Sebagai bahan olahan makanan, belut menjadi favorit bagi tidak sedikit orang. Hal inilah yang membuat para pembudidaya berbondong-bondong melakukan budidaya belut, termasuk belut lumpur. Lantas, bagaimana cara budidaya belut dengan lumpur?
Diungkap dalam buku 'Budi Daya Belut dan Sidat' oleh B Sarwono, bahwa belut merupakan kelompok ikan yang cukup banyak dijumpai di lahan-lahan berlumpur atau sawah. Belut dikenal sebagai hewan yang kaya akan sumber protein hewani dan kandungan gizi yang tak kalah dengan telur atau daging sapi.
Belut yang kaya akan nutrisi membuatnya menjadi alternatif santapan favorit bagi banyak orang. Bahkan daging belut dikenal dapat diolah menjadi berbagai menu makanan lezat. Misalnya saja keripik, pepes, sambal, hingga tumis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya dapat dijumpai di habitat alaminya, ternyata belut juga dapat dibudidayakan sendiri. Termasuk budidaya belut dengan lumpur yang bisa dilakukan dengan langkah-langkah tertentu. Penasaran ingin mengetahui bagaimana cara budidaya belut dengan lumpur? Simak penjelasannya berikut ini, yuk!
5 Cara Budidaya Belut dengan Lumpur
Dalam budidaya belut ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan. Mulai dari media yang digunakan sampai dengan kualitas indukan itu sendiri. Dihimpun dari buku 'Budidaya Belut di Berbagai Wadah' oleh M Fajar Junariyata dan Trias Qurnia Dewi serta 'Peluang Usaha dan Cara Budidaya Belut' karya Ishan Latif, berikut cara budidaya belut yang bisa dijadikan sebagai referensi bacaan bagi para pemula yang tertarik melakukannya.
1. Persiapan Media
Langkah pertama dan cukup utama sebagai kunci keberhasilan budidaya belut adalah dengan menyiapkan media yang tepat. Terlebih lagi budidaya belut dengan lumpur membutuhkan media tertentu. Dijelaskan bahwa lumpur yang subur dan gembur menjadi media yang paling ideal untuk budidaya belut dengan lumpur.
Terdapat trik yang dapat dilakukan agar dapat menciptakan media atau wadah bagi belut hidup. Media tersebut dapat dibuat menggunakan campuran air, jerami, batang pisang, lumpur, pupuk kandang, hingga bekatul. Bahkan air yang digunakan juga tak boleh sembarangan, biasanya air yang digunakan haruslah bersih dan berada pada suhu 25-28 derajat celcius.
Lumpur yang digunakan juga sebaiknya lumpur yang mirip dengan lumpur sawah, kali, atau tanah dari kebun. Usahakan agar lumpur yang digunakan tidak mengandung benda-benda yang kasar atau tajam, tidak terkontaminasi dengan deterjen atau bahan kimia lain.
Sementara itu, jerami harus dijemur sampai kering terlebih dahulu dan diberi larutan biodekomposer, jerami dibiarkan untuk terfermentasi dalam kurun waktu sampai sebulan lamanya. Baru setelah itu jerami baru benar-benar siap digunakan.
Media budidaya belut berupa pupuk kandang juga perlu menggunakan yang kualitasnya baik. Pupuk kandang harus benar-benar bersih, tidak bercampur dengan material lain, diberi larutan biodekomposer, dan dibiarkan juga terlebih dahulu selama sebulan lamanya. Pupuk kandang yang siap digunakan tidak berbau dan mirip seperti tanah.
Selanjutnya, bekatul dan pelepah pisang juga perlu ditambahkan ke dalam bahan media budidaya belut. Pelepah pisang perlu untuk dicacah-cacah terlebih dahulu sebelum digunakan dan didiamkan terlebih dahulu sampai membusuk sekitar 1-2 bulan.
