Kenapa Virus Tidak Termasuk Makhluk Hidup? Ini Sederet Alasannya

Kenapa Virus Tidak Termasuk Makhluk Hidup? Ini Sederet Alasannya

Nur Umar Akashi - detikJateng
Rabu, 22 Jan 2025 15:06 WIB
Virus Tidak Termasuk Makhluk Hidup
Ilustrasi virus tidak termasuk makhluk hidup. (Foto: kjpargeter/Freepik)
Solo -

Istilah virus begitu akrab dalam benak pikiran kita sebagai suatu hal yang membawa implikasi buruk, seperti penyakit. Namun, tahukah kamu bahwa virus tidak termasuk makhluk hidup? Ini sejumlah alasannya!

Sebelum menyelam lebih jauh lagi tentang alasan virus tidak digolongkan sebagai makhluk hidup, detikers harus tahu arti virus itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring, virus adalah mikroorganisme yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop elektron. Ia menjadi penyebab dan penular berbagai jenis penyakit, seperti cacar, influenza, dan rabies.

Sebagai contoh, dikutip dari Live Science, wabah Covid-19 yang masih segar dalam ingatan disebabkan oleh virus Sars-Cov-2. Selain itu, ada juga virus-virus lain yang lebih mematikan, seperti Rabies virus (RABV) yang menyebabkan penyakit rabies.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mungkin, detikers akan berpikir, bagaimana mungkin virus yang berbahaya ini tidak termasuk makhluk hidup? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, baca pembahasan lengkap yang telah detikJateng siapkan di bawah ini, yuk!

Alasan Virus Tidak Termasuk Makhluk Hidup

Dilansir New Scientist, perdebatan mengenai hidup tidaknya virus telah menjadi topik lama di kalangan peneliti. Mula-mula, virus dianggap sebagai racun. Namun, anggapan ini berubah pada 1892 ketika Dmitri Ivanovsky menemukan virus. Sejak saat itu, virus dianggap zat kimia biologis.

ADVERTISEMENT

Selang beberapa tahun setelah itu, para ilmuwan mengemukakan gagasan bahwa virus adalah organisme hidup biarpun sederhana. Namun, beberapa hal yang tidak dimilikinya membuat virus kemudian dianggap bukan makhluk hidup. Apa saja?

1. Virus Tidak Memiliki Sel

Berdasar penjelasan dari laman Arizona State University (ASU), makhluk hidup memiliki sel, sedangkan virus tidak. Alih-alih, virus punya lapisan protein yang melindungi materi genetiknya. Namun, virus tidak punya sel atau organel lain yang dimiliki sel.

Pendapat serupa diungkapkan oleh Dr Otto Yang, seorang profesor kedokteran dan mikrobiologi, imunologi, dan genetika molekuler di Sekolah Kedokteran David Geffen Universitas California, Los Angeles:

"Tanpa sel, virus tidak dapat bereproduksi. Jadi, dari sudut pandang itu, virus sebenarnya tidak hidup, jika Anda menganggap kehidupan sebagai sesuatu yang dapat bereproduksi sendiri secara independen," terangnya, dikutip detikJateng dari Live Science, Selasa (21/1/2025).

"Jika Anda melonggarkan definisi kehidupan menjadi sesuatu yang dapat membuat salinan dirinya sendiri dengan bantuan, maka Anda dapat menyebutnya (virus) hidup," tambahnya.

2. Virus Tidak Bereproduksi secara Mandiri

Sel makhluk hidup bereproduksi dengan cara membuat salinan DNA-nya. Lain halnya dengan virus, karena tidak memiliki sel, maka ia punya cara tersendiri untuk bereproduksi. Bagaimana caranya?

Disadur dari National Geographic, virus punya dua metode untuk melakukan replikasi, yakni siklus litik (lytic cycle) dan siklus lisogenik (lysogenic cycle). Dalam siklus litik, virus menempel pada sel inang kemudian menyuntikkan DNA-nya. Akibatnya DNA virus mulai bereplikasi. Lalu, virus yang sudah terbentuk berkumpul dan memecah sel untuk kemudian menyebar ke sel-sel lain.

Sementara itu, dalam siklus lisogenik, virus juga memasukkan DNA-nya ke sel inang. Setiap kali sel inang bereplikasi atau bereproduksi, DNA virus juga turut terkena replikasi. Bedanya dengan siklus litik, dalam siklus lisogenik, tidak perlu ada proses memecah sel inang atau melisiskannya sehingga host cells tak rusak selama beberapa waktu.

Nah, intinya, virus memang bisa bereproduksi, tetapi tidak secara mandiri. Ia perlu sel inang (host cell) agar proses replikasi ini berjalan. Alhasil, virus tidak dianggap makhluk hidup karena tak punya alat untuk mereplikasi materi genetiknya sendiri.

3. Virus Tidak Melakukan Tindakan untuk Bertahan Hidup

Apa maksudnya? Umpamanya, detikers menaruh kucing, tanaman, dan batu dalam sebuah ruangan lalu meninggalkannya selama berhari-hari. Ketika kamu melihatnya lagi, kucing dan tanaman tersebut akan berubah, tetapi tidak dengan batu.

Nah, sama seperti batu, sebagian besar virus akan baik-baik saja dibiarkan dalam ruangan tanpa batas waktu. Jadi, bisa dikatakan bahwa virus tidak punya tindakan yang dihasilkan sendiri atau bertahan hidup sendiri. Lain halnya dengan kucing dan tanaman yang akan coba mencari makanan untuk bertahan hidup, bukan?

"Saya tidak menganggap virus sebagai makhluk hidup. Pada dasarnya, virus tidak aktif kecuali jika bersentuhan dengan sel hidup. Ada beberapa karakteristik virus yang menempatkannya di batas (batas dianggap sebagai makhluk hidup), yakni mereka punya DNA atau RNA. Itu tidak sama dengan batu, tetapi jelas tidak sama dengan bakteri, dalam hal tindakan yang dapat bertahan hidup dan menghasilkan dirinya sendiri," jelas Amesh Adalja, dokter penyakit menular dan akademisi afiliasi di Johns Hopkins Center for Health Security.

Akhir kata, alasan virus tidak dianggap sebagai makhluk hidup bisa diterima akal. Namun, belakangan ini, para ilmuwan menemukan jenis virus baru yang punya alat untuk membuat salinan DNA sehingga bisa bereproduksi secara mandiri. Jadi, ada kemungkinan bahwa beberapa tipe virus benar-benar termasuk makhluk hidup.




(sto/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads