Seorang guru di SMP PGRI Sukodono, Sragen, viral usai memotong seragam milik siswanya. Guru mata pelajaran Seni Budaya dan PPKN bernama Anggrek Anggraini itu menjelaskan duduk perkaranya.
Untuk diketahui, momen tersebut viral usai diunggah akun Instagram @pembasmi.kehaluan.reall. Sebagian netizen tidak setuju dengan langkah guru menggunting seragam
"Viral aksi seorang guru di Jawa Tengah menggunting seragam siswa yang diduga tidak sesuai aturan. Meski begitu, netizen justru tidak setuju dengan cara guru tersebut, karena seragam tersebut dibelikan orang tua siswa. Selain itu, tidak semua siswa memiliki perekonomian baik untuk bisa membeli seragam baru," tulis akun tersebut dikutip detikJateng, Selasa (22/4/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggrek saat dimintai konfirmasi meminta maaf atas viralnya video tersebut. Anggrek mengakui seharusnya tak mengunggah video yang awalnya digunakan untuk dokumentasi atas permintaan (orang tua) ortu siswa.
"Sebelumnya saya minta maaf atas kecerobohan, keteledoran, dan kelalaian saya. Seharusnya itu tidak saya unggah, tetapi itu saya dokumentasi atas permintaan orang tua siswa," kata Anggrek saat ditemui di SMP PGRI Sukodono, Sragen, Selasa (22/4).
Video tersebut ia unggah karena sebagai bukti untuk diberikan ke orang tua siswa. Sebab, yang kejadian tersebut permintaan langsung dari orang tua.
"Untuk sebagai bukti bahwasanya memang benar sudah saya potong karena yang menyuruh memotong itu adalah ibu dari siswa begitu," bebernya.
Anggrek mengatakan, selain sebagai bukti, video tersebut juga untuk memberitahu ke anak didiknya. Ia mengatakan jika seragam tersebut yang dicoret-coret bukan milik satu siswa.
"Sebenarnya saya mengunggah tersebut hanya untuk memberitahu ke anak-anak saya saja, ke anak-anak saya saja kan yang diorek-orek nggak cuma siswa tersebut, ada beberapa anak juga dan saat ini juga masih dalam penanganan guru BK," bebernya.
Ia mengaku jika video tersebut diunggah sejak Februari 2025. Pihaknya juga telah mendapat restu dari orang tua.
"Kalau dipotong itu atas perintah dari ibu anak tersebut, begitu. Kalau gambarnya (coretan di baju) agak kurang jelas itu seperti ada geng-gengan seperti itu, ada geng-gengan terus tulisan itu berkalimat kan, maaf, seperti wanita itu nggak baik gitulah intinya," jelasnya.
Ia menyebut coretan itu terdapat pada seragam bagian belakang dan bagian celana siswa. "Coretan celananya ada kecil-kecil tulisan satu sama di bagian belakang baju itu di bagian bawah total. Sudah diberikan seragam sekolah yang sekarang, katanya nggak mau pakai karena bilang keren. Akhirnya ibunya chat saya gunting saja," jelasnya.
Ia sempat mengunggah video itu di akun media sosialnya pada 19 Februari 2025. Usai membagikan video itu, dirinya langsung menghapus.
Anggrek menyebut jika siswa tersebut mempunyai catatan buruk di sekolah. Seperti sering bolos dan siswa yang ngeyel.
"Semua guru memperhatikan ke anak-anak, dan lebih dikhususkan, mohon maaf, anak-anak seperti anak sering bolos kita lebih dekati tapi sering ngeyel dan gladrah gitu," ucapnya.
"Dipanggil guru BK tiga kali ada catatan. Terus ada lagi panggilan panggilan yang bolos banyak banget dan buku BK dipenuhi catatan siswa itu," jelasnya.
Ditanya mengapa siswa tersebut tidak memotong bajunya sendiri, ia menegaskan jika mendapat mandat dari orang tua untuk menggunting seragam itu sendiri.
"(Kenapa tidak dipotong oleh siswa sendiri?) Tidak. Karena kami yang diperintahkan orang tuanya yang memotong Bu Anggrek saja," bebernya.
Usai kejadian itu, perilaku siswa tersebut mengalami perubahan namun masih tetap terlambat datang ke sekolah.
"Kalau perilaku secara global ada banget, perubahan lebih baik dan lebih taat kepada aturan terutama pada seragam dan takut bolos. Kalau di siswa tersebut masih sering telat saja, dan kami maklumi jarak tempuhnya kan jauh. Terus kami peringatkan tapi masih sering telat," ujar dia.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMP PGRI Sukodono, Sragen, Sutardi membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, kejadian menggunting seragam sesudah mendapatkan izin dari orang tua siswa.
"Sekali lagi mohon maaf, yang pertama membenarkan bahwa video yang telah diunggah itu di sekolah kami. Namun ada beberapa hal yang harus panjenengan ketahui bersama bahwa kejadian itu sudah meminta izin dan diizinkan malah itu dari orang tua," kata Sutardi ditemui awak media di SMP PGRI, Selasa (22/4).
(aku/ams)