Peternak asal Desa Purbadana, Kecamatan Kembaran, Banyumas, Kusmaryanto (53) ketiban pulung. Menjelang Idul Adha, sapi simental miliknya dibeli Presiden Prabowo Subianto untuk kurban di Banyumas. Sapi bernama Bawor itu dibeli Rp 93 juta.
"Bobot sapinya 1 ton 7 kg, jenis Simental. Dibeli seharga Rp 93 juta," kata Kusmaryanto kepada wartawan di Purwokerto, Kamis (22/5/2025). Dia bilang Sapi tersebut rencananya akan disembelih di rumah pemotongan hewan (RPH) Kabupaten Banyumas.
Kusmaryanto menceritakan, awalnya ada petugas dari Dinas Peternakan Banyumas yang datang ke peternakannya untuk mencari sapi yang berukuran besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kebetulan saya punya sapi jenis simental satu ekor," ujar dia.
Dua pekan lalu, Kusmaryanto mengaku dihubungi orang dari Sekretariat Presiden (Setpres) yang menanyakan sapinya. Lalu ia mendapat undangan untuk rapat di Semarang.
"Saya ditelepon langsung dari Setpres sekitar setengah bulan lalu. Kemudian kemarin saya diundang Dinas Peternakan Provinsi Jateng untuk mengumpulkan dokumen seperti KTP, nomor rekening, dan NPWP," jelasnya.
Menurut Kusmaryanto, daging sapi kurban tersebut rencananya akan dibagi ke warga Kelurahan Karangklesem, Kecamatan Purwokerto Selatan.
"Arahan dari dinas, sapi tersebut nanti akan dibawa ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Tambaksari H+1 Idul Adha. Tadinya masuk disembelih di masjid, tapi karena ini sapi besar jadi disembelih di RPH," ungkapnya.
Dengan bobot satu ton, ia memperkirakan daging sapi ini cukup untuk dibagikan ke sekitar tiga atau empat RT.
"Sepertinya cukup buat warga di tiga atau empat RT. Karena teorinya, daging yang dihasilkan paling tidak 60 persen dari bobot hidup," ucap dia.
Dikarantina di Kaki Gunung
Sapi 'Bawor' ini kini dikarantina di tempat khusus.
"Sekarang sapinya dikarantina di daerah gunung sana, untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Seperti peristiwa sapi yang mati di Sulawesi kemarin," kata Kusmaryanto.
Selain itu, Kusmaryanto menyebut perlakuan khusus ini juga sekaligus untuk mengantisipasi sapi kurban Prabowo tidak terkena penyakit menular. Perlakuan khusus ini arahan dari Dinas Peternakan Jateng pada saat rapat kemarin.
"Ini juga untuk menghindari PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) dan LSD (Lumpy Skin Disease). Sapi berukuran jumbo juga rawan stres apabila suasana lingkungan kandang tidak tenang," terangnya.
Kusmaryanto mengatakan, perlakuan khusus lainnya yaitu sapi tersebut hanya dirawat satu orang saja, bahkan dirinya juga tidak berani mendekat. Masyarakat yang tidak berkepentingan tidak boleh mendekat ke kandang ini.
"Yang merawat nggak boleh ganti-ganti, yang boleh masuk kandang hanya orang yang merawat itu. Sekarang saya juga nggak berani masuk kandang, takut menularkan (penyakit) karena saya juga merawat sapi lain di tempat sendiri," jelasnya.
Meski begitu, tidak ada pakan khusus yang disediakan untuk sapi ini. Kusmaryanto memberi pakan seperti rumput gajah dan singkong.
"Diberi pakannya pagi dan sore, sehari total butuh sekitar 50 kg rumput gajah dan 6 kg singkong untuk pakan tambahan. Kesehatannya juga betul-betul dijaga," kata Kusmaryanto.
Menurut dia, sapi milik Prabowo ini juga sudah menjalani pemeriksaan kesehatan oleh tim dokter hewan dari Dinas Perikanan dan Peternakan Banyumas. Pemeriksaan ini meliputi sampel kotoran sapi dan sebagainya.
"Kemarin dari dinas sudah mengambil sampel kotorannya untuk di cek di laboratorium, alhamdulillah hasilnya bagus, tidak ada penyakit," ungkapnya.
Kusmaryanto mengaku sapi ini sudah dirawat selama dua tahun. Sedangkan sapi berkelamin jantan ini, sekarang berusia 3,5 tahun.
"Usianya sekarang 3,5 tahun. Tapi saya sudah merawat dari dua tahun lalu," ujarnya.
Penjelasan Pemkab Banyumas
Sementara itu Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (Dinkanak) Kabupaten Banyumas, Sulistiono, mengonfirmasi adanya pembelian sapi oleh Presiden Prabowo di Banyumas.
"Ya benar itu dibeli Pak Presiden Prabowo. Kita nyari yang sapi besar kurang lebih 1 ton, terus nanti dibeli lewat Sekretaris Presiden ketika harganya cocok," kata Sulistiono saat dihubungi wartawan, Kamis (22/5/2025).
Sulis menjelaskan, pihaknya sudah menyurvei beberapa peternak, tapi harganya tidak masuk. Akhirnya pihaknya menemukan peternak yang cocok dan langsung ditindaklanjuti.
"Jadi tidak setiap ada sapi ditawar, tergantung tawarannya. Budget maksimal Rp 100 juta dari Setpres. Kalau ada yang buka harga Rp 125 juta atau Rp 115 juta itu kami tinggal," ujar Sulis.
"Staf saya yang ngecek, belum lihat sapinya seperti apa kalau harganya di atas Rp 100 ya nggak jadi," pungkasnya.
(dil/apl)