Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang turun tangan memberikan pendampingan sekaligus mengevaluasi sistem pengawasan anak di sekolah, buntut kasus dugaan percobaan penculikan siswi SD di Gunungpati.
Diketahui, seorang siswi kelas 6 SD di Gunungpati, Kota Semarang, diduga menjadi korban percobaan penculikan pada Jumat (15/8) lalu. Peristiwa itu terjadi saat korban berjalan kaki pulang sekolah sendirian.
Kepala DP3A Kota Semarang, Noegroho Edy, mengatakan, pelaku memang sudah diamankan Polrestabes Semarang. Pihaknya pun mendampingi proses pemeriksaan dan melakukan assessment langsung ke sekolah korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pendamping yang dipanggil sementara dari Disdik. Kami sudah melakukan assessment ke sekolahan, tetapi karena sudah ke Polrestabes maka kami masih menunggu hasil dari Polrestabes juga," kata Noegroho saat dihubungi detikJateng, Minggu (24/7/2025).
Menurutnya, DP3A fokus memberikan pendampingan psikologis bagi siswa yang mengalami peristiwa tak mengenakkan tersebut.
"Sesuai tugas kami, pendampingan meliputi hak anak dan kejiwaan anak. Kami koordinasi dengan Disdik dan sekolah agar anak merasa aman dan nyaman di sekolah," jelasnya.
Edy menambahkan, kondisi korban saat ini sudah membaik. Namun, DP3A tetap menjadwalkan sesi konseling untuk memastikan trauma korban bisa pulih.
"Kondisinya sudah membaik, tapi tetap kami jadwalkan konseling agar traumanya hilang," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Disdik Kota Semarang, Bambang Pramusinto, mengatakan pihaknya menjadikan kasus ini sebagai bahan evaluasi. Menurutnya, sebagian sekolah sebenarnya sudah memiliki program antar-jemput.
"Memang sebagian sekolah sudah memperprogramkan antar-jemput. Cuma memang sebagian dari siswa karena sekolah sekarang mayoritas berbasis zonasi, rumahnya dekat-dekat, sebagian siswa banyak yang pulang sendiri," kata Bambang.
Ia pun menekankan pentingnya peran orang tua, terutama bagi anak perempuan kelas 5 dan 6 SD. Terlebih, pelaku disebut merupakan warga yang tinggal tak jauh dari sekolah.
"Anak-anak perempuan kelas 5-6 itu sudah kelihatan dewasa. Walaupun rumah dekat, sebaiknya tetap dijemput orang tua. Ini jadi pelajaran berharga buat semua," tegasnya.
Bambang menyebut pihaknya akan membahas mekanisme baru bersama sekolah dan komite orang tua, termasuk kemungkinan menyiapkan SOP tambahan soal keamanan siswa.
"Rencana ada SOP baru, tapi itu lebih ke internal sekolah. Kepala sekolah dan guru harus tahu apa yang harus dilakukan. Komitmen ini juga melibatkan stakeholder lain seperti DP3A, Polsek, dan Babinsa," jelasnya.
Disdik juga mendorong sekolah lebih ketat memantau anak setelah pulang sekolah. Koordinasi dengan orang tua juga harus lebih dibangun lagi.
"Sekolah bisa membuat aturan agar siswa wajib menghubungi orang tua setelah pulang atau saat belajar kelompok harus seizin orang tua," tambah Bambang.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa percobaan penculikan terhadap siswa SD di Gunungpati, Kota Semarang terjadi pada Jumat (15/8) lalu, saat korban tengah pulang sekolah dengan berjalan kaki. Kepala sekolah tempat korban sekolah, S, membenarkan peristiwa itu.
"Di tengah perjalanan ada kendaraan roda empat yang mencoba menculik ananda. Pelaku seorang diri, mobil berhenti di depan, kemudian anak langsung ditarik untuk dimasukkan ke mobil," kata S saat dihubungi detikJateng, Rabu (20/8).
Korban meronta dan melepaskan diri kemudian pulang ke rumahnya. Korban kemudian minta tolong ke orang tuanya dan dilanjutkan ke pihak berwenang.
Pelaku percobaan penculikan bernama Septian Candra (28) pun kini sudah berhasil ditangkap Satreskrim Polrestabes Semarang. Motif pelaku yaitu hendak melakukan perbuatan cabul.
"Sudah ketangkap tadi malam, di Gunungpati. Pelaku satu orang," kata Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena saat dihubungi, Jumat (22/8).
(aku/aku)