Tata Cara Sholat di Kereta Api dengan Panduan Arah Kiblat, Wudhu, dan Tayamum

Tata Cara Sholat di Kereta Api dengan Panduan Arah Kiblat, Wudhu, dan Tayamum

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Jumat, 11 Jul 2025 16:17 WIB
A Muslim man praying at home. A Muslim man sitting on prayer mat. Vector illustration.
Ilustrasi sholat. Foto: Getty Images/fadfebrian
Solo -

Melaksanakan ibadah di tengah perjalanan kini bukan lagi hal yang sulit, termasuk saat bepergian dengan kereta api. Bagi umat Islam, memahami tata cara sholat di kereta api menjadi penting agar tetap bisa menunaikan kewajiban meski dalam kondisi safar. Dengan fasilitas kereta yang semakin baik dan panduan fikih yang jelas, ibadah bisa dilakukan secara sah dan nyaman.

Di sisi lain, perjalanan jauh sering kali membawa tantangan tersendiri, seperti keterbatasan tempat untuk berwudhu, arah kiblat yang terus berubah, hingga waktu sholat yang hampir habis sebelum tiba di tujuan. Oleh karena itu, memahami ketentuan seputar wudhu, tayamum, dan arah kiblat selama di atas kereta akan sangat membantu menjaga kekhusyukan dan keabsahan ibadah.

Lantas, bagaimanakah tata cara sholat di kereta api? Yuk, simak panduan selengkapnya berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tata Cara Sholat di Kereta Api

Seiring meningkatnya kenyamanan layanan kereta api di Indonesia, beberapa perjalanan jarak jauh kini sudah dilengkapi dengan fasilitas mushola atau ruang sholat khusus. Beberapa kereta seperti KA Malabar, Gajayana, Malioboro Ekspres, Majapahit, Brawijaya, Argo Muria, Argo Sindoro, Ciremai, hingga Gayabaru Malam Selatan telah menyediakan ruang ibadah kecil yang dapat dimanfaatkan penumpang untuk menunaikan kewajiban sholat. Informasi ini juga dikonfirmasi melalui akun resmi X @kai121. Di mushola tersebut, kita dapat mengerjakan sholat seperti biasa.

Namun, tidak semua kereta menyediakan fasilitas tersebut. Untuk mengetahui ketersediaannya, detikers dapat bertanya kepada petugas di kereta api. Jika mushola tidak tersedia atau kondisi tidak memungkinkan untuk turun dan sholat di stasiun, penumpang tetap dapat melaksanakan sholat di atas kereta dengan mengikuti panduan fikih yang relevan, sebagaimana dijelaskan dalam buku Potret Kompetensi Dasar Santri karya Abd Muqit. Berikut adalah tata cara sholat di dalam kereta api jika tidak tersedia ruang sholat khusus:

ADVERTISEMENT
  • Duduk dalam posisi biasa seperti orang naik kendaraan, punggung bersandar pada sandaran kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.
  • Lakukan takbiratul ihram dan bacaan surat dengan posisi seperti di atas.
  • Untuk rukuk, sedikitkan tundukkan badan ke depan.
  • I'tidal dengan kembali ke posisi duduk semula.
  • Lakukan sujud dengan menundukkan badan lebih rendah dari posisi rukuk.
  • Duduk di antara dua sujud seperti saat posisi awal duduk.
  • Gerakan-gerakan lainnya dilakukan sebagaimana biasa sesuai kemampuan.
  • Saat tasyahud, angkat jari telunjuk sebagai isyarat, dengan pandangan mengarah ke jari.
  • Akhiri sholat dengan salam ke kanan dan kiri, tetap dalam posisi duduk.

Panduan Arah Kiblat Saat Sholat di Kereta Api

Melaksanakan sholat saat berada di atas kereta api adalah hal yang mungkin dilakukan, terutama dalam perjalanan jarak jauh. Namun, salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana cara menentukan arah kiblat saat di dalam kereta yang terus bergerak? Meski terkesan rumit, panduan dari berbagai sumber fikih membantu kita memahami prinsip dasarnya.

Dalam buku Pedoman dan Tuntunan Shalat Lengkap, Abdul Kadir Nuhuyanan menjelaskan, ketika seseorang memulai sholat di atas kendaraan, hendaknya ia menghadap ke arah kiblat terlebih dahulu. Jika kemudian kendaraan berubah arah selama sholat berlangsung, maka boleh mengikuti arah kendaraan. Ini menunjukkan adanya kelonggaran dalam pelaksanaan sholat saat safar, asalkan diniatkan dan dimulai dengan benar.

Sementara itu, dalam Potret Kompetensi Dasar Santri karya Abd Muqit, ditegaskan bahwa prinsip utama dalam sholat adalah menyempurnakan rukun-rukunnya, termasuk berdiri dan menghadap kiblat. Namun, dalam keadaan safar, kelonggaran berlaku. Bila memungkinkan untuk sholat sambil berdiri dan menghadap kiblat di atas kendaraan seperti kapal atau mobil, maka sholat wajib tetap bisa dilakukan.

Namun jika tidak memungkinkan berdiri dan tidak bisa menghadap kiblat, sholat wajib di kendaraan hanya boleh dilakukan bila dikhawatirkan waktu sholat habis dan tidak ada cara lain untuk berhenti sejenak. Dalam kondisi ini, arah kiblat dapat disesuaikan semampunya, dan posisi sholat dilakukan sambil duduk.

