OCD atau Obsessive Compulsive Disorder adalah gangguan pada diri seseorang dengan memiliki perasaan dan pikiran obsesif yang berulang-ulang dan tidak terkontrol. Beberapa orang mungkin menyadari dirinya memiliki gejala OCD, namun perlu diingat hal tersebut tidak bisa sepenuhnya dikatakan gangguan karena penderita OCD harus memenuhi kriteria tertentu.
Gejala OCD ini mengganggu penderitanya dalam menjalani produktivitas sehari-hari karena pikiran yang menyusahkan dan berulang-ulang terjadi. Apabila pikiran itu tidak dituruti maka penderitanya akan merasakan ketakutan atau konsekuensi tertentu.
Penderita OCD sebenarnya menyadari pikiran dan perilakunya tidak rasional, namun mereka tidak bisa menghentikan pikiran tersebut. OCD sering kali mulai diidap pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa awal. Mari kenali lebih lanjut apa itu OCD melalui ulasan yang dikutip dari laman American Psychiatric Association, National Center for Biotechnology Information, dan National Institute of Mental Health berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu OCD?
Gangguan obsesif kompulsif adalah kelainan pada diri seseorang yang mengalami pikiran, ide, dan perasaan yang tidak diinginkan dan mendorong untuk berperilaku secara berulang. Penderita OCD berusaha menghilangkan pikiran ini dengan melakukan sesuatu secara berulang yang akhirnya menimbulkan tidak terkontrolnya pikiran dan perilaku. Hal ini akan mengganggu baik penderitanya maupun orang di sekitarnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Perlu dipahami sebenarnya setiap orang pernah mengalami perilaku obsesi dan kompulsi. Misalnya, memeriksa ulang kompor sebelum pergi dan memeriksa barang bawaan secara berulang-ulang, namun hal itu masih dapat dikatakan umum terjadi. Obsesi dan kompulsi yang dapat dikatakan gangguan adalah ketika perilaku tersebut menghabiskan waktu berjam-jam atau sehari-hari serta mengganggu aktivitas sehari-hari. OCD biasanya merupakan kondisi kronis seumur hidup, namun gejalanya bisa datang dan pergi seiring berjalannya waktu.
Bagaimana Gejala OCD?
Gejala OCD dibagi menjadi dua, yakni gejala obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah pikiran, dorongan, atau gambaran yang terus-menerus muncul dalam pikiran seseorang dan menyebabkan emosi yang tidak nyaman seperti kecemasan, ketakutan, atau rasa jijik. Banyak orang yang mengalami gangguan obsesif-kompulsif (OCD) menyadari bahwa pikiran-pikiran tersebut tidak masuk akal atau berlebihan, namun mereka tidak bisa lepas dari pikiran tersebut.
Sebagai cara untuk menghilangkan tekanan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesif atau untuk mengurangi ancaman yang dirasakan, penderita OCD akan melakukan tindakan kompulsif. Berikut ini beberapa gejala obsesi dan kondisi yang berbeda-beda:
- Ketakutan berlebihan ketika bersentuhan dengan barang-barang tertentu karena kontaminasi bakteri yang sebenarnya tidak terlihat
- Kekhawatiran berlebihan terhadap ketidakteraturan atau ketidaksimetrisan suatu susunan benda.
- Pikiran atau gambaran seksual yang mengganggu
- pikiran, gambaran, suara, kata-kata, atau musik yang tampaknya tidak bermakna
- Takut melakukan agresi atau disakiti (diri sendiri atau orang yang dicintai)
- Kekhawatiran berlebihan apabila ada sesuatu yang tidak lengkap
- Takut kehilangan atau membuang sesuatu yang penting
Kompulsi adalah tindakan berulang untuk melakukan sesuatu sebagai bentuk respons dari pikiran obsesi mereka. Biasanya, tindakan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi atau mencegah kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesi. Orang yang mengalami OCD cenderung melakukan tindakan yang sama di masa depan.
Kompulsi dapat berupa respons yang langsung terkait dengan obsesi, seperti mencuci tangan berulang kali karena takut terkontaminasi, atau tindakan yang tidak berhubungan dengan obsesi secara langsung. Dalam kasus yang parah, perilaku kompulsif ini dapat menghabiskan sebagian besar waktu sehingga menyulitkan untuk menjalankan rutinitas sehari-hari. Berikut ini beberapa gejalanya dalam kondisi yang berbeda-beda.
- Membersihkan benda secara berulang-ulang dan berlebihan
- Berulang kali memeriksa kompor, kunci, sakelar, peralatan hingga menghabiskan waktu berjam-jam
- Mencuci tangan, mandi, menggosok gigi, atau menggunakan toilet secara berlebihan dan berulang-ulang
- Terus-menerus mencari persetujuan atau kepastian
- Orang dengan OCD juga mungkin menghindari orang, tempat, atau situasi tertentu yang menyebabkan mereka tertekan dan memicu obsesi dan kompulsi.
Apa yang Menjadi Penyebab OCD?
Penyebab OCD belum diketahui secara pasti sampai saat ini. Meskipun begitu, terdapat beberapa faktor yang berkontribusi terhadap munculnya OCD. Berikut ini di antaranya.
1. Genetik
Beberapa penelitian menunjukkan OCD berpotensi besar diturunkan melalui orang tua yang menderita OCD. Risiko ini semakin besar diturunkan apabila saudara kandung juga mengalami OCD pada masa kanak-kanak atau remaja.
2. Trauma masa kanak-kanak
Beberapa penelitian menemukan terdapat hubungan antara trauma masa kanak-kanak dengan perkembangan OCD. Trauma tersebut dapat berupa pelecehan, penelantaran, dan peristiwa tidak mengenakkan lainnya.
3. Perubahan struktur otak
Sebuah studi tentang otak menunjukkan adanya perbedaan susunan otak pada penderita OCD. Perbedaan tersebut berada di bagian otak yang mengendalikan perilaku dan respons emosi, yakni korteks frontal dan struktur subkortil otak.
4. Tempramen
Beberapa penelitian menunjukkan orang-orang yang berpotensi terkena OCD adalah mereka yang berperilaku lebih pendiam, mengalami emosi negatif, menunjukkan gejala kecemasan dan depresi pada masa kanak-kanak.
Diagnosis OCD
Diagnosis OCD dapat ditegakkan pada seseorang yang memiliki pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang muncul lebih dari satu jam dalam sehari. Perilaku dan pikiran tersebut menyebabkan tekanan yang signifikan dan mengganggu aktivitas atau fungsi sosial. Terdapat beberapa gejala yang harus memenuhi kriteria untuk mendiagnosis OCD berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Edisi 5 (DSM V), yaitu.
- Memiliki obsesi, kompulsi, atau keduanya.
- Obsesi atau kompulsi memakan banyak waktu (lebih dari satu jam per hari).
- Obsesi atau kompulsi menyebabkan kesusahan atau mempengaruhi partisipasi Anda dalam aktivitas sosial, tanggung jawab pekerjaan, atau peristiwa kehidupan lainnya.
- Gejalanya tidak disebabkan oleh zat, alkohol, obat-obatan, atau kondisi medis lainnya.
- Gejalanya tidak disebabkan oleh kondisi kesehatan mental lain, seperti gangguan kecemasan umum, gangguan makan, dan gangguan pada citra tubuh.
Bagaimana Pengobatan OCD?
Pengobatan bagi penderita OCD dapat dilakukan dengan psikoterapi maupun mengonsumsi obat. Hal ini dapat membantu meningkatkan kualitas hidup penderita OCD serta mereka dapat berfungsi dengan lebih baik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini beberapa pengobatannya.
1. Terapi perilaku kognitif (CBT)
Salah satu terapi yang terbukti efektif untuk mengatasi OCD adalah terapi perilaku kognitif (CBT). Dalam terapi ini, pasien diperkenalkan pada situasi atau gambaran yang memicu obsesi mereka. Meskipun awalnya terapi ini dapat meningkatkan kecemasan, terapi ini dapat membantu pasien untuk belajar menghadapi ketakutan tanpa merespons dengan perilaku kompulsif.
Selama sesi terapi, pasien diajarkan untuk menghindari melakukan tindakan kompulsif yang biasanya mereka lakukan sebagai respons terhadap obsesi (yang dikenal sebagai pencegahan respons). Dengan terus berada dalam situasi yang menimbulkan ketakutan tanpa terjadi konsekuensi buruk, pasien belajar bahwa pikiran-pikiran mereka yang menakutkan hanyalah pikiran belaka.
2. Mengkonsumsi obat
Pengobatan yang dapat digunakan untuk mengurangi gejala OCD dikenal dengan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI). Meskipun obat ini biasanya digunakan untuk penderita depresi, obat ini juga efektif untuk mengobat OCD. Bedanya adalah, dosis obat bagi penderita OCD biasanya lebih tinggi daripada penderita depresi.
3. Perawatan bedah saraf
Penelitian terbaru menunjukkan kapsulotomi ventral gamma, sebuah tindakan pembedahan efektif bagi pasien OCD yang tidak merespons pengobatan terapi atau obat dan memiliki tingkat gangguan yang parah. Namun, penggunaannya masih terbatas karena masih minimnya penelitian. Perawatan bedah saraf ini melibatkan penanaman perangkat pada otak tanpa merusak jaringan otak. Perawatan ini tergolong rumit dan masih terbatas ketersediaan layanannya.
4. Perawatan diri
Merawat gaya hidup yang sehat dapat berperan penting dalam mengelola OCD. Hal Ini meliputi beberapa aktivitas, seperti tidur yang berkualitas, mengonsumsi makanan bergizi, menjaga rutinitas olahraga, dan menjalin interaksi sosial yang positif. Selain itu, teknik-teknik relaksasi sederhana seperti meditasi, yoga, visualisasi, dan pijat dapat digunakan sebagai alat bantu untuk meredakan stres dan kecemasan.
Demikian penjelasan ringkas mengenai apa itu OCD, mulai dari penyebab hingga pengobatan yang bisa dilakukan. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Syifa`ul Husna peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(sto/dil)