Mudik lebaran seharusnya menjadi sebuah momentum yang dipenuhi dengan sukacita karena biasanya masyarakat akan segera berkumpul dengan keluarga tercinta di kampung halamannya. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku bagi para pemudik yang justru mengalami malapetaka di Brexit tahun 2016 silam. Seperti apa fakta di balik kejadian tersebut?
Dijelaskan dalam jurnal 'Dampak Kemacetan di Jalan Tol Brebes Timur' oleh Mustika Sari, dkk., bahwa tahun 2016 menorehkan sejarah kelam bagi arus mudik di Indonesia. Ini dikarenakan adanya kemacetan panjang hingga memakan waktu berjam-jam lamanya di pintu keluar Brebes Timur atau Brexit.
Oleh karena itu, istilah Brexit di tahun 2016 meninggalkan sebuah kenangan yang cukup kelam bagi masyarakat Indonesia, terutama para pemudik yang terlibat dalam situasi tersebut. Namun, mungkin tidak sedikit orang yang justru bertanya-tanya tentang tragedi yang terjadi di Brexit tahun 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa yang terjadi di Brexit tahun 2016? Berikut rangkuman fakta menarik yang berkaitan dengan salah satu kejadian kemacetan terparah sepanjang sejarah Indonesia tersebut.
8 Fakta Malapetaka Brexit 2016
Dihimpun dari jurnal yang sama yaitu 'Dampak Kemacetan di Jalan Tol Brebes Timur', jurnal 'Simulasi Sistem Buka Tutup Tol Kanci - Brebes Timur Saat Arus Mudik 2016' oleh Yustika Putra, dkk., 'Majalah Parlementaria: Tragedi Mudik yang Memilukan' oleh DPR RI, hingga laman detikX, berikut sejumlah fakta tentang apa yang terjadi di Brexit pada tahun 2016 silam.
1. Kondisi Jalan yang Sangat Padat
Tercatat kemacetan mengular hingga 20 km panjangnya di antara Brexit dan Pejagan. Banyak kendaraan yang menumpuk dan kesulitan untuk mengakses keluar, sehingga membuat kemacetan di Brexit semakin parah. Bahkan diperkirakan ada sekitar 170 ribu kendaraan yang terjebak di ruas tol tersebut.
Saking padatnya kemacetan yang terjadi di Brexit membuat para pemudik tidak memiliki pilihan lain untuk tetap berada di jalur mereka, meski perlu memerlukan waktu berjam-jam hanya untuk bergerak. Salah satu alasannya, karena saat mereka keluar dari jalur hanya untuk sekadar beristirahat atau makan, maka dibutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bisa masuk ke jalur lagi.
2. Penumpukan Kendaraan di Brexit
Salah satu penyebab yang memicu terjadinya kemacetan parah di Brexit adalah dikarenakan adanya penumpukan kendaraan di persimpangan gerbang tol Brebes itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan adanya pertemuan antara arus kendaraan yang keluar dari tol bersamaan dengan kendaraan yang datang dari arah Cirebon menuju jalan Pantura.
Penumpukan kendaraan di Brexit ini juga menunjukkan pemudik lebih banyak menggunakan jalur utara, alih-alih jalur selatan. Selain itu, peningkatan volume pemudik pada arus balik di Tol Brebes, Jawa Tengah juga membuat kemacetan semakin mengular.
3. Kerusakan Kendaraan Pemudik
Salah satu dampak yang harus dirasakan oleh pemudik saat terjebak di Brexit beberapa tahun silam adalah kerusakan pada mesin kendaraan mereka. Meskipun tidak sedikit pemudik yang memilih mematikan mesin kendaraan mereka demi menghemat bahan bakar, tetapi nyatanya ada sebagian yang terus menerus menyalakannya. Salah satu alasannya demi menghidupkan AC di tengah cuaca yang begitu terik.
Tercatat ada sebagian kendaraan yang mengalami radiator panas akibat mobil yang terus menerus dihidupkan. Tidak hanya itu saja, konsumsi bahan bakar juga cenderung tinggi dan juga boros. Bahkan sebagian mobil yang mogok karena kendala mesin atau kehabisan bahan bakar hanya dipinggirkan begitu saja.
4. Bensin Dibanderol hingga Rp 50 Ribu
Terjebak di ruas jalan yang sama secara terus menerus, tentu membuat kendaraan membutuhkan bahan bakar untuk menunjang agar mesinnya tetap hidup. Inilah kenyataan pahit yang harus dialami oleh para pemudik yang terjebak kemacetan di Brexit tahun 2016 silam.
