Massa Bertopeng Kembali Intimidasi Petani Pundenrejo

Massa Bertopeng Kembali Intimidasi Petani Pundenrejo

Dian Utoro Aji - detikJateng
Jumat, 09 Mei 2025 00:08 WIB
Aksi massa bertopeng kembali terjadi di Pundenrejo, Kecamatan Tayu, Kamis (8/5/2025).
Aksi massa bertopeng kembali terjadi di Pundenrejo, Kecamatan Tayu, Kamis (8/5/2025). Foto: Dok LBH Semarang.
Pati -

Massa bertopeng kembali mendatangi petani Desa Pundenrejo yang diketahui tengah berkonflik terkait tanah. Sebelumnya massa dengan memakai topeng ini merobohkan dua rumah petani Pundenrejo.

Dari video yang diterima detikJateng rombongan massa tidak dikenal ini kembali mendatangi rumah petani di Pundenrejo jalan Raya Tayu-Jepara, Pundenrejo Kecamatan Tayu, Pati, sekitar pukul 09.00 WIB.

Massa datang diangkut dengan mengendarai dari sebuah truk. Lagi-lagi massa mengenakan topeng hingga masker. Mereka diduga akan kembali merobohan rumah warga lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun aksi mereka berhasil digagalkan oleh warga yang telah berjaga. Tak ayal aksi sempat dorong antara petani dengan massa tidak terhindar. Meski berlangsung alot, massa akhirnya meninggalkan lokasi yang berada di tanah sengketa.

Pengacara Lembaga Bantuan Hukum Semarang yang mendampingi petani Pundenrejo, Fajar Andhika, mengatakan dalam rentan dua hari ini premanisme terhadap petani Pundenrejo berulang lagi. Hari kedua ini, warga melakukan perlawanan hingga terjadi saling dorong.

ADVERTISEMENT

"Bahwa dalam rentan waktu dua hari ini sejak kemarin sampai pagi tadi petani Pundenrejo terus menerus berhadapan dengan orang-orang tidak dikenal yang dikerahkan oleh PT Laju Perdana Indah," jelas Dhika kepada detikJateng, Kamis (8/5/2025).

"Dua hari ini mereka melakukan tindakan perobohan dan perusakan rumah secara paksa," dia melanjutkan.

Menurutnya massa dengan memakai topeng itu tidak hanya akan merusak rumah petani. Akan tetapi juga melakukan kekerasan terhadap petani yang melakukan perlawanan.

"Selain itu orang-orang tidak dikenal ini juga melakukan tindakan kekerasan kepada petani Pundenrejo yang sedang memperjuangkan lahan dan mempertahankan hak atas tempat tinggal mereka," ungkapnya.

Akibatnya kata dia ada satu petani perempuan yang harus terluka akibat kekerasan dari sekelompok massa ini. "Mengalami luka-luka karena mereka dipukul dan diinjak dan bahkan saat ini menurut informasi yang kami dapat kaki yang terluka tidak dapat digerakkan," jelasnya.

Rentetan kejadian ini menurutnya menjadi sinyal kepada pemerintah dan aparat penegak hukum agar bertindak. Menurutnya pemerintah dan APH lalai terhadap kejadian kekerasan hingga perobohan rumah milik petani Pundenrejo.

"Pemerintah pusat daerah bupati dan kapolres mengindahkan surat perlindungan yang sudah dikeluarkan oleh Komnas HAM Indonesia untuk melindungi petani Pundenrejo dari tindakan kekerasan dan premanisme," jelasnya.

Oleh karena itu, Dhika menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk mengecam aksi massa yang melakukan intimidasi kepada para petani.

"Kami menyerukan untuk mengecam tindakan premanisme yang kemudian kami berharap solidaritas tersebut dari kawan-kawan sekalian," jelasnya.

Terpisah Kapolsek Tayu, AKP Aris Pristianto membenarkan terjadi terjadi saling dorong antar warga dengan massa. Menurutnya dari pihak pabrik bidang gula itu akan merobohkan bangunan yang berdiri di tanah sengketa. Akak tetapi ada penolakan sehingga tidak jadi dilakukan.

"Ya ada rencana dari karyawan Pakis (PT LPI) untuk merobohkan bangunan yang ada di lawannya," jelasnya.

"Karena ada penolakan dari warga sehingga tidak jadi," Aris melanjutkan.

Aris mengatakan polisi telah memberikan pendampingan kepada petani Pundenrejo. Rencananya Rabu pekan depan, petani akan beraudiensi dengan Bupati Pati Sudewo.

"Rencana hari Rabu depan akan di mediasi oleh Pak Bupati," jelasnya.

Terkait dengan adanya petani perempuan terluka akibat kejadian ini, polisi akan mengecek lagi. "Coba nanti kami cek lagi," tutup dia.

Diberitakan sebelumnya,Kejadian perobohan dua rumah milik petani Pundenrejo Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati oleh massa mengenai topeng viral di media sosial. Petani menuntut agar polisi menindak tegas terhadap massa yang merusak rumah tersebut.




(apl/apl)


Hide Ads