Setiap momen Lebaran memiliki kisahnya masing-masing. Salah satu yang membekas di ingatan adalah amblesnya Jembatan Comal di Kabupaten Pemalang pada Lebaran 2014 silam. Kejadian ini memicu macet parah arus mudik.
Dari catatan detikNews, 11 hari sebelum Lebaran 2014, jembatan yang berdiri tegak di Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang mendadak ambles. Diperkirakan, amblesnya jembatan satu ini diakibatkan efek gerusan banjir pada Februari 2014. Meski telah diperbaiki pascabanjir, jelang Lebaran 2014, Jembatan Comal kembali mengalami masalah.
Tepat satu hari sebelum ambles, yakni pada 16 Juli 2014, pancang jembatan mengalami kemiringan. Hal ini dipicu trauma banjir Februari 2014 yang diperparah dengan bertambahnya beban kendaraan berlalu-lalang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pukul 23.00 WIB tanggal 17 Juli 2014, pihak Bina Marga menutup Jembatan Comal karena turun secara signifikan. Bahkan, diketahui sisi barat jembatan ini turun sebanyak 3 cm tiap jamnya. Penutupan ini berlaku untuk lintasan kendaraan bermotor dari barat maupun timur.
Kemacetan Parah Imbas Amblesnya Jembatan Comal
Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini. Hanya saja, macet panjang terpicu di sejumlah wilayah sebagai imbas, terutama di jalur Pantura itu sendiri. Akibat kemacetan panjang ini, pihak berwajib mengalihkan pengendara untuk melalui jalur selatan, melintasi Banyumas dan rute lain.
"Memang mulai tadi pagi, sudah ada pengalihan arus kendaraan yang menuju Semarang, Yogyakarta, dan Magelang melalui jalur selatan," jelas Kasat Lantas Polres Banyumas saat itu, AKP Irham Kustarto, Jumat (18/7/2014).
Para pengendara yang memilih melalui jalur alternatif dengan panduan warga lokal pun menemui kemacetan serupa. Hal ini diceritakan oleh Unggul Kasmanto, seorang kontributor pasangmata.com kala berbincang dengan detikcom, Jumat (18/7/2014).
Ia berangkat dari Jakarta ke Solo dari pukul 01.00 WIB tanggal 18 Juli 2014. Tiba di Comal pukul 10.00 WIB, ia terjebak padatnya arus sehingga sampai pukul 10.30 WIB, Unggul masih berada di daerah Comal.
"Tapi sampai sekarang masih di jalur alternatif di daerah Desa Kalimati. Ini juga susah gerak karena cuma bisa dilewati 1 mobil saja. Yang mengarahkan ke jalur alternatif kebanyakan masyarakat setempat," jelasnya.
Pengalihan arus kendaraan dari jalur Pantura kemudian memicu macet panjang di jalur selatan Jawa Tengah. Melonjaknya volume kendaraan membuat traffic light tidak mampu mengurai kemacetan yang mengular. Akibatnya, polisi menerapkan sistem buka tutup sebagai solusi.
"Di pertigaan Rawalo, polisi pakai buka tutup 15 menit sekali, sampai Jatilawang padat merayap sebaliknya arah Yogyakarta macet total. Terus di pertigaan Manganti juga sama pakai sistem buka tutup, pokoknya persimpangan besar," cerita Hengki, salah seorang pemudik yang menuju Cilacap, Selasa (22/7/2014).
Tak hanya kendaraan pribadi, truk-truk besar maupun bus turut terkena imbas peristiwa ini. Efeknya, para supir truk yang telah terjebak selama satu minggu 'mengamuk'.
"Enam hari enam malam kita bertahan di sini tanpa solusi apa pun. Uang kami sudah habis!" kata salah seorang sopir truk bernama Sajidin, Rabu (23/7/2014).
Pasalnya, selama macet parah tersebut, Sajidin dan keneknya menghabiskan hingga 100 ribu per hari untuk makan. Kabar mengenai tidak diperbolehkannya angkutan berat melalui Jembatan Comal setelah perbaikan juga menjadi sebab para supir mengajukan 'aspirasi' tersebut.
Pada 24 Juli 2014, perbaikan yang dikebut membuat Jembatan Comal berhasil dibuka. Meski begitu, dari 2 jembatan, hanya 1 saja yang bisa difungsikan. Pun juga sebagian kendaraan tetap diarahkan untuk melalui jalur alternatif.
Tak hanya arus mudik yang terkena imbas, arus balik di Jembatan Comal menemui masalah serupa. Macet arus balik ini terjadi di jalur menuju Jakarta maupun Semarang. Bahkan, kemacetannya mengular hingga 5 kilometer lebih.
Kerugian Akibat Amblesnya Jembatan Comal Jelang Lebaran 2014
Salah satu pihak yang terkena kerugian biaya adalah penumpang dan jasa angkutan umum bus. Buntut macet tersebut, harga ongkos yang dibebankan ke penumpang naik.
"Perjalanan normal 17 jam, karena muter bisa jadi sekitar 2 hari baru sampai Jepara karena macet. Tiket nambah, hari biasa harga normal Rp 180 ribu, sekarang jadi Rp 400 ribu," terang Bandi Supani, supir bus New Santika trayek Jakarta-Jepara.
Keluhan lain disampaikan oleh supir bus PO Nusantara rute Jakarta-Kudus, Widhi. Ia mengeluhkan naiknya biaya operasional berupa bensin karena rute yang ditempuh lebih jauh.
"Kita ya ngeluh, waktunya makin lama, kerja makin capek. Jenuh loh. Harga tiket sama untuk bus nusantara Rp 350 ribu. Kita resmi nggak berani mungut biaya tambahan. Harga tiket sama, tapi rute lebih jauh, rugi selisih biaya solar 150 liter, sekitar Rp 825 ribu," jelasnya.
Efek lain amblesnya Jembatan Comal adalah terhambatnya laju kereta api, terkhusus yang menuju Jakarta. Alasannya, perlintasan-perlintasan di jalur utara dan selatan macet sesak oleh kendaraan sehingga kereta api mesti melambat untuk memastikan keamanan.
Masih ada segudang akibat negatif lain akibat turunnya Jembatan Comal, terkhusus dalam bidang ekonomi. Misalnya, SPBU di wilayah Tegal yang sempat kosong stok BBM-nya karena masalah distribusi sehingga menyebabkan gangguan.
Demikian sekilas kisah macet parah jelang Lebaran 2014 yang disebabkan amblesnya Jembatan Comal di wilayah Pemalang. Situasi padat merayap kala itu menjadi salah satu kemacetan terparah selama momen-momen lebaran di Indonesia.
Sorot Balik merupakan rubrik khusus di detikJateng untuk mengulas kembali secara lengkap kasus-kasus besar dan jadi sorotan yang pernah terjadi di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
(ahr/apl)