Puasa Tasua dan Asyura secara berurutan dikerjakan tanggal 9-10 Muharram. Sama seperti puasa lain, sebelum masuk waktu subuh, detikers harus berniat terlebih dahulu. Seperti apa bacaan niatnya?
Disadur dari situs resmi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama, puasa Asyura memiliki tiga tingkatan pengerjaan. Tingkat pertama adalah puasa pada hari Asyura saja, yakni tanggal 10.
Pada tingkat kedua, puasa Asyura dikerjakan dengan didahului puasa Tasua. Adapun tingkatan ketiga, sekaligus yang paling sempurna, seorang muslim mengerjakan puasa sebanyak 3 hari, yakni tanggal 9, 10, dan 11.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Adapun tingkatan puasa Asyura ada tiga; Yang paling sempurna adalah didahului puasa di hari sebelumnya dan diiringi puasa di hari setelahnya. Lalu diikuti dengan puasa di tanggal 9 dan 10 (Muharram) saja, dan ini yang banyak disebut dalam hadits. Kemudian diikuti dengan hanya berpuasa di tanggal 10 (Muharram) saja." (Zadul Ma'ad karangan Ibnul Qayyim al-Jauziyyah).
Terlepas dari tingkatan mana yang mau detikers amalkan, kedua puasa ini harus diawali dengan niat dahulu. Berikut ini bacaan niat puasa Tasua dan Asyura lengkap dengan keutamaannya. Baca sampai tuntas, ya!
Niat Puasa Tasua dan Asyura
Diambil dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI) Digital, niat puasa Tasua 9 Muharram adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatit Tasû'â lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Tasu'a esok hari karena Allah SWT."
Adapun puasa Asyura 10 Muharram, lafadz niatnya adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an adâ'i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta'âlâ.
Artinya: "Aku berniat puasa sunnah Asyura esok hari karena Allah SWT."
Perlukah Niat Puasa Dibaca?
Polemik perlu tidaknya niat puasa dibaca sampai sekarang masih menjadi topik perbincangan hangat masyarakat. Yang jelas, Nabi Muhammad SAW tidak pernah melakukan atau menganjurkan hal ini kepada para sahabat. Wallahu a'lam bish-shawab.
Diambil dari buku Catatan Fikih Puasa Sunnah tulisan Hari Ahadi, Abu Bakr ad-Dimyathi asy-Syafi'i, seorang ulama terkenal mengungkapkan dalam kitabnya, I'anah ath-Thalibin:
أن النية فى القلب لا باللفظ ، فتكلف اللفظ أمر لا يحتاج إليه
Artinya: "Sesungguhnya niat terletak di hati bukan pada lafal. Memaksakan diri untuk mengucapkan niat termasuk perbuatan yang tidak perlu dilakukan." (I'anah ath-Thalibin, I/90)
Ulama Syafi'iyyah lain, Imam an-Nawawi, memberi keterangan senada:
لَا يَصِحُ الصَّوْمُ إِلَّا بِالنِّيَّةِ، وَتَحَلُّهَا الْقَلْبُ. وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِلَا خِلَافٍ
Artinya: "Tidak sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Tempat niat di dalam hati, tidak dipersyaratkan untuk dilafalkan, tanpa ada khilaf (perselisihan) dalam masalah ini." (Raudhah ath-Thalibin, II/350)
Namun, ada juga ulama yang menganjurkan umat Islam untuk membaca niat. Tujuannya adalah membantu hati dalam menetapkan niat. Semoga Allah SWT senantiasa memberi kita petunjuk dalam menjalankan amal ibadah yang disyariatkan. Aamiin.
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Dikutip dari buku 33 Faedah Terkait Bulan Muharam dan Hari Asyura oleh Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid, keutamaan puasa Asyura adalah menghapuskan dosa satu tahun yang lalu. Bersabda Nabi Muhammad SAW:
وَصِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya: "Puasa Asyura aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa satu tahun yang lalu." (HR Muslim no 1162)
Adapun puasa Tasua, Rasulullah SAW tidak secara gamblang menerangkan keutamaannya. Hanya saja, seorang muslim sudah semestinya mengerjakan puasa ini sebagaimana dahulu Nabi SAW tekadkan.
عن عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِمُهُ الْيَهُودُ، وَالنَّصَارَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ . قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Artinya: "Dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, 'Ketika Rasulullah SAW berpuasa Asyura (10 Muharram) dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa. Para sahabat memberi tahu, 'Wahai Rasulullah, itu adalah hari yang juga diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani.' Rasulullah SAW menjawab, 'Kalau ada kesempatan pada tahun depan, insya Allah kita akan berpuasa juga Tasua (9 Muharram)'. Ibnu Abbas berkata, 'Belum datang tahun berikutnya, tetapi Rasulullah SAW sudah terlebih dahulu wafat.'" (HR Muslim no 1134)
Terlepas dari keutamaan di atas, detikers sudah semestinya menunaikan kedua puasa ini. Mengingat, puasa Tasua dan Asyura sama-sama jatuh pada bulan Muharram yang padanya pahala amal kebaikan dilipatgandakan.
Terlebih, Nabi Muhammad SAW pernah menjelaskan bahwa puasa pada bulan Allah (Muharram) adalah yang paling utama setelah puasa Ramadhan. Wallahu a'lam bish-shawab.
Demikian uraian ringkas mengenai niat puasa Tasua dan Asyura 9-10 Muharram beserta keutamaannya. Semoga bisa membantu detikers mempersiapkan diri mengerjakan keduanya, ya!
(sto/apu)