Pengakuan Petugas Palang Saat Laka Maut KA Batara Kresna Vs Mobil Pemudik

Agil Trisetiawan Putra - detikJateng
Kamis, 03 Apr 2025 14:55 WIB
Surya Hendra Kusuma (29), petugas perlintasan saat laka maut KA Batara Kresna dan mobil pemudik ketika memberikan keterangan di Sukoharjo, Kamis (3/4/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng
Sukoharjo -

Kecelakaan maut terjadi di perlintasan Kereta Api (KA) di Jalan Lingkar Timur, Gayam, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, tepatnya di depan Terminal Sukoharjo antara KA Batara Kresna dengan Daihatsu Sigra. Surya Hendra Kusuma (29) merupakan petugas yang menjaga pos perlintasan saat kejadian.

Surya merupakan Penjaga Perlintasan KA (PJL) yang ditugaskan Dinas Perhubungan (Dishub) Sukoharjo untuk berjaga di perlintasan depan terminal. Dia mengaku sudah bertugas di sana 10 tahun lebih.

Ia dianggap sosok paling bertanggung jawab atas kecelakaan yang menewaskan 4 orang pada Rabu (26/3) lalu. Dia mengungkapkan bantahannya sekaligus kronologi saat kejadian.

"Dari Stasiun Nguter saya tidak mendapatkan kabar keberangkatan KA, karena memang break saya waktu itu tidak bisa digunakan seperti hari biasanya. Selanjutnya dari PJL Songgorunggi itu setelah Stasiun Nguter saya mendapatkan kabar di jam 8.18 WIB. Dari Songgorunggi ke tempat saya ada satu lagi pos di Begajah PJL 21, dan waktu itu tidak mengabarkan KA lewat dari sana ke pos saya," kata Surya kepada awak media di kantor kuasa hukumnya di Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Kamis (3/4/2025).

Dia menjelaskan dua alat komunikasi yang disiapkan oleh Dishub hanya break dan Handy Talkie (HT). Namun saat kejadian, break rusak, sementara jangkauan HT terbatas. Sehingga opsi terakhir untuk berkomunikasi melalui grup WhatsApp (WA).

"Sistem informasi KA untuk penutupan PJL itu lewat estafet WA, dikarenakan dari dishub, kita hanya difasilitasi break sama HT, dan tidak bisa gunakan karena HT memiliki jangkauan, dan break juga tidak menjangkau semua, hanya yang terdekat," jelasnya.

Dia mengakui jika komunikasi melalui WA tidak sesuai SOP. Namun itu alat komunikasi yang bisa digunakan jika break dan HT tidak bisa digunakan saat KA akan melintas.

"Dari Dishub kita cuma difasilitasi HT itu pun jaraknya terbatas dan break. Untuk WA itu sangat penting bagi kami para PJL, itupun alternatif. SOP-nya memang tidak ada pakai grup WA, itu alternatif dari kita para penjaga pos sama-sama menjaga keamanan perjalanan KA," ucapnya.

Mekanisme dia menutup palang KA di PJL Terminal Sukoharjo setelah mendapatkan kabar dari Pos perlintasan Begajah yang berjarak sekira 1 kilometer. Namun Surya mengaku tidak mendapatkan kabar dari Pos Begajah sama sekali.

Karena tidak kunjung mendapatkan kabar saat KA Batara Kresna melintas dari Stasiun Nguter ke Stadion Sukoharjo Kota, Surya mencoba melihat ke perlintasan dan didapati KA Batara Kresna sudah mendekat.

Saat itu, KA sudah mendekat dengan kecepatan sekira 70 kilometer per jam. Dia mengaku sudah cukup terlambat, karena KA sudah berjarak sekira 500 meter dari perlintasan.

"Saya sudah melihat kedatangan KA dari dalam pos, saya sudah mencoba membunyikan alarm dan saya sudah mencoba menutup palang KA tersebut. Tapi ternyata di palang ada sedikit kendala, tidak bisa menutup dengan cepat, karena ada totokan sehingga menyebabkan palang tersebut tidak bisa turun dengan sempurna. Jarak dari saya (melihat KA) sekitar 300-500 meter, kecepatan KA 70 km/jam," terangnya.

Selanjutnya bisa dibaca di halaman berikut:

Penampakan mobil Sigra yang ringsek usai dihantam KA Batara Kresna di Gayam, Sukoharjo, Rabu (26/3/2025). Foto: Agil Trisetiawan Putra/detikJateng




(apu/afn)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork