Bagaimana Proses Pembentukan Bumi? Ini Sederet Teori yang Menjelaskannya

Bagaimana Proses Pembentukan Bumi? Ini Sederet Teori yang Menjelaskannya

Ardian Dwi Kurnia - detikJateng
Senin, 20 Jan 2025 16:55 WIB
Planet Bumi
Planet Bumi. (Foto: Dok. NASA)
Solo -

Proses pembentukan Bumi merupakan sebuah fenomena alam yang kompleks dan telah menjadi objek penelitian para ilmuwan selama berabad-abad. Oleh karena itu, artikel ini akan mengeksplorasi beberapa teori yang berusaha menjelaskan bagaimana proses pembentukan bumi, dari awal mula hingga menjadi planet yang kita kenal saat ini.

Untuk memahami asal-usul Bumi, berbagai teori telah dikemukakan oleh para ahli geologi dan astronomi. Setiap teori menawarkan pandangan yang berbeda-beda tentang proses yang terjadi sejak alam semesta pertama kali tercipta.

Beberapa teori menjelaskan bagaimana benua-benua besar terbentuk dan bergerak seiring waktu, sementara yang lain lebih fokus pada proses fisik yang mempengaruhi pembentukan Bumi dari materi yang ada di alam semesta. Masing-masing teori ini memberikan gambaran yang berbeda, namun semua saling melengkapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, proses pembentukan Bumi juga melibatkan berbagai kejadian astronomi yang sangat besar, seperti ledakan bintang dan pergerakan materi luar angkasa. Kejadian-kejadian ini berperan penting dalam pembentukan struktur planet dan atmosfer Bumi yang kita huni sekarang.

Tak hanya itu, ada juga teori yang menyoroti bagaimana Bumi mulai mendingin dan membentuk lapisan-lapisan penting yang mendasari permukaan kita. Proses ini berperan dalam menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan, dengan samudra dan atmosfer yang ada hingga saat ini.

ADVERTISEMENT

Berikut penjelasan tentang proses pembentukan Bumi dikutip dari buku Bumi Sebagai Ruang Kehidupan Geografi Kelas X yang disusun oleh Fitri Sekar Lestari, S.Si. yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) (2020) dan Model Guru Pembelajar Paket Keahlian Geologi Pertambangan yang disusun Ansosry, ST., MT. terbitan Kemendikbud (2016).

Fase Pembentukan Bumi

Sebelum memahami tentang teori pembentukan Bumi, penting untuk memahami fase-fase pembentukan Bumi. Fase ini dapat dijelaskan dalam beberapa tahapan yang terjadi sepanjang sejarah alam semesta:

1. Fase Awal Mula Jadi Alam Semesta (Big Bang)

Pada saat terjadinya Big Bang, Bumi belum terbentuk sepenuhnya, namun bahan-bahan yang akan membentuk Bumi sudah ada bersamaan dengan bahan-bahan yang menjadi bintang dan planet-planet lain. Proses ini merupakan awal mula terbentuknya alam semesta, di mana materi dan energi tersebar ke seluruh penjuru ruang.

2. Fase Pembentukan Bintang-Bintang

Pada fase ini, Matahari dan Bumi sebagai bagian dari tata surya belum terbentuk. Proses pembentukan bintang-bintang yang lebih awal terjadi di galaksi, yang nantinya akan menghasilkan berbagai sistem bintang termasuk Matahari yang menjadi pusat tata surya kita.

3. Fase Supernova

Fase ini merupakan ledakan dari bintang yang terjadi di galaksi, yang disebut sebagai supernova. Ledakan ini menghasilkan energi yang sangat besar dan menyebar ke seluruh ruang angkasa, yang memberikan kontribusi penting terhadap pembentukan unsur-unsur baru yang akan membentuk planet dan benda langit lainnya.

4. Fase Pendinginan Nebula

Setelah terjadi ledakan supernova, gravitasi antar partikel nebula mulai bekerja. Proses ini menyebabkan materi yang ada di nebula mulai berkumpul dan mendingin, yang kemudian memicu pembentukan bintang baru, termasuk Matahari yang akan menjadi pusat tata surya.

5. Fase Pembentukan Matahari dan Cincin Planet

Pada tahap ini, sebagian besar debu dan gas yang terkumpul di dalam nebula mulai bergabung dan membentuk sebuah bintang, yaitu Matahari. Selain itu, sisa materi yang ada mulai membentuk cincin planet yang kelak akan menjadi planet-planet di sekitar Matahari.

6. Fase Akresi

Fase akresi adalah saat materi-materi yang ada di sekitar Matahari mulai saling bertumbukan dan bergabung untuk membentuk benda yang lebih besar. Bumi pada tahap ini masih berupa massa materi yang seragam, tanpa adanya daratan atau lautan.

