Cerita Pilu Gadis Muda Sulit Hidup Normal karena Orgasme Berlebihan

Internasional

Cerita Pilu Gadis Muda Sulit Hidup Normal karena Orgasme Berlebihan

Khadijah Nur Azizah - detikJateng
Senin, 11 Agu 2025 11:21 WIB
sad woman hug her knee and cry. Sad woman sitting alone in a empty room.
Ilustrasi wanita di China alami gangguan seksual di mana sering mengalami orgasme. Foto: Getty Images/spukkato
Solo -

Seorang gadis berusia 20 tahun di China mengalami gejala medis memilukan. Ia menderita dalam keadaan gairah seksual terus-menerus, orgasme tak terkendali, menyebabkannya sulit untuk hidup normal.

"Gejala gairah seksual ditandai oleh pengalaman orgasme yang berulang dan spontan," tulis Jing Yan dan Dafang Ouyang dari Rumah Sakit Peking University Sixth di Beijing, dalam sebuah studi kasus yang diterbitkan di AME Case Reports, dilansir detikHealth, Sabtu (9/8/2025).

Selama lima tahun, perempuan yang tidak diungkapkan identitasnya itu mengalami orgasme tanpa adanya rangsangan seksual. Para ahli kemudian menduga bahwa wanita itu mengalami kondisi medis bernama Persistent Genital Arousal Disorder (PGAD), atau gangguan gairah genital persisten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penderitaan Tiada Henti

Meski mungkin awalnya terdengar sebagai pengalaman menyenangkan, orang yang mengalami kenikmatan terus-menerus lama-kelamaan bisa menderita. Berdasarkan laporan studi pada AME Case Reports, penderita PGAD dapat menyebabkan "gangguan signifikan pada kesejahteraan psikososial dan fungsi sehari-hari".

ADVERTISEMENT

Kondisi itulah yang kini dialami gadis 20 tahun tersebut. Ia dilaporkan mengalami tekanan batin yang luar biasa dan tidak dapat bersekolah, bekerja, atau menjalin hubungan. Kondisinya pun memburuk, sehingga ia hampir tidak dapat menjelaskan gejalanya tanpa terganggu oleh orgasme.

Gejala Awal Berupa "Sensasi Listrik"

Dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa gejala yang dialami gadis itu muncul tatkala dia berumur 14 tahun, awalnya berupa sensasi 'listrik' di perut yang disertai kontraksi panggul mirip orgasme. Pada saat yang sama, dia menunjukkan sensitivitas berlebihan dan keyakinan aneh seperti berpikir orang lain bisa membaca pikirannya.

Kondisi ini membingungkan para dokter dan membuatnya sempat dirawat setahun kemudian dengan gejala depresi dan psikotik.

Diagnosis PGAD menjadi perjalanan yang panjang. Neurolog pada awalnya menyingkirkan kemungkinan epilepsi dan tidak menemukan kelainan struktural pada otak atau organ reproduksi yang bisa memicu respons pleasure-nya yang terus-menerus.

Para dokter akhirnya mendiagnosis gadis itu PGAD setelah serangkaian pengobatan dengan obat antipsikotik berhasil meredakan orgasme serta delusinya. Setelah beberapa minggu perawatan, kondisinya membaik hingga ia bisa kembali bekerja dan bersosialisasi. Namun, setiap kali ia menghentikan pengobatan, gejalanya akan kambuh kembali.

Para peneliti menduga kondisi ini terkait dengan ketidakseimbangan dopamin, neurotransmitter yang terlibat dalam sistem gairah dan penghargaan di otak. Pemberian antipsikotik kemungkinan besar menekan respons dopamin ini, sehingga mengurangi gejala gairahnya.




(apu/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads