Setelah menyepakati gencatan senjata dengan Iran yang mengakhiri perang udara selama 12 hari, Israel kini kembali fokus ke Jalur Gaza.
Dikutip detikNews dari Anadolu Agency, Tel Aviv bertekad memulangkan semua sandera yang tersisa dan membubarkan rezim Hamas yang didukung Teheran.
Kepala Staf Militer Israel Eyal Zamir, seperti dilansir Anadolu Agency, Rabu (25/6/2025), mengatakan kampanye Israel terhadap Iran belum berakhir dan memasuki fase baru. Iran mendukung rezim Hamas yang menguasai Jalur Gaza dan berperang melawan Israel sejak Oktober 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang fokusnya beralih kembali ke Gaza -- untuk memulangkan para sandera dan membubarkan rezim Hamas. Saya bangga memiliki hak istimewa untuk memimpin organisasi ini selama periode ini," kata Zamir dalam pernyataannya.
Adapun gencatan senjata antara Israel dan Iran berlaku sejak Selasa (24/6), setelah diwarnai kebingungan soal waktu dimulainya penghentian pertempuran udara antara kedua negara menyusul pengumuman mengejutkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Dalam pernyataannya, Zamir juga mengklaim rentetan serangan Israel terhadap Iran telah menghambat program nuklir negara itu "selama beberapa tahun".
"Kita telah menghambat proyek nuklir Iran selama beberapa tahun, dan hal yang sama berlaku untuk program rudalnya," ucap Zamir dalam pernyataan yang disampaikan setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai berlaku pada Selasa (24/6).
Diketahui, perang antara Israel dengan Hamas berlangsung sejak Oktober 2023, setelah kelompok militan yang didukung Teheran itu melancarkan serangan mengejutkan terhadap Tel Aviv.
Militer Israel melancarkan serangan brutal terhadap Jalur Gaza sebagai pembalasan terhadap Hamas. Menurut data Kementerian Kesehatan Gaza, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 56.077 orang, mayoritas warga sipil.
Tel Aviv mengklaim serangan-serangannya untuk memulangkan sekitar 49 sandera yang masih ditahan oleh kelompok militan di Jalur Gaza -- termasuk 27 sandera yang diyakini oleh militer Tel Aviv telah tewas, dan membubarkan kelompok Hamas.
Perang berkepanjangan di Jalur Gaza yang berpenduduk lebih dari dua juta orang itu memicu krisis, dengan banyak orang berada dalam kondisi di ambang kelaparan setelah Israel memblokade semua pasokan sejak awal Maret dan melonggarkannya pada akhir Mei lalu.
November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) merilis surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICC) atas perang yang dikobarkannya di daerah kantong Palestina itu.
(dil/apu)