Sopir Truk Demo ODOL di Jateng Keluhkan Premanisme, Polda: Laporkan Saja

Sopir Truk Demo ODOL di Jateng Keluhkan Premanisme, Polda: Laporkan Saja

Arina Zulfa Ul Haq - detikJateng
Senin, 23 Jun 2025 14:07 WIB
Dirlantas Polda Jateng, Kombes Pratama Adhyasastra di Kantor Dishub Jateng, Kecamatan Semarang Barat, Senin (23/6/2025).
Dirlantas Polda Jateng, Kombes Pratama Adhyasastra di Kantor Dishub Jateng, Kecamatan Semarang Barat, Senin (23/6/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng
Semarang -

Isu pungli dan premanisme menjadi salah satu yang disorot dalam aksi sopir truk di Kantor Dishub Jateng, Semarang, hari ini. Dirlantas Polda Jateng Kombes Pratama Adhyasastra meminta sopir melaporkan aksi premanisme itu ke polisi.

"Saya rasa sekarang kalau memang mereka ada premanisme ya laporkan aja," kata Pratama kepada awak media di Kantor Dishub Jateng, Kecamatan Semarang Barat, Senin (23/6/2025).

Menurutnya, laporan dari para pengemudi sangat penting untuk bisa mengambil tindakan hukum. Jika dilaporkan, pihak berwajib dapat bertindak sesuai aturan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau dilaporkan, saya rasa biar ada aturan yang mengatur," ujarnya.

Meski pungli dan premanisme menjadi salah satu isu utama dalam unjuk rasa hari ini, Pratama mengungkapkan bahwa hingga kini belum ada laporan resmi yang masuk terkait praktik-praktik tersebut.

ADVERTISEMENT

"Saya belum dengar (ada laporan). Tapi saya yakin di beberapa tempat pasti sudah ada dan tidak mungkin tidak ditindaklanjuti," katanya.

Ia juga meminta komunitas sopir maupun masyarakat untuk proaktif jika mengetahui praktik pungli di lapangan.

Diketahui, sopir truk melakukan unjuk rasa terkait aturan over dimension over load (ODOL) di Kantor Dishub Jateng. Selain menolak pemberlakuan aturan ODOL, peserta aksi juga mengeluhkan masalah presmanisme.

Koordinator aksi di Semarang, Suroso, menyebut sopir bisa terkena pungli Rp 2-3 juta dalam sekali perjalanan. Masalah premanisme itu juga menjadi 1 dari 16 tuntutan yang disampaikan saat aksi.

"Itu punglinya Pak? Rp 2-3 juta punglinya di Jakarta. (Dalam satu kali perjalanan?) Iya, kalau di Jakarta apalagi itu," ujarnya. Ia menegaskan, aksi kali ini baru peringatan awal.

"Bilamana ini tidak segera direspons, kita akan mogok nasional. Kita nggak akan aksi di jalan, tapi akan mogok di rumah. Karena dengan adanya undang-undang ini kita sudah tertekan, sudah merasa keberatan," ujar Suroso.

Sopir truk lain asal Semarang, Nursholeh (51) juga mengatakan hal serupa. Dia menyebut saat ini masih ada pungli hingga preman berkeliaran.

"Kita di jalan bukan cuma mikir logistik, tapi juga keselamatan. Pungli masih banyak, preman juga masih berkeliaran. Kita bukan minta dimanja, cuma ingin dihargai," sambung Nursholeh.




(afn/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads