Psywar Jokowi Vs Hasto PDIP

Terpopuler Sepekan

Psywar Jokowi Vs Hasto PDIP

Tim detikJateng - detikJateng
Sabtu, 07 Des 2024 09:30 WIB
Presiden ke-7 Joko Widodo ditemui di kediaman pribadinya di Sumber, Banjarsari, Solo, Selasa (3/12/2024).
Presiden ke-7 Joko Widodo ditemui di kediaman pribadinya di Sumber, Banjarsari, Solo, Selasa (3/12/2024). Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng
Solo - Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bahwa Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sudah bukan lagi kader PDI Perjuangan direspons Jokowi dengan ucapan 'partai perorangan'. Menurut pakar politik Universitas Diponegoro (Undip), ucapan Jokowi itu semacam simbol personalisasi yang punya power.

Ucapan 'partai perorangan' itu diulang Jokowi sampai empat kali saat ditemui wartawan di Solo, Kamis lalu. Kala itu wartawan meminta tanggapan Jokowi terkait pernyataan Hasto yang sehari sebelumnya menyebut Jokowi dan keluarga tidak lagi bagian PDIP.

"Ya berarti partainya perorangan," kata Jokowi di salah satu rumah makan di Sumber, Banjarsari, Solo, Kamis (5/12/2024).

Namun Jokowi tidak menjelaskan maksud ucapannya tersebut. Saat wartawan kembali menanyakan soal dirinya yang saat ini tidak terafiliasi partai mana pun, Jokowi mengulang jawabannya.

"Ya partainya jadi perorangan, ya udah itu," ujar Jokowi saat itu.

Saat wartawan bertanya lagi soal kemungkinan Jokowi bergabung ke partai lain selain PDIP, Jokowi kembali mengucap partai perorangan. Begitu pula jawaban Jokowi saat ditanya soal peluang tawaran dari partai lain ke dirinya.

"(Rencana gabung partai lain?) Partai perorangan," jawab Jokowi.

"(Tawaran dari partai lain?) Partai perorangan," pungkasnya.

Hasto Sebut Jokowi dan Keluarga Tidak Lagi Bagian dari PDIP

Dilansir detikNews, Rabu (4/12), Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto berbicara soal status keanggotaan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi). Hasto menegaskan Jokowi sudah bukan lagi merupakan kader PDI Perjuangan.

Hal itu disampaikan Hasto dalam jumpa pers di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (4/12). Hasto menyebut keluarga Jokowi pun sudah bukan lagi bagian dari partainya.

"Saya tegaskan kembali bahwa Pak Jokowi dan keluarga sudah tidak lagi menjadi bagian dari PDI Perjuangan," kata Hasto, Rabu (4/12/2024), dikutip dari detikNews.

Hasto menjelaskan alasan di balik penegasan itu. Dia menyebut apa yang dilakukan Jokowi sudah tidak senada dengan cita-cita PDIP.

"Karena cita-cita partai yang diperjuangkan sejak pada masa Bung Karno, sejak PNI ketika kita membangun republik ini, sudah tidak lagi sejalan di dalam pembicaraan dan praktik-praktik politiknya," ungkap Hasto.

"Sehingga itulah yang terjadi dan kemudian kita melihat bagaimana ambisi kekuasaan ternyata juga tidak pernah berhenti," lanjut Hasto.

Meski begitu, Hasto mengatakan, pihaknya tak akan kehilangan gagasan-gagasan ideal bahwa seorang rakyat biasa bisa berproses menjadi seorang pemimpin. Dia mengaku pun turut menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat mengenai hal itu.

"Kami juga telah menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat Indonesia tentang seorang pemimpin yang karena kekuasaannya kemudian bisa berubah dan mengubahkan cita-cita yang membentuknya," imbuh Hasto.

Pakar Politik Undip Menerka Ucapan Jokowi

Menurut pakar politik Universitas Diponegoro (Undip), Wahid Abdulrahmah, Jokowi punya gaya bahasa dan pola komunikasi Jawa yang high-context cultures. Ungkapan 'partai perorangan' itu juga tidak bisa dimaknai secara langsung.

"Jokowi memiliki bahasa dan pola komunikasi Jawa yang high-context cultures. Halus, dalam, dan penuh makna. Di mana pernyataannya terkadang tidak dapat dimaknai secara langsung," kata Wahid lewat pesan singkat kepada detikJateng, Jumat (6/12/2024).

Wahid bilang, ungkapan itu juga bisa dinilai sebagai sikap Jokowi yang nyaman 'menjomblo' yang tidak masuk di partai mana pun. Namun kata 'perorangan' seolah jadi simbol personalisasi yang punya power.

"Secara halus pernyataan tersebut menunjukkan sikap Jokowi yang tidak mempermasalahkan bahkan mungkin merasa nyaman dengan menjomblo, tanpa menjadi anggota partai mana pun termasuk PDIP. Namun sebagai 'perseorangan' memiliki kekuatan elektoral. Partai sebagai simbol institusi kekuatan politik, sementara 'perseorangan' sebagai simbol personalisasi yang ternyata juga memiliki kekuatan politik besar," jelas Wahid

"Apalagi ini disampaikan setelah Pilkada di mana, di sejumlah tempat khususnya di Jawa Tengah, Jokowi masih menunjukkan kekuatan elektoralnya sehingga bisa mengalahkan PDIP," imbuhnya.


(dil/dil)


Hide Ads