Akhir pekan ini, Sabtu (8/2) dan Minggu (9/2) berpotensi terjadi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Jawa Tengah (Jateng). Masyarakat diminta waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo mengatakan, ada dinamika atmosfer yang membuat potensi cuaca ekstrem terjadi di Jawa Tengah, yaitu adanya siklon tropis Taliah yang terpantau di Samudera Hindia Selatan Pulau Jawa. Menyebabkan angin Baratan yang menguat di wilayah Jawa Tengah.
Kemudian ada dinamika atmosfer berupa kelembapan udara di berbagai ketinggian cenderung basah sehingga berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan yang menjulang hingga ke lapisan atas. Selain itu liabilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal diamati di Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi di atas dapat menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang-lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang," kata Yoga dalam keterangan tertulis yang dikutip detikJateng, Jumat (7/2/2025).
Berikut daerah di Jawa Tengah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem akhir pekan ini, Sabtu (8/2) hingga Minggu (9/2):
Sabtu, 8 Februari 2025
Banjarnegara, Banyumas, Batang, Blora, Boyolali, Brebes, Cilacap, Demak, Jepara, Karanganyar, Kebumen, Kendal, Kudus, Kabuoaten-Kota Magelang, Kabupaten-Kota Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Rembang, Salatiga, Kabupaten-Kota Semarang, Sragen, Kabupaten-Kota Tegal, Temanggung, Wonogiri, Wonosobo, dan sekitarnya.
Minggu, 9 Februari 2025
Banjarnegara, Banyumas, Batang, Brebes, Cilacap, Demak, Jepara, Kendal, Kudus, Pati, Kabupaten-Kota Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Kabupaten-Kota Semarang, Kabupaten-Kota Tegal, Temanggung, Wonosobo, dan sekitarnya.
"BMKG mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, pohon tumbang dan sambaran petir, terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi," jelas Yoga.
(apu/ahr)