800 Orang Mengungsi Usai Sumur Minyak di Blora Meledak

800 Orang Mengungsi Usai Sumur Minyak di Blora Meledak

Achmad Niam Jamil - detikJateng
Senin, 18 Agu 2025 21:25 WIB
Kondisi sumur minyak di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Blora terbakar, Senin pagi (18/8/2025).
Kondisi sumur minyak di Dukuh Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Blora terbakar, Senin pagi (18/8/2025). Foto: Dok TRC BPBD Blora
Blora -

Sebanyak 800 orang warga mengungsi akibat meledaknya sumur minyak di Gendono, Gandu, Bogorejo, Blora. Para pengungsi ada yang mengungsi di balai desa, ada juga yang tinggal di rumah kerabatnya.

"Jumlah pengungsi saat ini 800 orang. Tersebar di beberapa titik pengungsian. Ada yang di balai desa, ada yang di rumah saudara, sebagian juga di rumah tetangga," ungkap Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Kabupaten Blora, Luluk Kusuma Agung Ariadi, saat ditemui di lokasi pengungsian di Balai Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Senin (18/8/2025).

Berdasarkan pantauan detikJateng di lokasi pengungsian, sejumlah warga yang mengungsi di Balai Desa Gandu tampak membawa kebutuhan sederhana. Ada juga yang membawa baju ganti, selimut dan bantal. Warga mengungsi ada yang anak-anak, muda, hingga tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampak mereka diberikan bungkusan makanan dari dapur umum. Warga yang mengungsi pun tidur beralaskan karpet, terpal. Ada juga yang menggunakan matras yang disediakan oleh pemerintah.

ADVERTISEMENT

Dinas sosial juga telah mendirikan tenda yang difungsikan sebagai dapur umum di Balai Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Blora. Dapur tersebut nantinya diproyeksikan mencukupi kebutuhan pasokan makanan warga Gandu.

"Sehingga kami siapkan logistiknya sekitar 800 paket. Kemudian dari petugas gabungan ada 100. Jadi kita masak kurang lebih 900 paket," jelas Luluk.

Dia mengatakan, jumlah warga yang mengungsi bertambah dibanding dengan hari pertama. Semula 50 keluarga, kini menjadi 800 warga.

"Bertambah, karena ada kekhawatiran, ketakutan warga sekitar. Mereka memilih untuk bergeser di tempat yang lebih aman. Dan ada beberapa warga yang mengungsi di Balai Desa Gandu," jelasnya.

Dapur umum yang disediakan oleh Dinsos Blora tersebut memberikan pasokan makan 3 kali dalam sehari. Dalam pendistribusian, pihaknya telah bekerja sama dengan Karang Taruna, Tim Penggerak PKK dan sejumlah relawan lainnya untuk mendistribusikan paket makan. Mengingat ada beberapa titik.

"Pengalaman kita di beberapa kabupaten biasanya kita sinkronkan dengan relawan setempat. Tadi sudah koordinasi dengan Karang Taruna, Tim Penggerak PKK. Untuk titik lokasi sudah tercatat semuanya," ungkap Luluk.

Selain itu, pihaknya juga menyiapkan psikolog dari Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) ketika ada warga yang membutuhkan.

"Kondisi sejauh ini masih aman, mereka ada kekhawatiran juga, trauma juga. Kita sudah koordinasi dengan P3A, kalau memang dibutuhkan psikologi kita sudah siap," ucapnya.

Sebelumnya diberitakan, sumur minyak rakyat yang berada di Dusun Gendono, Desa Gandu, Kecamatan Bogorejo, Kabupaten Blora, terbakar pada Minggu (17/8). Akibat peristiwa itu 3 orang tewas. Puluhan keluarga juga harus mengungsi.

Bupati Blora, Arief Rohman, mengungkapkan status sumur tersebut ternyata pengeboran ilegal. Belum mengantongi izin resmi pemerintah.

"Lahannya ini lahan warga ya, lahan masyarakat. Jadi memang boleh dikata ini sumur masyarakat yang belum legal," jelasnya saat meninjau lokasi kebakaran sumur minyak.

Untuk korban tewas teridentifikasi bernama Tanek (60, Sureni (52), dan Wasini (50).

Suasana pengungsian di Balai Desa Gandu, Bogorejo, Blora, Senin (18/8/2025) malam. Ratusan warga mengungsi usai sumur minyak meledak dan menewaskan 3 warga setempat.Suasana pengungsian di Balai Desa Gandu, Bogorejo, Blora, Senin (18/8/2025) malam. Ratusan warga mengungsi usai sumur minyak meledak dan menewaskan 3 warga setempat. Foto: Achmad Niam Jamil/detikJateng

Tangis Warga Minta Pengeboran Dihentikan

Di pengungsian, salah satu warga Rini, menangis histeris. Kepada Kapolres Blora, AKBP Wawan Andi Susanto, ia meminta supaya aktivitas pengeboran bisa dihentikan.

"Ampun oleh dibor malih pak, kulo wedi (Jangan boleh dibor lagi pak, saya takut)," ungkap Rini menangis saat di pengungsian di Balai Desa Gandu, Senin (18/8/2025), saat Wawan dan jajaran berkunjung.

"Pak, kami lindungi, pak, Desa (Dukuh) Gendono selamatkan, pak," lanjutnya.

Rini juga sempat menceritakan waktu terjadinya ledakan sumur minyak hingga membentuk jamur api. Dia mengaku lemas tak berdaya melihat peristiwa yang tidak dia duga sebelumnya.

"Kan ada gumpalan api besar gitu. Aku bersimpuh tak berdaya, takut. Kenapa kok kejadian seperti ini, jadi aku merasa kehilangan. Aku kan dilahirkan di tanah Dono (Gendono, red), aku pengin desaku selamat," isaknya.

Dia berharap api bisa dipadamkan, kehidupan kembali normal seperti sedia kala. Melihat keadaan ini, Rini mengaku tidak bernafsu makan.

"Mudah-mudahan dapat pertolongan Allah. Aku takut, sampai sekarang aku 2 hari nggak makan. Nggak pengin makan. Pengin desaku kembali seperti semula. Aku ingin minta doa kepada semua, semoga Desa Dono (Gendono, red) selamat," harapnya.

Wawan yang melihat isak tangis tersebut mencoba menenangkan Rini.

"Sama-sama berdoa bu nggeh. Mudah-mudahan yang di atas (sumur minyak terbakar) cepat padam. Ibu bisa kembali ke rumah dengan sehat, dengan selamat," ucap Wawan.

Pihaknya juga merespons terkait pernyataan Rini yang meminta agar tidak ada pengeboran lagi. Wawan mengatakan bakal melaksanakan koordinasi dengan pihak terkait.

"Pasti ke depan terkait kejadian ini nanti akan kita tindak lanjuti. Nanti kita akan rapat koordinasi dengan forkompimda dan seluruh stakeholder terkait, terkait penanganan tata kelola sumur rakyat yang ada di Kabupaten Blora," bebernya.




(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads