Kelaparan parah yang dialami warga Jalur Gaza menyebabkan banyak anak menderita malnutrisi. Bahkan, ada yang kondisi lengannya hanya sebesar ibu jari.
Seperti dialami bayi bernama Wateen Abu Amounah, yang lahir sehat hampir tiga bulan lalu. Namun, kini beratnya 100 gram lebih ringan dibandingkan saat lahir.
"Selama tiga bulan terakhir, berat badannya tidak naik satu gram pun. Sebaliknya, berat badan anak itu justru menurun," beber Kepala Departemen Pediatrik dan Maternitas di Kompleks Medis Nasser, Dr Ahmed al-Farra, dilansir Reuters via detikHealth, Kamis (31/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada kehilangan total otot. Hanya kulit di atas tulang, yang merupakan indikasi bahwa anak tersebut telah memasuki fase malnutrisi berat. Bahkan wajah anak itu, ia telah kehilangan jaringan lemak di pipinya," sambungnya.
Ibu Wateen, Yasmin Abu Sultan, menunjuk ke arah anggota tubuh anaknya. Terlihat, lengannya hanya sebesar ibu jari ibunya.
"Kau lihat? Ini kakinya... Lihat lengannya," keluhnya.
Yasmin mengungkap dia mencoba memasukkan putrinya ke rumah sakit bulan lalu, tetapi pusat kesehatan itu penuh. Kondisi anaknya makin memburuk karena tidak menerima asupan susu selama 10 hari, ditambah keluarganya juga tidak mendapat makanan hampir sehari-hari.
Banyak juga bayi yang kondisinya seperti Wateen mengalami demam dan diare berulang, penyakit yang lebih rentan dialami anak-anak yang kekurangan gizi dan membuat kondisi mereka semakin berbahaya.
"Jika dia terus seperti ini, aku akan kehilangan dia," lanjutnya.
Kini, Wateen mendapat perawatan di rumah sakit. Yasmin dianjurkan supaya bisa memberikannya susu formula sedikit demi sedikit dari botol.
"Efek samping dari kekurangan gizi parah, yang berlawanan dengan intuisi, adalah hilangnya nafsu makan," jelas dokter kepada Reuters.
Selain Wateen, bayi lain yang mengalami malnutrisi adalah Maria Suhaib Radwan yang berusia 10 bulan.
"Dia selalu lesu, berbaring seperti ini. Anda tidak akan melihat responsnya," jelas sang ibu, Zeina Radwan.
Bertahan Hidup dengan Hanya Makan Sehari Sekali
Zeina mengungkap dia tidak bisa menemukan susu atau makanan yang cukup untuk bayinya. Bahkan, dirinya tidak bisa menyusui anaknya karena mengalami kekurangan gizi dampak bertahan hidup dengan hanya makan sehari sekali.
"Anak-anak saya dan saya tidak dapat hidup tanpa nutrisi," sambungnya.
Reuters melaporkan kondisi di Kompleks Medis Nasser selama lima hari, satu dari hanya empat pusat yang tersisa di Gaza yang mampu merawat anak-anak yang sangat kelaparan. Selama berada di sana, 53 kasus anak-anak dengan gizi buruk akut dirawat, menurut kepala bangsal.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 154 orang, termasuk 89 anak-anak, meninggal dunia akibat malnutrisi, jumlah tertinggi terjadi dalam beberapa minggu terakhir. Sebuah lembaga pemantau kelaparan global mengatakan pada hari Selasa bahwa skenario kelaparan sedang terjadi.
"Kami membutuhkan susu untuk bayi, membutuhkan pasokan medis, membutuhkan makanan, dan makanan khusus untuk departemen gizi," tutur Dr Farra.
Para pejabat Israel mengatakan banyak dari mereka yang meninggal akibat malnutrisi di Gaza menderita penyakit bawaan. Para ahli mengatakan hal ini lazim terjadi pada tahap awal krisis kelaparan.
"Anak-anak dengan kondisi bawaan lebih rentan. Mereka terdampak lebih awal," kata Marko Kerac, profesor klinis di London School of Hygiene and Tropical Medicine, yang membantu menyusun pedoman pengobatan WHO untuk malnutrisi akut berat.
Nahasnya, salah satu bayi berusia lima bulan bernama Zainab Abu Haleeb tidak bisa bertahan di tengah kelaparan. Ia rentan terhadap infeksi karena malnutrisi yang parah dan meninggal akibat sepsis.
(apu/rih)