Tujuh ekor sapi milik pedagang sapi di Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko, Klaten, mati. Sapi tersebut mati diduga tertular satu sapi yang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan belum divaksinasi.
"Jadi Pak Adi itu bakul atau pedagang ternak terutama kurban, dan informasi dari Puskeswan sapinya belum divaksin. Belum divaksin karena tidak ada permintaan vaksin atau surat keterangan vaksin dari tempat asal," jelas Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pemkab Klaten, Iwan Kurniawan kepada detikJateng, Senin (2/6/2025) siang.
Dijelaskan Iwan, tanggal 15 Mei yang bersangkutan membeli sapi dari Pasar Jelok, Kabupaten Boyolali. Sapi yang mestinya tidak langsung masuk kandang, dicampur dengan sapi lain karena padatnya penjualan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena padatnya penjualan mendekati Idul Adha, itu dicampur padahal belum ada surat keterangan divaksin. Tanggal 25 Mei Pak Adi menghubungi petugas kesehatan untuk memberikan vaksin," papar Iwan.
Saat itu, lanjut Iwan, sapi sudah terserang dan menyebar ke sapi yang lain. Ada tujuh ekor yang mati dan dua ekor sapi disembelih paksa.
"Ada tujuh ekor yang mati dan dua disembelih paksa karena memang khawatir akan mati jadi total ada sembilan. Tadi tim sudah melakukan disinfektan ke tiga kandang, yang totalnya ada sekitar 23 ekor," papar Iwan.
Dengan kejadian tersebut, Iwan mengimbau para pedagang untuk tidak segan meminta petugas mengecek kesehatan hewannya. Petugas akan memeriksa ternak dan memberikan surat sehat.
"Perlu minta tolong petugas, nanti dari petugas akan memberikan surat keterangan sehat yang menyatakan layak untuk konsumsi kurban," sambung Iwan.
Lebih lanjut Iwan mengatakan kasus kematian di lokasi tersebut kemungkinan disebabkan karena PMK. Sebelumnya sapi sudah terkena.
"Karena PMK sebelumnya memang sudah terkena, infonya dari petugas kesehatan. Daerah lain nol belum ada laporan PMK, tapi selalu nanti kita update, kita setiap saat monitoring dan turun memantau," imbuh Iwan.
"Klaten PMK tidak ada, kondusif. Ini kan kasusnya dari luar," pungkasnya.
Pemilik sapi, Adi Priyanto (41) mengatakan dirinya beli semua sapi jenis FH itu (sembilan ekor) dari pasar Jelok, Kabupaten Boyolali. Sesampai di Klaten nafsu makan sapi berkurang.
"Saya beli sapi semua dari Pasar Jelok, selang 20 hari nafsu makan berkurang. Saya obati sampai tiga mantri ndak sembuh, lalu mati tujuh ekor, yang sakit dua ekor saya jual ke jagal," kata Adi kepada awak media.
Sapi tersebut, terang Adi, padahal sudah dibayar untuk kurban. Akibat kejadian tersebut dirinya harus mengganti sapi yang mati.
"Total sembilan ekor pesanan pihak kurban jadi saya harus mengganti sesuai dengan budget yang sudah dikeluarkan. Prediksi mantri gejala PMK," lanjutnya.
(aku/apl)