Heboh Video Diduga Makan Bergizi Gratis Berbelatung di Muntilan

Heboh Video Diduga Makan Bergizi Gratis Berbelatung di Muntilan

Eko Susanto - detikJateng
Jumat, 25 Jul 2025 13:32 WIB
Contoh menu lauk lele yang masih tersimpan di SPPG Muntilan, Jumat (25/7/2025).
Contoh menu lauk lele yang masih tersimpan di SPPG Muntilan, Jumat (25/7/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng.
Magelang -

Sebuah video makan bergizi gratis (MBG) di salah satu sekolah di Muntilan, Kabupaten Magelang, ada belatungnya viral di media sosial (medsos). Terkait dengan kejadian tersebut begini penjelasan sekolah dan mitra Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Muntilan.

Video tersebut salah satunya diunggah dalam akun instagram @warganet_news. Dalam akun instagram tersebut diberi keterangan,"Laporan masuk 24/7/2025 18.22 WIB. Mohon diloloskan min, kejadian makan bergizi gratis berbelatung, kejadian tersebut terjadi di salah satu sekolah di muntilan. Harap berhati-hati kepada masyarakat terutama yang menerima program makan bergizi gratis. Tolong pihak yang berwenang agar lebih diperhatikan lagi kualitas makanannya agar kejadian semacam ini tidak terulang lagi. Dimohon username saya sensor min terimakasih," tulis akun seperti dilihat detikJateng, Jumat (25/7/2025).

Penjelasan Pihak Sekolah

Dalam video tersebut, memperlihatkan lele yang tinggal durinya tampak ada belatungnya. Berdasarkan penelusuran detikJateng, kejadian tersebut terjadi di SMK Pangudi Luhur Muntilan.

"Kalau kejadian itu, jelas itu kejadian di sini (SMK Pangudi Luhur Muntilan). Kita tidak pernah ingin menutupi, tadi dari dua teman dari pihak (dapur MBG). Anak-anak sudah kita konfirmasi, meskipun dari pihak MBG konfirmasi ke dapur, kemungkinan-kemungkinan bukan (miliknya)," kata Kepala SMK Pangudi Luhur Muntilan, Br Totok Tri Nugroho kepada wartawan, Jumat (25/7).

"Ya boleh saja, tetapi kami kan meyakini anak-anak. Ini lele dari dapur MBG, saya pikir kita fair. Intinya, kan butuh evaluasi. Ini program yang bagus, yang perlu didukung, tapi rupanya perlu tindak lanjut evaluasi. Tidak hanya evaluasi di dapur MBG, tapi di kami juga evaluasi," sambung Totok.

Totok menyebut usai menerima MBG para siswa seakan tergesa-gesa untuk mengonsumsinya. Sebab, ada batas waktu pengembalian tempat makan atau tepaknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena tepaknya (tempat makan MBG) hanya dikasih waktu 1,5 sampai 2 jam harus kembali. Mestinya kejadian itu, dari kelas (tepak dikumpulkan) sisanya dipindahi. Untuk ke depan, kalau ada apapun tidak beres, tepak supaya tetap menjadi barang bukti, rekam jejaknya," imbuhnya.

"Lha kemarin (Kamis) sudah dilaporkan sama panitia bahwa itu fakta. Tapi, ideal lagi supaya MBG punya bukti tepak harus disendirikan. Yang namanya human error itu, dapur di sini (Muntilan) 3.400, lha kalau lele sebanyak itu digoreng bareng-bareng, verifikasi mateng durung kan belum ngerti. Yang kedua, versi dapur sana itu bukan lelenya karena tidak ada kepalanya, tapi faktanya ada (belatungnya) yang diterima anak," ujarnya.

MBG sendiri di SMK Pangudi Luhur Muntilan itu mulai berlangsung sejak awal bulan ini dengan total siswa 501 anak. Setelah kejadian tersebut, pihaknya memberikan edukasi kepada para siswanya, khususnya untuk bermedia sosial yang baik.

"Kita juga memberikan kritik sama pengelola MBG. Kalau kita juga akan antisipasi, kalau kemarin ambil terus dimakan. Sekarang (anak-anak makan) ditemani di kelas. Sehingga kejadiannya langsung bisa diantisipasi, kalau perlu didokumentasi, cukup dokumentasi. Kalau memviralkan itu, menurut saya seorang guru harus dipertimbangkan kehati-hatiannya, karena media sosial itu kalau sudah di-up-nya nututi angel," tuturnya.

"Prinsip sekolah ini mendukung program pemerintah khususnya MBG, dan kita akan mencoba untuk memperbaiki, memberikan masukan, salah satunya itu tentang lele itu kayaknya bukan komponen yang cocok untuk MBG. Karena tidak dibelah (masaknya), gorengnya mungkin belum matang maka sehingga kalau betul ada hewannya itu (belatung) dia belum mati. Sudah mati nggak apa-apa," ujar dia.

Sementara itu, Koordinator MBG SMK Pangudi Luhur Muntilan, Retno Wilis, menambahkan rincian menu pada Kamis (24/7) lalu. MBG itu terdiri nasi, lele, pisang, tahu, dan sayurnya wortel.

ADVERTISEMENT

"Diantar pukul 10.30 WIB, terus diambil pukul 13.30 WIB," katanya.

Tanggapan Mitra SPPG

Ditemui terpisah, mitra SPPG Muntilan dari Yayasan Al Fath Islamic Center Muntilan, penanggung jawab, Eko Praharjono, mengatakan pihaknya mempertanyakan dan sedang melakukan klarifikasi dengan pihak sekolah.

"Konten seperti itu apa memang benar-benar itu lauk lele dari kita (MBG) atau tidak, itu kita lagi klarifikasi ke sekolah. Hasilnya seperti apa, kita belum tahu," kata Eko.

"Cuma, kalau dari kita, ini masaknya sudah standar, SOP. Kemudian, dari prosesnya masak tidak sampai disimpan atau apa, tidak. Jadi, betul-betul fresh, baru dimasak, kemudian dikirim. Jadi untuk jadi belatung itu kayaknya butuh proses panjang sebetulnya, tapi kok ternyata ada itu. Kita, masih mengklarifikasi ke sumbernya," tambahnya.

Selengkapnya di halaman berikutnya.


Eko menjelaskan proses masaknya untuk 3.400 porsi. Pihaknya pun mempertanyakan soal temuan belatung hanya ada satu kasus.

"Kok yang kejadian cuma satu. Ini, apa betul (lagi klarifikasi)," ujarnya.



Dia menjelaskan SPPG Muntilan mendistribusikan 3.400 porsi untuk 36 sekolah yang ada di Muntilan dan sebagian wilayah Kecamatan Dukun. MBG ini diperuntukkan bagi siswa TK, SD, SMP dan SMA/SMK.

"Sejak kemarin (sore kami tahu viral). Begitu viral. Penginnya, guru juga kooperatif kalau ada kayak gitu, harus disertakan bukti bisa langsung mengklarifikasi. Karena masak 3.400 yang kejadian cuma satu," kata Eko.

"Tapi, kalau dilihat dari tekstur lele yang divideokan dengan lele punya kita kriterianya sangat berbeda. Kita tidak terlalu besar (lelenya), sama masih ada separuh kepalanya. Kalau di konten itu, kok kayaknya agak besar dan tidak ada kepalanya. Itu, versi kita, kita tidak membela diri. Cuma, ini kan baru diklarifikasi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(apl/ams)


Hide Ads