7. Fase Pembentukan Bumi

Bahan-bahan dari meteor yang memiliki berat jenis lebih tinggi mulai tenggelam ke pusat Bumi, sehingga membentuk inti Bumi. Proses ini menyebabkan Bumi mulai memiliki struktur internal dengan inti yang padat di tengahnya dan lapisan-lapisan lainnya.

8. Pembentukan Atmosfer, Samudera, dan Makhluk Hidup

Pada tahap terakhir ini, atmosfer terbentuk sebagai hasil dari aktivitas vulkanik dan komposisi gas yang ada di sekitar Bumi. Samudra terbentuk melalui kondensasi uap air, dan makhluk hidup pertama mulai muncul sebagai hasil dari kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan.

Teori Pembentukan Bumi

Setelah memahami fase-fase pembentukan Bumi, berikut teori-teori dari para ahli tentang bagaimana Bumi terbentuk:

1. Teori Kontraksi dan Pemuaian (Contraction and Expansion Theory)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Descartes pada abad ke-17, yang menyatakan bahwa Bumi mengalami penyusutan seiring dengan proses pendinginan. Proses penyusutan ini menyebabkan permukaan Bumi mengkerut dan terbentuklah relief-relief seperti gunung, lembah, dan dataran, dengan analogi yang diambil dari kulit buah apel yang mengering.

Teori ini juga dikembangkan oleh James Dana dan Elie de Baumant yang mendukung pandangan bahwa proses pendinginan menyebabkan terjadinya lipatan-lipatan pada permukaan Bumi. Namun, meskipun dapat menjelaskan pembentukan lipatan, teori ini tidak mampu menjelaskan asal-usul tekanan yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut.

2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory)

Teori ini diajukan oleh Edward Zuess pada tahun 1884 dan menyatakan bahwa pada masa awal, Bumi terdiri dari dua benua besar, yaitu Laurasia di bagian utara dan Gondwana di bagian selatan. Kedua benua ini kemudian bergerak menuju ekuator dan akhirnya terpecah menjadi beberapa benua yang lebih kecil.

Laurasia, menurut teori ini, terpecah menjadi benua Asia, Eropa, dan Amerika Utara, sementara Gondwana terbagi menjadi benua Afrika, Australia, dan Amerika Selatan. Proses pergerakan ini menjelaskan bagaimana benua-benua yang kita kenal saat ini terbentuk dan bergerak seiring waktu.

3. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory)

Teori ini diajukan oleh Alfred Wegener pada tahun 1912, yang berpendapat bahwa pada awalnya hanya ada satu benua besar bernama Pangea. Pangea kemudian terpecah dan bergerak akibat pergerakan dasar laut yang dipengaruhi oleh gerakan sentrifugal dari rotasi Bumi, yang mendorong pecahan Pangea menuju ekuator.

Wegener mendukung teorinya dengan bukti kesamaan garis pantai, batuan, dan fosil antara Afrika bagian barat dan Amerika Selatan bagian timur. Hal ini menunjukkan bahwa kedua benua tersebut pernah terhubung sebelum terpisah melalui proses pergeseran benua.

4. Teori Konveksi (Convection Theory)

Teori ini pertama kali diajukan oleh Arthur Holmes pada tahun 1927, dan kemudian dikembangkan oleh Harry H. Hess dan Robert Diesz. Menurut teori ini, terdapat arus konveksi di dalam mantel Bumi yang membawa massa lava ke permukaan Bumi, terutama di punggung tengah samudra, yang menyebabkan pembentukan lapisan kulit Bumi baru.

Arus konveksi ini menggeser lapisan kulit Bumi yang lama, seperti yang terlihat pada bukti adanya mid oceanic ridge, seperti Mid-Atlantic Ridge dan Pacific-Antarctic Ridge. Penelitian mengenai umur batuan di laut menunjukkan bahwa semakin jauh dari punggung samudra, semakin tua umur batuannya, yang mendukung teori ini.

5. Teori Lempeng Tektonik (Tectonic Plate Theory)

Teori ini dikemukakan oleh Tozo Wilson pada tahun 1965 dan menjelaskan bahwa kulit Bumi terdiri dari beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan astenosfer. Lempeng-lempeng ini selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi dari lapisan astenosfer yang mendorong pergerakan lempeng-lempeng tersebut.

Litosfer Bumi terbagi menjadi dua jenis lempeng, yaitu lempeng benua yang tersusun dari batuan asam dan lempeng samudra yang tersusun dari batuan basa. Pergerakan lempeng ini menghasilkan tiga jenis gerakan yaitu konvergen (bertujuan saling bertubrukan), divergen (bergerak saling menjauh), dan transform (bergerak saling berlawanan arah). Proses-proses ini menghasilkan berbagai fenomena geologi seperti pegunungan dan gempa bumi.

Demikian penjelasan tentang teori-teori pembentukan Bumi. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Ardian Dwi Kurnia, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sto/aku)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads