Mari kita mengenang 11 Ramadhan dengan menyimak kisah wafatnya Khadijah, istri Rasulullah SAW. Khadijah merupakan istri yang mendampingi Nabi Muhammad SAW sejak sebelum menjadi nabi hingga diangkat menjadi Rasulullah.
Dikutip dari Sirah Nabawiyah yang ditulis Syaikh Shafiyyurrahman, Rasulullah SAW menikahi Khadijah binti Khuwailid pada usia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Ia adalah wanita pertama yang dinikahi Rasulullah, dan selama pernikahan dengan Khadijah, beliau tidak menikahi wanita lain.
Lantas, seperti apakah kisah wafatnya Khadijah istri Rasulullah SAW? Mari kita simak kisah selengkapnya berikut ini yang dirangkum dari buku Khazanah Buku Pintar Islam 1 oleh Arif Munandar Riswanto, Ramadhan: Spirit Kesalehan dan Perubahan Positif oleh Suprapto Estede, Perempuan Ulama di Atas Panggung Sejarah oleh Husein Muhammad, serta Mahabbah Cinta Nadia Pratama!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayyidah Khadijah, Pendamping Setia Rasulullah
Khadijah binti Khuwailid adalah sosok wanita luar biasa dalam kehidupan Rasulullah SAW. Sejak menikah dengan Khadijah, Rasulullah semakin dermawan kepada fakir miskin dan para budak.
Selama 25 tahun menjalani kehidupan rumah tangga, Khadijah menjadi pendukung utama perjuangan Rasulullah dalam menegakkan agama Islam. Dengan penuh kasih sayang dan ketulusan, ia mengorbankan seluruh hartanya demi kepentingan dakwah dan kesejahteraan umat Islam. Selama pernikahan mereka, Khadijah dikaruniai enam anak, yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Namun, hanya putri-putri beliau yang hidup hingga dewasa, yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.
Selain sebagai istri yang setia, Khadijah juga menjadi pelipur lara bagi Rasulullah saat beliau menghadapi berbagai tekanan dan cobaan dari kaum Quraisy. Ketika orang-orang mencemooh dan menolak ajaran Islam, Khadijah tetap berada di sisi Rasulullah, memberikan dukungan moral yang tak tergantikan. Begitu besar cintanya kepada Rasulullah hingga beliau tidak menikah dengan wanita lain selama Khadijah masih hidup.
Mengenang 11 Ramadhan: Wafatnya Khadijah
1. Wasiat Khadijah
Sayyidah Khadijah menghembuskan napas terakhirnya di pangkuan Rasulullah pada hari ke-11 Ramadhan tahun ke-10 kenabian. Saat itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun, sedangkan Khadijah berusia 65 tahun. Kepergian Khadijah merupakan kehilangan yang begitu besar bagi Rasulullah, karena ia adalah orang yang paling dicintai dan pendukung utama perjuangan beliau dalam berdakwah.
Dikisahkan bahwa menjelang wafatnya, Khadijah sempat berwasiat kepada Rasulullah. Ia meminta maaf kepada beliau jika selama ini ada kekurangan dalam menjalankan tugasnya sebagai istri. Namun, Rasulullah dengan penuh kasih sayang menjawab, "Aku tidak pernah melihatmu lalai dalam menjalankan kewajiban. Engkau telah sungguh-sungguh melaksanakannya dengan baik, bahkan sering lelah. Engkau juga telah mengorbankan hartamu untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan."
Selain itu, Khadijah juga berpesan agar Rasulullah menjaga putri mereka, Fatimah Az-Zahra. "Perhatikan Fatimah. Kelak, sepeninggalku, ia menjadi anak yatim. Maka, tak boleh ada seorang pun yang menyakiti hatinya," katanya kepada Rasulullah.
Ia juga menyampaikan ketakutannya akan siksa kubur dan berharap agar kain yang dipakai Rasulullah saat menerima wahyu pertama dapat digunakan sebagai kain kafannya. Mendengar permintaan itu, Rasulullah pun mengambil kain tersebut dan menyerahkannya kepada Khadijah dengan penuh cinta dan rasa haru.
2. Kesedihan Rasulullah dan Salam dari Allah untuk Khadijah
Momen perpisahan dengan Khadijah semakin mengharukan ketika Malaikat Jibril turun dan menyampaikan salam dari Allah untuk Khadijah. Rasulullah dengan mata berkaca-kaca berkata, "Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu, dan telah dipersiapkan tempatmu di surga." Mendengar itu, Khadijah tampak berbahagia karena ia mendapatkan kabar gembira dari Allah sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
Malaikat Jibril juga membawa lima kain kafan, yang disiapkan untuk Khadijah, Rasulullah, Fatimah, Ali, dan Hasan. Namun, saat itu Jibril tiba-tiba menangis. Ketika Rasulullah bertanya mengapa, Jibril menjawab bahwa cucu Rasulullah, Husain bin Ali, tidak akan mendapatkan kain kafan, karena kelak ia akan dibantai di Karbala dan jasadnya dibiarkan tanpa dimandikan dan dikafani. Mendengar hal itu, Rasulullah semakin bersedih, tetapi tetap menguatkan hati dalam menghadapi ujian besar ini.
3. Rasulullah Selalu Mengenang Khadijah
Sepeninggal Khadijah, Rasulullah terus mengenangnya dengan penuh cinta. Beliau sering berbicara tentang kebaikan Khadijah dan bagaimana pengorbanannya untuk Islam tidak akan pernah terlupakan.
Bahkan, Aisyah RA, istri Rasulullah yang lain, pernah merasa cemburu karena Rasulullah begitu sering menyebut-nyebut nama Khadijah. Saat itu, Rasulullah berkata, "Demi Allah, tidak ada yang dapat menggantikan Khadijah. Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku, dia membenarkanku saat orang lain mendustakanku, dan dia mengorbankan seluruh hartanya demi dakwah Islam."
Duka Rasulullah yang Semakin Bertambah dengan Wafatnya Abu Thalib
Kesedihan Rasulullah semakin bertambah ketika beberapa waktu sebelum Khadijah wafat, Abu Thalib yang merupakan paman Rasulullah juga meninggal dunia. Abu Thalib adalah sosok yang selalu melindungi Rasulullah dari gangguan kaum Quraisy.
Namun, di akhir hayatnya, Abu Thalib tetap berada dalam agama leluhurnya meskipun ia percaya kepada kebenaran ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah. Kepergian Abu Thalib membuat Rasulullah kehilangan pelindung utama dalam berdakwah, sehingga gangguan dari kaum Quraisy semakin meningkat. Mereka mulai berani menyakiti Rasulullah secara terang-terangan, bahkan menaburkan pasir di atas kepala beliau dan meletakkan kotoran binatang di punggungnya saat shalat.
Karena kehilangan dua sosok penting ini, Rasulullah menyebut tahun tersebut sebagai Aamul Huzn (Tahun Kesedihan). Kesedihan yang mendalam ini turut mempengaruhi kondisi dakwah Rasulullah, hingga Allah kemudian menghiburnya dengan peristiwa Isra' Mi'raj. Dengan keteguhan hati dan keyakinan kepada Allah, Rasulullah tetap melanjutkan dakwah Islam hingga akhirnya mendapat perintah untuk hijrah ke Madinah.
Demikianlah kisah duka yang terjadi pada 11 Ramadhan, yaitu wafatnya Khadijah istri Rasulullah SAW. Semoga bermanfaat!
(par/ams)