Kabar duka datang dari dunia kuliner Kota Semarang. Pemilik warung Leker Paimo, jajanan ikonik yang hadir sejak 1978 di Semarang, tutup usia. Paimo meninggal di usia 58 tahun.
Paimo meninggal dunia pada Kamis (10/4) pukul 03.00 WIB. Pantauan detikJateng hari ini, karangan bunga masih berjajar di jalan depan rumah Paimo di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang.
Beberapa sanak saudara tampak masih berkabung atas meninggalnya pemilik warung leker yang legendaris itu Salah satu saudara Paimo, Edi Sasongko (27) mengatakan, almarhum mengembuskan napas terakhir di di RS Tlogosari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Meninggalnya kemarin jam 03.00 WIB, karena sakit. Sebelumnya sempat dirawat kurang lebih 10 harian di RS Tlogosari," kata Edi saat ditemui detikJateng di rumah duka, Jumat (11/4/2025).
Setelah disemayamkan di rumah duka, Paimo dimakamkan di kampung halamannya di Purwodadi. Prosesi pemakaman dilaksanakan kemarin sekitar pukul 12.00 WIB.
"Dengan meninggalnya bapak pasti merasa kehilangan, kepribadian bapak ini juga baik lah sama saudara-saudaranya. Suka ngajarin cara membuat kue leker ke saudara," ujar Edi.
Saat ini warung Leker Paimo yang tiap hari ramai pengunjung itu tutup sementara. Edi memperkirakan warung akan buka lagi pekan depan.
"Kalau soal meneruskan usaha kan pasti ibu, soalnya beliau masih ada. Pasti ibunya (istri) dulu yang nerusin ini. Warungnya ini tutup, nanti tetap buka lagi tapi setelah 7 harian," jelasnya.
Kepulangan Paimo juga menyisakan duka bagi para pelanggan setia dan warga sekitar. Ketua RT 4 RW 2 Kelurahan Jagalan, Diyan Kurniawan, yang tinggal di samping rumah Paimo menyebut mendiang dikenal ramah dan dermawan.
"Beliau itu orang baik, ramah, suka membantu, sama tetangga saling support. Kalau ada event 17-an, atau kegiatan seperti pembangunan masjid, beliau juga bantu donasi," tuturnya.
Diyan menjelaskan, Leker Paimo sudah puluhan tahun dikenal sebagai salah satu ikon kuliner Semarang. Kue leker dengan cita rasa khas yang digemari lintas generasi itu juga jadi salah satu favoritnya.
"Enak. Saya baru 8 tahun di sini, dari dulu saya suka makan itu juga buat jajan-jajanan, kan legend ya," kata Diyan.
"Saya merasa kehilangan, otomatis itu kan juga warga saya, saya pasti bersedih. Kehilangan sosok Pak Paimo," pungkasnya.
(dil/aku)