naufal Sebastian. Ia menjelaskan, PBH IKA Unnes sudah menemui keluarga korban dan mendapat kuasa secara verbal untuk memberikan pendampingan. Meski begitu, pihaknya menegaskan akan tetap menghormati situasi duka keluarga.
Mulanya, alumni yang membuka posko aduan itu mendapat informasi terkait kematian Iko dan langsung berkoordinasi dengan mahasiswa. Dari penelusuran, mereka mendapat beberapa kejanggalan terkait kematian Iko yang awalnya disebut karena kecelakaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi dari rekan-rekan, dari foto, ada luka di bibir, sobek, ada bonyok lebam di mata. Apakah itu akibat dari kecelakaan atau yang lain, kami perlu investigasi lebih dalam. (Keterangan dokter) pada saat itu ada pendarahan di limpa, sehingga dioperasi. Selesai operasi kemudian meninggal," kata Naufal di Kecamatan Ngaliyan, Selasa (2/9/2025).
Selain adanya luka-luka yang ditemukan pada tubuh korban, tim hukum juga menemukan kejanggalan karena korban yang sempat mengigau meminta untuk tidak dipukul.
"Informasi yang kami terima (almarhum Iko) sempat mengigau. Mengigau untuk minta tolong tidak dipukuli," ujarnya.
Tak hanya itu, Naufal menyoroti perbedaan informasi soal waktu kejadian hingga penanganan korban. Berdasarkan Surat Tanda Penerimaan (STP) Polrestabes Semarang, korban mengalami kecelakaan pukul 02.30 WIB, tetapi keluarga mendapat kabar korban dirawat di RSUD Dr Kariadi pukul 11.00 WIB.
"Itu juga jadi temuan yang setelah investigasi nanti, tentu tim PBH IKA Unnes akan melakukan gelar perkara untuk saling cross check beberapa informasi dan temuan dan validitas bukti-bukti yang ada," jelasnya.
"(Kalau kecelakaan seharusnya langsung ke RS) Itu memang yang masih kita cari. Termasuk CCTV di sekitar lokasi, itu belum bisa kami akses," lanjutnya.
Mereka juga masih menunggu informasi dari teman Iko yang bersama korban kala kejadian. Ia disebut masih dalam kondisi kritis di rumah sakit, sehingga belum bisa dimintai keterangan.
"Kondisinya masih kritis dan trauma, yang saya dengar informasi terkini rahangnya cedera, entah geser atau apa. Jadi sulit untuk berkomunikasi, belum bisa," jelasnya.
"Sementara mahasiswa lain di hari Sabtu ada 11 sebetulnya yang tertangkap, yang kami dampingi, tapi sudah keluar," lanjutnya.
Naufal mengatakan, Iko disebut sempat keluar rumah mengenakan almamater pada Sabtu (30/9), tetapi belum diketahui apakah untuk mengikuti demonstrasi di Mapolda Jateng atau tidak. Kemudian, Iko pulang sekitar pukul 23.00 WIB dan langsung kembali keluar.
"Berangkat lagi jam 23.00 WIB, karena informasi yang kami terima dia mau nyusul teman-temannya yang di Polda, yang pada ditangkap," jelasnya.
"Pas demonstrasi banyak yang ditangkap, teman-teman mahasiswa masih trauma. Jadi beberapa yang kami hubungi belum berani menyampaikan keterangan," sambungnya.
PBH IKA FH Unnes berencana melakukan investigasi lanjutan, termasuk mencari rekaman CCTV dan meminta keterangan saksi-saksi lain. Namun terkait langkah hukum, mereka menyerahkan hal tersebut kepada keluarga.
"Kalau keluarga tadi menyampaikan butuh waktu supaya tenang. Jadi kami belum bisa bertanya lebih dalam karena situasi dan kondisi psikisnya perlu dipulihkan dan dikuatkan dulu," jelasnya.
(aku/afn)