Sebuah video yang memperlihatkan seorang pria tengah memegang pupuk diduga palsu viral di media sosial (medsos). Dinas Pertanian Sragen pun turun tangan menelusuri kabar viral tersebut.
Video itu diunggah akun tiktok @matajatenq. Dalam video berdurasi sekitar 45 detik, pria berbaju putih nampak memegang benda yang diduga pupuk palsu berwarna biru dan putih. Disebutkan pupuk tersebut beredar di Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Kiri, Kabupaten Sragen.
"Ini dari pengecer, saudara Salman, tidak lain tidak bukan adalah anak menantu dari bapak Suroto sebagai Wakil Bupati Sragen, ini pupuk palsu yang katanya NPK. Petani di Gilirejo Baru tidak boleh membeli pupuk subsidi kalau tidak membeli ini," kata pria tersebut seperti unggahan @matajatenq yang dilihat detikJateng, Kamis (15/5/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sragen, Eka Rini Mumpuni Titi Lestari, mengatakan pihaknya tengah melakukan pengecekan peredaran pupuk di kawasan Miri.
"Hari ini tim ke lapangan, dari tim KP3 (Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida) ada Dinas Pertanian, Perdagangan, Perekonomian, dari Pupuk Indonesia juga datang, distributor juga datang. Ini masih di lapangan. Itu yang disampaikan di Medsos di Gilirejo Baru, di Miri," kata Eka, saat dihubungi awak media, Kamis (15/5).
Saat ini, pihaknya masih menunggu hasil dari pengecekan oleh tim. Oleh karena itu, belum dapat disimpulkan apakah pupuk itu palsu atau tidak.
Dia mengatakan jenis pupuk yang beredar cukup banyak, setiap produsen memiliki warna dan bentuk pupuknya tersendiri. Tapi pada kemasan tertera kandungan pupuk, nama produsen, dan perizinannya.
"Sesuai tupoksi kami untuk pengecekan, tapi nanti akan ada pihak atau lembaga lain yang berwenang untuk menyatakan pupuk palsu," jelasnya.
Saat disinggung terkait nama mantu Wakil Bupati Sragen, Eka masih menunggu laporan tim di lapangan.
"Hari ini kami ke sana, saya belum mendapatkan laporan. Hari ini saya ada kegiatan di lapangan, ada tim yang lain," ucapnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sragen, Ratno, mengatakan pupuk yang ditunjukkan dalam video tersebut merupakan pupuk nonsubsidi. Dia menyebut pada kemasan pupuk sudah ada kandungannya. Namun, untuk membuktikan pupuk itu palsu atau tidak, perlu dilakukan uji laboratorium.
"Kalau ujinya hanya diperlihatkan seperti itu, tidak cukup. Harus uji lab, seperti di UNS atau UGM agar secara akademis bisa dipertanggungjawabkan," kata Ratno.
Dia menilai pengawasan ketat juga harus dilakukan kepada pengecer pupuk. Penjual pupuk jangan memaksakan pembelian pupuk non subsidi untuk mendapatkan pembelian pupuk subsidi.
"Karakter penjual KPL (Kios Pupuk Lengkap) mungkin bisa atau tidak, intinya kan untuk mendapatkan uang. Ada kemungkinan (yang nakal), ada yang taat. Maka pengawasan, peran KP3 sangat penting untuk mencegah terjadinya seperti ini," pungkasnya.
(apl/ams)