Lagu Bengawan Solo Melegenda, Segini Royalti Diterima Keluarga Maestro Gesang

Lagu Bengawan Solo Melegenda, Segini Royalti Diterima Keluarga Maestro Gesang

Tara Wahyu NV - detikJateng
Kamis, 28 Agu 2025 15:47 WIB
Foto Gesang di Jalanan Solo
Foto Gesang di Jalanan Solo. Foto: surakarta.go,id
Solo -

Lagu Bengawan Solo karya maestro keroncong Gesang Martohartono tak lagi diputar di Stasiun Solo Balapan. Lagu yang identik dengan Kota Solo itu rilis sejak tahun 1950. Segini royalti yang diterima keluarga Gesang.

Keluarga Gesang yang berada di Kota Solo masih menikmati hasil karya sang maestro. Sejak Gesang meninggal pada 2010, keluarga Gesang masih menerima royalti.

Keponakan Gesang, Yani Effendi, mengaku sejak Gesang masih hidup hingga saat ini keluarganya masih menerima royalti setahun dua kali. Yani menyebut urusan mengenai royalti sejak dulu diserahkan ke publisher.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Royalti dapat ya, keluarga Pak Gesang dan waktu Pak Gesang masih hidup itu sudah diserahkan ke publisher di Jakarta itu, jadi kita keluarga ya tinggal terima aja sudah ada yang ngurusin. Jadi kalau ada ramai-ramai itu ya sudah itu urusan publisher-nya ya," katanya ditemui di kediamannya, di Kemlayan, Kamis(28/8/2025).

Yani menyebut, setiap kali royalti cair maka dibagikan ke keluarga besar Gesang. Dalam setahun, ia menyebut royalti yang didapat tidak sampai Rp 100 juta.

ADVERTISEMENT

"Royalti keluar dibagi keluarga besar ya. Dapatnya dibagi delapan, kurang lebih ya berapa ya, sedikit. Nggak sampai Rp 100 juta nggak sampai. Setahun. Setahun dua kali itu, tahun ini sudah menerima," jelasnya.

Dirinya menyebut, royalti yang diberikan oleh publisher untuk keluarga biasanya sudah dibagi untuk delapan orang. Dirinya sendiri biasanya mendapatkan sekira Rp 2 juta.

"Kalau kita sudah dibagi lagi, dibagi lagi. Kan ya jadinya enggak seberapa kayak gitu. (Uang dari royalti buat apa?) Ya untuk sehari-harinya. Melangsungkan, nggak banyak. Paling kalau dari saya nggak sampai Rp 2 juta paling, sekitar Rp 2 juta," ungkapnya.

Yani mengakui royalti yang mereka terima mulai berkurang. Ia mengatakan, royalti paling banyak diterima ketika Gesang masih hidup.

"Ya paling banyak itu mungkin era beliau masih ada, kan acaranya di mana-mana karena mungkin dipakai untuk iklan juga gitu. Iklan kalau misalnya ada iklan," bebernya.

Ditanya setiap kapan ia menerima royalti, Yani menyebut semua tergantung publisher. Ia menegaskan bahwa pihak publisher memberikan setahun dua kali.

"Sudah ada bulannya yang menentukan misalnya. Ya itu tergantung yang membagi ya. Mungkin kalau di keluarga besar kan ada yang misalnya yang memegang ya. Dari keluarga itu tergantung lagi kalau sudah ngumpul banyak mungkin ya langsung dibagi. Tapi jadwalnya itu setahun dua kali dari dari publisher-nya itu," pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 6 memutuskan tidak lagi memutar lagu instrumental Bengawan Solo di Stasiun Solo Balapan. Lagu Bengawan Solo selama ini diputar saat kedatangan dan keberangkatan kereta api di stasiun tersebut.

Manajer Humas Daop 6, Feni Novida Saragih membenarkan lagu Bengawan Solo tidak lagi diputar di Stasiun Solo Balapan.

"Memang untuk sementara lagu tersebut tidak diputarkan dulu," katanya dihubungi detikJateng.

Feni mengatakan, penghentian itu sudah berlangsung sejak akhir bulan Juli. Dirinya sendiri enggan mengungkapkan alasan lagi tersebut berhenti diputar.

"Sudah sejak Juli lalu (tidak diputar). Ada evaluasi dari internal, sambil paralel sedang kita evaluasi secara internal dulu," pungkasnya.




(dil/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads