Patah tumbuh hilang berganti. Pepatah ini sepertinya tepat untuk Dwi Retno Anggraeni, warga Kelurahan Parakancanggah, Kecamatan/ Kabupaten Banjarnegara. Meski sempat terpuruk dengan kondisi fisiknya, namun kini hasil karyanya sudah terjual ke berbagai kota di Indonesia.
Ditemui di rumahnya di Kelurahan Parakancanggah, Retno begitu ia akrab disapa terlihat tengah duduk di atas kursi roda. Tangannya lincah dan cekatan memotong kain flanel menjadi bentuk-bentuk lucu. Seperti donat, wortel, sate, hingga aneka kue pasar.
Sesekali gadis 26 tahun ini menunduk memeriksa detail hasil karyanya agar tetap rapi dan layak jual. Ya, pemilik merk d'Ra Craft ini sudah menghasilkan aneka mainan edukasi dan media pembelajaran menggunakan kain flanel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun usaha yang digeluti sejak tahun 2020 lalu ini bukan datang secara tiba-tiba. Harapannya untuk meraih masa depan sempat terhenti pada 2016 lalu karena mengalami cedera saat olahraga hingga membuat kedua kakinya tak lagi bisa digerakkan.
Di momen ini, anak kedua dari tiga bersaudara ini mengaku harapannya untuk meraih mimpi hilang. Bahkan ia sempat menutup diri dan enggan bertemu atau berkomunikasi dengan orang lain.
"Saya menjadi disabilitas sejak 2016 karena cedera saat olahraga. Pastinya susah ya saat awal-awal. Sampai takut ketemu orang, takut ngobrol," ujarnya, Selasa (8/7/2025).
Tetapi, perlahan Retno mulai bangkit. Alasannya sederhana. Ia tidak mau menjadi beban kedua orang tuanya terus menerus. Terlebih saat itu ia hampir lulus dari bangku SMA.
"Pelan-pelan saya mulai menerima. Saya tidak mau terus menerus menjadi beban orang tua. Jadi saya harus bangkit dan berbuat sesuatu," tuturnya.
Benar saja, satu tahun kemudian mahasiswi semester 3 jurusan administrasi bisnis ini mulai belajar secara autodidak membuat mainan edukasi dari bahan flanel. Jerih payahnya pun membuahkan hasil. Pada tahun 2020, hasil karyanya mulai dilirik pasar.
"Kalau mulai membuat mainan ini sejak tahun 2017. Tetapi mulai dijual itu tahun 2020 melalui online sampai sekarang. Dulu awalnya belajar autodidak dari internet," terangnya.
Saat ini mulai dari membuat pola, menjahit, finishing, foto produk hingga penjualan ia lakukan sendiri dari atas kursi roda. Mahasiswi Universitas Terbuka ini menyampaikan saat ini kerajinan hasil buatannya sudah terjual ke berbagai kota di Indonesia. Omzetnya per bulan kisaran Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta.
"Harganya per paket, mulai dari Rp 35 ribu sampai Rp 110 ribu. Kalau yang beli sudah dari berbagai kota di Indonesia. Untuk penghasilan rata-rata sebulan Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta. Tapi itu masih kotor, belum untuk beli bahan-bahannya," ungkapnya.
(afn/dil)