Alasan Kremasi Pemilik PIM Murdaya Poo Dilaksanakan 7 Mei Besok

Alasan Kremasi Pemilik PIM Murdaya Poo Dilaksanakan 7 Mei Besok

Eko Susanto - detikJateng
Selasa, 06 Mei 2025 15:27 WIB
Peti jenazah mendiang Murdaya Poo disemayamkan di tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur, Magelang, Selasa (6/5/2025).
Peti jenazah mendiang Murdaya Poo disemayamkan di tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur, Magelang, Selasa (6/5/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng
Magelang -

Mendiang jenazah pemilik Pondok Indah Mall (PIM), Murdaya Widyawimarta Poo alias Murdaya Poo bakal dikremasi pada Rabu 7 Mei besok. Lokasi pelaksanaan kremasi di Bukit Dagi Candi Borobudur, Magelang.

Saat ini peti jenazah yang sebelumnya disemayamkan di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara (GVA) Mendut dibawa menuju tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur.

Peti jenazah mendiang Murdaya Poo disemayamkan di tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur, Magelang, Selasa (6/5/2025).Peti jenazah mendiang Murdaya Poo disemayamkan di tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur, Magelang, Selasa (6/5/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kremasi akan dilangsungkan besok, Rabu (7/5) atau tepat sebulan dari meninggalnya Murdaya Poo, Senin (7/4). Pemilihan pelaksanaan kremasi pada 7 Mei tersebut juga cukup beralasan. Di mana pada 7 Mei 2025 bertepatan dengan hari ulang ke-54 pernikahan Murdaya Poo dengan S Hartati Murdaya.

"(Alasan kremasi dipilih tanggal 7 Mei) Kebetulan ini juga hari pernikahan ibu sama ayah saya. Mungkin tahun ini, 54 tahun," kata putera kedua mendiang Murdaya Poo, Prajna Murdaya kepada awak media di tenda kaki Bukit Dagi Candi Borobudur, Selasa (6/5/2025).

ADVERTISEMENT

"Kebetulan saya ada cincin (pernikahan). Pernikahan 7 Mei 1971," sambung Prajna.

Pihaknya mengaku mendapatkan cincin pernikahan dari orang tuanya saat masih menjalani perawatan di rumah sakit Singapura.

"Cincin nikah ayah saya. Waktu di rumah sakit kan (tidak boleh), jadi dikasihkan saya. Dikasih waktu di Singapura (rumah sakit). Jadi, kenang-kenangan," imbuhnya.

"Waktu kecil, selalu kalau pagi hari, ayah saya suka bangunin kita (pakai cincin). Selalu ketuk pintu pakai ini (cincin). Apalagi kalau hari libur harus bangun lebih pagi lagi untuk semangat olahraga," kenang Prajna.

Kenangan lainnya, katanya, menanamkan sikap untuk berani dan bertanggung jawab. Pihaknya, waktu masih kecil diminta untuk menelepon operator agar menanyakan nomor telepon salah satu perusahaan.

"Waktu saya kecil, saya mungkin agak malu-malu, walaupun harus telepon operator," pungkasnya.




(rih/afn)


Hide Ads