Lebih lanjut, dalam Ensiklopedia Fikih Indonesia karya Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa arah kiblat saat naik kereta bisa diperkirakan berdasarkan arah perjalanan. Misalnya, dalam perjalanan dari Jakarta ke Surabaya (barat ke timur), maka kiblat berada di belakang arah laju kereta. Sebaliknya, dari Surabaya ke Jakarta (timur ke barat), maka kiblat umumnya ada di depan arah laju kereta. Meski tidak sepenuhnya akurat karena rel kereta bisa berbelok-belok, namun relatif arah jalur kereta cukup lurus, dan bisa dijadikan acuan saat memperkirakan arah kiblat.

Cara Berwudhu di Kereta Api

Melaksanakan sholat dalam perjalanan tidak bisa lepas dari wudhu sebagai syarat sah ibadah. Saat bepergian menggunakan kereta api, seorang muslim tetap wajib menjaga kesucian sebelum menunaikan sholat. Untungnya, fasilitas kereta api saat ini sudah jauh lebih baik dibanding masa lalu. Di hampir semua kereta jarak jauh di Indonesia, toilet dan kran air tersedia di setiap gerbong, bahkan beberapa sudah dilengkapi dengan tempat mencuci kaki. Kondisi ini tentu sangat memudahkan penumpang untuk berwudhu sebagaimana biasa.

Dalam buku Panduan Praktis Wisata Syariah karya Tohir Bawazir, dijelaskan bahwa ketika melakukan perjalanan dengan transportasi darat seperti kereta api, berwudhu sebaiknya tetap dilakukan secara normal, karena air umumnya tersedia dan mudah diakses. Ini berbeda dengan kondisi ekstrem seperti dalam penerbangan atau perjalanan laut tertentu, di mana wudhu dengan air bisa lebih sulit dilakukan.

Adapun tata cara berwudhu yang lengkap dan sesuai tuntunan Nabi SAW, sebagaimana disebutkan dalam Fikih Sunnah Jilid 1 karya Sayyid Sabiq, meliputi beberapa rukun dan sunnah. Rukun wudhu terdiri dari:

  • Niat
  • Membasuh muka
  • Membasuh kedua tangan hingga siku
  • Mengusap kepala
  • Membasuh kedua kaki hingga mata kaki
  • Tertib dan berurutan

Sementara amalan sunnah dalam wudhu yang disarankan antara lain:

  • Membaca basmalah sebelum memulai
  • Mencuci kedua telapak tangan
  • Berkumur
  • Memasukkan air ke hidung dan mengeluarkannya
  • Mengusap kedua telinga setelah mengusap kepala

Ketika berwudhu di kereta api, penting untuk menjaga etika dan kebersihan, tidak menyipratkan air sembarangan, serta memperhatikan kenyamanan penumpang lain.

Bolehkah Boleh Mengganti Wudhu dengan Tayamum?

Pertanyaan ini kerap muncul di tengah para musafir yang ingin menjaga kewajiban sholat dalam perjalanan, khususnya saat menempuh perjalanan jauh menggunakan kereta api. Dalam situasi tertentu, bertayamum memang menjadi solusi syar'i saat air tidak tersedia atau sulit diakses. Namun, apakah kondisi dalam kereta api saat ini masih memungkinkan penggunaan tayamum?

Dalam Tafsir Al-Azhar Jilid 2, Buya Hamka menjelaskan bahwa bertayamum adalah bentuk keringanan (rukhshah) yang diberikan kepada musafir yang kesulitan mendapatkan air. Ia menggambarkan kondisi perjalanan di masa lalu, padang pasir yang gersang, kendaraan unta atau kuda, serta sulitnya memperoleh air untuk wudhu. Bahkan Buya mencontohkan bahwa dalam kondisi kereta api yang penuh sesak dari Jakarta ke Surabaya di masa itu, hingga untuk keluar menuju toilet pun sulit, maka seseorang boleh bertayamum dengan menyentuhkan tangan ke dinding kereta, sebagaimana dahulu Nabi juga pernah bertayamum dengan menyentuh dinding rumahnya.

Namun, dalam Ensiklopedia Fikih Indonesia karya Ahmad Sarwat, dijelaskan bahwa salah satu syarat sah sholat adalah suci dari hadas kecil, dan itu dicapai dengan berwudhu menggunakan air, bukan tayamum, jika memang air tersedia dan bisa digunakan. Ia menekankan bahwa jika toilet ada dan bisa diakses, maka wudhu tetap menjadi kewajiban sebelum sholat.

Kenyataan saat ini menunjukkan bahwa kondisi perjalanan kereta api sudah sangat berbeda dengan masa yang digambarkan Buya Hamka. Kereta api jarak jauh kini umumnya tidak lagi berdesakan seperti dulu, setiap gerbong juga sudah dilengkapi dengan toilet, dan sebagian besar bahkan menyediakan fasilitas berupa tempat khusus mencuci kaki yang memudahkan berwudhu. Hal ini menunjukkan bahwa kesulitan yang menjadi alasan diperbolehkannya tayamum sudah tidak lagi relevan dalam banyak kasus.

Dengan demikian, tayamum hanya dibolehkan ketika memang benar-benar tidak bisa menggunakan air, seperti jika toilet rusak, air tidak tersedia, atau ada alasan medis yang melarang penggunaan air. Jika tidak ada halangan semacam itu, maka berwudhu tetap menjadi syarat utama dan tayamum tidak dapat digunakan sebagai pengganti yang sembarangan.

Demikianlah tadi penjelasan lengkap mengenai tata cara sholat di kereta api, beserta panduan arah kiblat, wudhu, dan tayamum. Semoga bermanfaat!




(par/apu)


Hide Ads