Tidak sedikit kendaraan yang justru mengalami kehabisan bahan bakar. Padahal SPBU sulit untuk dijangkau dari lokasi terakhir kendaraan mereka bisa bergerak. Sayangnya, situasi tersebut justru dimanfaatkan oleh penduduk setempat yang justru melihat peluang. Tercatat tidak sedikit orang yang menjajakan bensin di tengah kerumunan kendaraan yang terjebak macet tersebut dengan harga hingga mencapai Rp 50 ribu untuk tiap liternya.
5. Akses Toilet Tidak Memadai
Seperti yang diketahui buang air, baik besar atau kecil, menjadi salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh setiap orang setiap harinya. Namun, kebutuhan ini justru tidak bisa diakses secara layak oleh para pemudik yang terjebak di kemacetan Brexit. Salah satunya fakta bahwa mereka justru tidak mendapatkan akses toilet yang memadai.
SPBU yang terlalu jauh untuk dijangkau membuat pemudik turut mengalami kesulitan mendapatkan akses toilet yang layak. Meskipun penduduk setempat membuka akses toilet darurat umum bagi para pemudik, tetapi tidak sedikit yang justru mematok harga terlalu tinggi. Ada yang memberikan akses toilet dengan membayar Rp 28 ribu untuk setiap 4 orang, tetapi harga tersebut melalui proses tawar-menawar yang sebelumnya dibanderol dengan harga Rp 10 ribu bagi setiap orang.
6. Pemudik Mengalami Stres
Selain harus bergulat dengan bahan bakar yang semakin menipis dan justru harus didapatkan dengan harga berkali-kali lipat, pemudik yang mengalami tragedi Brexit di tahun 2016 juga turut mengalami stres. Tidak hanya harus terjebak kemacetan selama berjam-jam lamanya, kondisi pemudik yang masih berpuasa juga menjadi salah satu yang memicu kelelahan.
Lebih lanjut dijelaskan juga bahwa saat tragedi Brexit di tahun 2016 berlangsung, cuaca tengah terik dan panas-panasnya. Udara yang begitu menyengat membuat pemudik tentu merasa tidak betah dan berharap bisa segera sampai ke tujuan. Namun, kenyataan yang justru diterima adalah mereka harus bergelut di tengah-tengah rangkaian kendaraan yang sulit diprediksi kapan bisa terurai.
7. Memakan Korban Jiwa
Salah satu yang membuat tragedi Brexit di tahun 2016 termasuk dalam sejarah kemacetan yang kelam bagi Indonesia adalah adanya korban jiwa yang harus kehilangan nyawanya. Tercatat setidaknya ada 17 pemudik yang meninggal dunia dengan penyebab yang beragam.
Ada sebagian di antara korban jiwa yang sakit, tetapi tidak sedikit juga yang harus meregang nyawa akibat kelelahan. Bahkan dilaporkan ada juga korban tragedi Brexit yang meninggal dunia karena keracunan karbon dioksida. Inilah yang membuat tragedi kemacetan parah di Brexit pada tahun 2016 menyimpan trauma tersendiri bagi para pemudik yang mengalaminya secara langsung.
8. Kegagalan Antisipasi Lonjakan Arus Mudik 2016
Salah satu penyebab tragedi Brexit 2016 yang diyakini oleh sebagian kalangan adalah adanya kegagalan dalam mengantisipasi lonjakan arus mudik yang terjadi di antara Pejagan dan Brexit tersebut. Dikatakan bahwa kemacetan yang terjadi di Brexit disebut horor karena tidak adanya antisipasi di sejumlah aspek, baik itu terkait dengan rekayasa lalu lintas yang perlu dilakukan guna mengatasi itu semua hingga suplai makanan atau minuman.
Terlebih lagi kurangnya antisipasi terhadap lonjakan arus mudik di tahun 2016, terutama di Brexit juga membuat tidak adanya persiapan terkait dengan kebutuhan para pemudik. Misalnya saja posko kesehatan pemudik yang cenderung minim, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) yang tidak terjangkau oleh para pemudik, hingga tidak adanya opsi pembukaan akses jalan memutar balik.
Itulah tadi kilas balik malapetaka Brexit 2016 sebagai salah satu tragedi kemacetan terparah dalam sejarah Indonesia. Semoga kejadian tersebut tidak lagi terulang di kemudian hari.
(aku/aku)