Apabila seluruh bahan untuk media budidaya belut sudah siap digunakan, maka dapat menyusunnya ke dalam wadah. Susun bahan-bahan tersebut secara berlapis-lapis dengan memasukkan jerami setinggi 10 cm, pupuk kandang 5 cm, lumpur 5 cm, jerami 10 cm, pupuk kandang lagi 5 cm, lumpur lagi 5 cm, dan tambahkan air setinggi 5 cm.
Tunggu terlebih dahulu selama sebulan dengan menambahkan airnya sampai mengendap dan berubah bening. Barulah media budidaya belut siap digunakan.
2. Memastikan Bibit Indukan Berkualitas
Kemudian pemilihan bibit indukan yang berkualitas menjadi komponen tak kalah penting untuk diperhatikan. Pastikan memilih bibit indukan belut yang kondisinya sehat dan tidak cacat atau lemah. Kemudian indukan harus dikarantina terlebih dahulu antara jantan dan betina. Adapun waktu karantina dapat dilakukan sekitar 24 jam.
Saat proses karantina selesai, bibit indukan belut perlu disortir terlebih dahulu. Setelah itu, penebaran calon indukan ke kolam indukan perlu dilakukan secara hati-hati. Bibit yang disebarkan ke kolam ada baiknya jantan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan betina. Jumlah indukan yang diperlukan 1:3 dengan jantan lebih sedikit dibandingkan betina.
Indukan yang dalam kondisi sehat akan segera membentuk lubang-lubang sarang secara alami. Pada saat inilah belut akan mengalami proses pemijahan. Tahapan ini ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung yang dihasilkan oleh belut jantan untuk menarik para betinanya.
Lalu telur-telur yang dihasilkan oleh belut betina akan menempel pada gelembung-gelembung pemijahan tersebut. Para belut jantan akan mengisap telur yang telah dibuahi bersama-sama dan menempatkannya pada lubang pemijahan. Menariknya, setelah mengeluarkan telur-telurnya belut betina bisa mengalami masa peralihan kelamin, yaitu berubah menjadi belut jantan.
3. Penetasan dan Pendederan Anakan
Biasanya telur-telur belut akan menetas dalam kurun waktu 10-15 hari. Sayangnya, dari keseluruhan telur yang ada hanya sekitar 50-70 persen saja yang berhasil menetas. Ini dikarenakan adanya berbagai faktor, baik itu dari media itu sendiri maupun adanya faktor lingkungan sekitar dan juga penyakit.
Setelah menetas, anakan belut juga hanya akan bertahan dalam jumlah tertentu. Biasanya anakan belut akan mencapai ukuran 5 cm hanya sebesar 50-70 persen dari total keseluruhan yang berhasil menetas. Sekitar 15 hari setelah menetas, anakan belut perlu untuk dipindahkan ke kolam pendederan.
Pendederan dilakukan guna memastikan mereka mendapatkan lingkungan hidup yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selama masa pendederan, anakan belut akan menyantap plankton-plankton. Inilah yang membuat penyiapan media dengan baik diperlukan agar dapat mendorong nutrisi bagi anakan belut tersebut.
Tak hanya plankton, saat anakan belut tumbuh lebih besar mereka akan menyantap berbagai sumber makanan lain. Baik itu jentik, nyamuk, cacing, kutu air, hingga sumber nutrisi lain yang telah disediakan di wadah berisi media.
4. Memberi Pakan secara Rutin
Setelah memastikan belut telah berada pada media yang tepat dan usia sesuai, pembudidaya perlu untuk memberikan pakan secara rutin. Dikatakan bahwa belut termasuk hewan yang akan memakan makanan yang ada di sekitar mereka. Mengingat ada sebagian pembudidaya yang melakukan budidaya belut di lahan terbatas atau buatan sendiri, maka sumber makanan belut cukup bergantung pada manusia.
Biasanya belut akan memakan keong, kepiting kecil, maupun pelet. Pada saat pemberian pakan belut pastikan untuk menyesuaikannya dengan berat dan juga jumlah populasi belut itu sendiri. Usahakan memberikan makanan tersebut mendekati waktu alami saat mereka mencari makanan. Umumnya, belut akan berburu mangsanya di malam hari.
Oleh sebab itu, pertimbangkan untuk memberi pakan belut menjelang waktu berburu mereka. Tidak hanya itu saja, usahakan juga agar pakan yang diberikan lebih banyak dalam bentuk makanan alami mereka, alih-alih pakan buatan atau pelet. Inilah yang membuat pakan belut benar-benar perlu diperhatikan.
5. Panen
Selanjutnya, setelah merawat belut dengan penuh usaha biasanya pembudidaya akan menyambut masa panen dengan penuh sukacita. Masa panen belut umumnya akan berlangsung sekitar dua bulan setelah penebaran indukan di kolam pemijahan. Belut yang siap panen bisa berukuran sekitar 8-15 cm, tergantung jenis dan kualitas bibit yang digunakan.
Alih-alih melakukan panen dalam sekali waktu, ada baiknya melakukannya secara bertahap. Belut dapat dipanen berangsur-angsur. Tak hanya itu, panen belut juga turut melibatkan teknik yang khusus. Satu di antaranya adalah dengan menyiapkan wadah khusus untuk panen, yaitu wadah penampungan yang telah diisi oleh air bersih.
Kemudian lakukan proses panen dengan menyortir belut sesuai dengan kriteria tertentu, misalnya saja ukuran. Masukkan belut ke dalam wadah pengangkutan, baik itu styrofoam, ember plastik, hingga jerigen. Waktu panen usahakan dilakukan pada pagi hari. Alasannya karena pada waktu tersebut belut dalam kondisi yang sudah kenyang, sehingga saat dipindahkan mereka masih memiliki penyimpanan makanan di dalam tubuhnya.
Risiko Budidaya Belut Lumpur
Lantas, benarkah ada risiko budidaya belut lumpur yang masih belum banyak diketahui? Serupa dengan budidaya hewan lainnya, saat memutuskan untuk membudidayakan belut juga ada risiko tersendiri. Dikutip dari buku 'Budidaya Belut Sawah dan Rawa di Kolam Intensif dan Drum' oleh Warisno dan Kres Dahana, ada perilaku belut yang dapat berpengaruh pada panen oleh para pembudidaya.
Satu di antaranya adalah perilaku belut yang kerap memangsa sesamanya. Belut disebut sebagai salah satu hewan kanibal. Mereka cenderung akan memakan sesamanya saat kelaparan atau kosong kelamin atau belut betina setelah bertelur.
Tidak jarang belut betina akan menjadi kanibal saat tengah menjaga telur maupun anak-anaknya. Mereka tidak segan menyerang dan memakan belut betina lainnya yang berusaha mendekati sarang mereka. Namun demikian, kecenderungan belut memakan sesamanya hanya berlaku pada ukuran yang relatif sama. Belut jarang memakan belut lain yang ukurannya lebih kecil.
Kemudian belut juga rentan mengalami kematian pada usia tertentu. Ardiyan Taufik dan Cahyo Saparinto dalam bukunya 'Usaha Pembesaran Belut' menjelaskan risiko budidaya belut yang paling besar terjadi pada minggu pertama dan kedua setelah melakukan penebaran benih. Pada masa itu belut tengah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Apabila belut dapat bertahan, maka mereka akan tetap hidup setelah dua minggu berlalu. Sebaliknya, belut-belut yang tidak dapat beradaptasi dengan baik justru akan mengalami kematian. Selain proses adaptasi, ada berbagai penyebab lainnya yang bisa membuat belut mati.
Sebut saja mengalami luka, stres, maupun terkena racun. Umumnya, belut yang akan mati akan keluar dari lubang-lubang dan berada di luar media lumpur. Mereka cenderung akan merayap ke luar dan berada di permukaan.
Demikian tadi rangkuman cara budidaya belut dengan lumpur lengkap dengan risiko yang patut dipahami oleh para pemula. Semoga informasi ini membantu, ya.
(sto/aku)