Latar Belakang Konferensi Meja Bundar: Tujuan, Hasil, dan Tokohnya

Latar Belakang Konferensi Meja Bundar: Tujuan, Hasil, dan Tokohnya

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 16 Jan 2025 13:51 WIB
Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) salah satunya membahas mengenai  Republik Indonesia Serikat.
Konferensi Meja Bundar. (Foto: Wikimedia Commons/40 Tahun Indonesia Merdeka Jilid 1)
Solo -

Pernahkah kamu bertanya-tanya bagaimana Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia setelah pertempuran sengit? Jawabannya terletak pada sebuah konferensi penting, yaitu Konferensi Meja Bundar (KMB). Di balik kesepakatan bersejarah ini, terdapat kisah menarik tentang latar belakang Konferensi Meja Bundar yang perlu dipahami.

Konferensi Meja Bundar yang berlangsung di Belanda mempertemukan perwakilan dari Indonesia dan Belanda. Dibutuhkan waktu lebih dari dua bulan hingga semua pihak yang terlibat dalam konferensi ini mencapai kata sepakat.

Melalui artikel ini, mari kita telusuri akar permasalahan yang mendorong diadakannya KMB, dan bagaimana konferensi ini menjadi titik balik bagi kemerdekaan Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Latar Belakang Konferensi Meja Bundar

Latar belakang diadakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah ketegangan antara Indonesia dan Belanda setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Belanda yang berupaya memulihkan kolonialismenya, menolak mengakui kemerdekaan Indonesia.

Upaya mediasi PBB melalui Good Offices Committee (GOC) tidak mencapai penyelesaian. Hal tersebut justru memicu kebutuhan akan forum lebih komprehensif.

ADVERTISEMENT

Resolusi PBB pada Januari 1949 membentuk United Nations Commission for Indonesia (UNCI), membuka jalan untuk KMB. Perjanjian awal antara Indonesia dan Belanda pada April 1949 merintis langkah menuju KMB, menciptakan landasan pemulihan hubungan bilateral.

Mengutip dari buku Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu 2009 oleh A.Kardiyat Wiharyanto, pemerintah Republik Indonesia mengadakan Konferensi Inter-Indonesia sebanyak 2 kali. Yang pertama diadakan di Jogja pada 19-22 Juli 1949. Sementara yang kedua diadakan pada 30 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta.

Dari konferensi inilah diambil keputusan bahwa Negara Indonesia Serikat diberi nama Republik Indonesia Serikat (RIS) berdasarkan demokrasi dan federalisme. Negara ini akan dikepalai oleh presiden dibantu para menteri, serta bertanggung jawab kepada dewan perwakilan rakyat.

Selain itu, disepakati pula nama-nama tokoh yang akan menjadi delegasi Indonesia untuk berangkat ke Belanda menghadiri KMB. KMB ini berlangsung pada 23 Agustus-2 November 1949 di Den Haag.

Tujuan Konferensi Meja Bundar

Dikutip dari buku Mohamad Roem Karier Politik dan Perjuangannya, 1924-1968 oleh Iin Nur Insaniwati, tujuan KMB adalah menyelesaikan perselisihan Indonesia-Belanda secara adil dan secepat mungkin. Selain itu, konferensi ini juga bertujuan untuk mencapai kesepakatan di antara peserta KMB mengenai proses penyerahan kedaulatan yang tulus, menyeluruh, dan tanpa syarat kepada Negara Indonesia Serikat (NIS), sesuai dengan prinsip-prinsip Perjanjian Renville.

Para peserta KMB berkomitmen untuk berupaya agar konferensi dimulai sekitar tanggal 1 Agustus 1949 dan selesai dalam waktu dua bulan setelahnya. Mereka juga berjanji untuk menyerahkan hasil kesepakatan KMB dalam enam minggu setelah konferensi berakhir. Oleh karena itu, kedaulatan harus diserahkan kepada NIS sebelum akhir tahun 1949.

Hasil Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar baru mencapai kesepakatan pada 2 November 1949, hampir 3 bulan sejak dimulai. Berikut ini adalah beberapa hasil dari Konferensi Meja Bundar:

  1. Penetapan Indonesia sebagai negara federal bernama Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan 16 negara bagian.
  2. Pengakuan kedaulatan RIS oleh Belanda.
  3. Pelaksanaan penyerahan kedaulatan secara resmi dari Belanda ke RIS.
  4. Kesepakatan terkait Irian Barat, yang akan berada di bawah administrasi Belanda hingga Oktober 1962.
  5. Pengambilalihan hutang Hindia Belanda oleh Indonesia, meskipun menuai kritik.

Tokoh-Tokoh dalam Konferensi Meja Bundar

Dalam Konferensi Meja Bundar terdapat perwakilan dari tiga kelompok, yaitu dari negara Indonesia, Belanda, dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). Berikut ini daftar namanya.

Delegasi dari Indonesia

  1. Moh. Hatta (pemimpin delegasi)
  2. Moh. Roem
  3. Prof. Soepomo
  4. dr. J. Leimena
  5. Mr. Ali Sastroamidjojo
  6. Ir. Djuanda
  7. dr. Soemitro Djojohadikoesoemo
  8. dr. Soekiman
  9. Mr. Soejono Hadinoyo
  10. Kol. TB. Simatupang
  11. Soemardi

Delegasi dari Belanda

Negara Belanda menunjuk Maarseveen untuk memimpin delegasi mereka di dalam Konferensi Meja Bundar.

Delegasi dari BFO

BFO sendiri merupakan negara bagian di luar Republik Indonesia Yogyakarta bentukan Belanda. Delegasi BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.

Demikian penjelasan lengkap mengenai latar belakang Konferensi Meja Bundar (KMB), lengkap dengan tujuan, hasil, dan tokoh-tokoh yang terlibat. Semoga bermanfaat!




(sto/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads