Menteri Sosial (Mensos) Republik Indonesia, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menargetkan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia bisa turun menjadi 0 persen pada tahun 2026. Hal itu dia sampaikan saat mengisi acara sosialisasi Pilar-pilar di Pendopo Bupati Banyumas.
Gus Ipul menyebut tiap daerah di Indonesia masih terdapat masyarakat dengan kategori miskin ekstrem. Oleh sebab itu pihaknya akan menargetkan Indonesia akan terbebas kemiskinan ekstrem di tahun depan.
"Tiap daerah ada miskin ekstrem, miskin, rentan. Kalau menurut bps, sederhananya yang pengeluaran per kapita di bawah 600 ribu itu miskin. Kalau di bawah 400 ribu per kapita itu dia miskin ekstrem. Itu ukuran sederhananya secara umum," kata dia kepada wartawan di Purwokerto, Sabtu (1/2/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang sudah ada penurunan kemiskinan, tapi kita perlu kerja keras untuk menurunkan yang lebih signifikan. Targetnya, kalau sekarang kemiskinan itu dari 9.03 turun jadi 8.57 itu kan. Targetnya presiden di bawah 5 persen di tahun 2029. Untuk kemiskinan ekstrim, 0 persen di tahun 2026. Cukup jelas target presiden itu," lanjut dia.
Adapun untuk mencapai target tersebut pihaknya berkeliling untuk memberikan pengarahan kepada para pendamping PKH. Termasuk salah satunya yang dilakukan saat ini.
"Menyamakan frekuensi kita, menyamakan langkah dengan pola kerja yang baru, saya dengan Pak Wamen secara bergantian itu bisa ketemu kadang bersama-sama dengan para pendamping terutama, karena mereka menjadi ujung tombak kami," terangnya.
Gus Ipul menyebut Presiden Prabowo memberi arahan agar pengentasan kemiskinan dilakukan dengan kolaboratif. Harus ada peran dari para pendamping yang langsung berhubungan dengan masyarakat.
"Jadi mereka harus tahu apa yang mereka kerjakan, dan mereka punya target, ini sesuai dengan instruksi presiden. Kita harus bisa mengentaskan kemiskinan ini secara kolaboratif, sinergis dan hasilnya signifikan," jelasnya.
"Kita harus bisa membuat perencanaan yang baik, bagaimana berbagai intervensi pemerintah benar-benar tepat sasaran. Akan dimulai dengan membuat data yang terbaru, yang tunggal, yang ini jadi referensi semua kementrian, lembaga, dan pemerintah daerah," sambungnya.
Lebih lanjut menurut Gus Ipul target 1 pendamping bisa mengentaskan 10 masyarakat dengan kategori miskin sudah berjalan. Hanya saja pihaknya tidak menargetkan bisa tercapai secepat mungkin.
"Selama ini sudah ada tapi nggak ada target, alamiah aja. Itu berarti tidak ada perencanaan yang baik. Sekarang kita mau semua harus ada target, sesuai dengan uang yang sudah dikeluarkan. Setiap uang yang dikeluarkan oleh pemerintah, harus terukur, mulai dari outcome-nya, output-nya, mulai dari benefitnya sampai dengan dampaknya, itu harus terukur semua," ungkapnya.
"Nggak boleh ambyar, nggak boleh kerja semaunya sendiri, dan harus melibatkan daerah. Nggak boleh pendamping ini tanpa melibatkan bupati, walikota. Harus bersinergi. Jangan sendiri-sendiri. Selama ini terus terang saja kurang koordinasinya," akunya.
"Nah ke depan, dengan arahan presiden, sekarang ini semua sedang berusaha mengikis ego sektoralnya. Kalau dulu Kemensos sendiri, nggak boleh sendiri-sendiri. Tapi ini kepentingan bersama, kepentingan nasional, semua harus melebur mensukseskan visi misi presiden," pungkasnya.
(afn/dil)