Para nasabah BMT Mitra Umat Kota Pekalongan masih belum menemukan kejelasan terkait dana simpanannya yang hingga kini tak bisa diambil. Sudah sejak jelang Lebaran tahun ini para nasabah tak bisa mengambil dana simpanan mereka di BMT Mitra Umat.
Jumlah uang para nasabah itu beragam bahkan ada yang mencapai Rp 70 juta. Mereka mulai tak bisa mengambil uang tabungan mereka sejak jelang Lebaran.
Salah satu nasabah BMT Mitra Umat Kota Pekalongan, Rita (51), warga Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, bersama suami dan anak bungsunya bergabung dengan para nasabah yang memperjuangkan uangnya kembali. Sebab, uang itu merupakan uang yang ditabungnya sejak 15 tahun lalu, totalnya sekitar Rp 46 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah menabung sejak 15 tahun yang lalu. Uang saya sedikit demi sedikit dari sisa uang belanja, saat akan digunakan justru tidak bisa dicairkan," kata Rita kepada detikJateng saat ditemui di sela-sela aksi di depan Gedung DPRD Kota Pekalongan.
"Saya jualan keripik keliling. Usai belanja saya sisihkan untuk menabung terkadang seminggu sekali ke koperasi. Sejak puasa, delapan bulan lalu, suami sudah tidak bekerja, uang mau tak ambil, tidak bisa. Anak sakit-sakitan juga," jelasnya sedih.
Dia bercerita mulai tak bisa mengambil uang tabungannya sejak delapan bulan lalu. Sayangnya, yang dia dapat hanya janji-janji.
"Saya mau ambil uang sebagian, tapi kok tidak bisa hanya dijanji-janjikan hingga anak-anak dan saya nggak bisa beli keperluan Lebaran. Saya punya dua anak. Yang anak kedua divonis dokter jantung bocor tiga bulan lalu, pusing Pak. Suami juga sudah tidak bekerja sejak bulan puasa kemarin," tuturnya.
Nasabah Lapor Polisi 8 Bulan Lalu
Tak bisa cairnya dana nasabah di BMT Mitra Umat mulai mengemuka sejak para nasabah melaporkan peristiwa itu ke polisi pada 30 Maret lalu.
Salah satu nasabah yang saat itu ditemui detikJateng Neti Sumiyati (42), warga Desa Samborejo, Tirto, di Mapolres Pekalongan Kota, mengaku memutuskan untuk lapor polisi karena sudah beberapa kali gagal mencoba mengambil dana simpanannya. Dia mengaku sudah menjadi nasabah sejak 2019, dana yang disimpan di sana sekitar Rp 12 juta.
"Mereka selalu bilang nunggu ada saldo. Tiap didatangi selalu beralasan tidak ada saldo," ujar Neti
Saat itu, Neti datang Bersama emak-emak lainnya. Mereka terlihat dilayani oleh petugas SPKT untuk membuat laporan.
Pada 30 Maret itu juga pengurus Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syari'ah (KSPPS) Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Mitra Umat, Moh Agus Faisol angkat bicara. Dia mengatakan akan menyelesaikan masalah nasabah satu per satu. Dana Rp 300 juta juga disiapkan untuk parcel bagi para nasabah khusus.
"Insyaallah kita selesaikan satu per satu, seperti parcel bagi nasabah SiFitri telah disiapkan anggaran Rp 300 juta dan target kita setelah lebaran semoga bisa selesai semuanya. Namun bila pun itu meleset tetap akan kita upayakan terus," kata Agus yang mengaku sebagai pengurus baru di koperasi tersebut melalui sambungan telepon.
![]() |
Kantor BMT Mitra Umat Digeruduk Nasabah
Dua hari berselang setelah para nasabah melapor ke polisi, giliran Kantor BMT Mitra Umat digeruduk oleh massa. Massa yang mengaku para nasabah itu datang bersama-sama sembari membawa poster yang berisi tuntutan agar uang mereka dikembalikan.
Salah satu nasabah, Walida (59) warga Pessindon, Kota Pekalongan, mengaku mempunyai simpanan uang di koperasi setempat sekitar Rp 70 juta. Namun, saat dirinya mau mengambil sebagian untuk keperluan Lebaran, beberapa kali petugas koperasi mempersulitnya.
Bahkan hingga Senin (1/4) sore, uangnya belum bisa dicarikan. Untuk itulah dirinya saat ini berkeinginan untuk menarik semua karena ia menilai koperasi sudah tidak sehat lagi.
"Saya menyimpan uang di BMT Mitra Umat dalam bentuk tabungan, deposito, dan simpanan Idul Fitri serta tabungan sembako. Totalnya hampir Rp 70 juta tapi tidak bisa diambil uangnya," ujar Walida kepada detikJateng di lokasi, Senin (1/4/2024).
Saat itu, Sekretaris Koperasi BMT Mitra Umat, Arif Budiharjo sempat menemui massa. Namun, dia hanya meminta maaf dan berjanji untuk menyelesaikan hak nasabah setelah Lebaran.
"Kami selaku pengurus meminta maaf kepada nasabah karena pelayanan belum maksimal dan bagaimanapun kami tetap bertanggung jawab. Adapun ada nasabah yang sudah melapor ke Polres kami hormati karena ini negara hukum dan biarkan semua tetap berproses. Kami semua yang ada di sini tetap akan bertanggung jawab," ucap Arif di hadapan para nasabah.
Ketua DPRD Pekalongan Bakal Lapor Pemprov-DPR RI
Terakhir, para nasabah itu terpantau mengadukan kasus mereka ke DPRD Kota Pekalongan. Mereka juga datang bersama-sama sembari membawa poster tuntutan.
sempat terjadi aksi saling dorong antara para nasabah dengan petugas kepolisian yang menjaga pintu masuk gedung DPRD Kota Pekalongan. Aksi saling dorong tidak begitu lama setelah kepolisian memperbolehkan perwakilan nasabah masuk untuk menemui anggota dewan.
Di hadapan anggota dewan, para nasabah mengadukan nasibnya terkait uang simpanan yang tak kunjung bisa dicairkan di Koperasi BMT Mitra Umat Kota Pekalongan. Dalam kesempatan itu juga, para peserta aksi menuntut pihak kepolisian untuk menindaklanjuti laporan dugaan penggelapan dana.
Ketua DPRD Kota Pekalongan, M Azmi Basir menyatakan siap menampung aspirasi para nasabah ini. Pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait.
"Kita berkomunikasi dengan pemerintah provinsi, DPRD provinsi dan DPR RI, bahwa permasalahan BMT Mitra Umat ini, wilayahnya tidak di Pekalongan saja karena koperasi ini wilayahnya ada juga nasabah dan kantor di luar kota Pekalongan," katanya di hadapan para nasabah saat audiensi.
(afn/ahr)