Sejarah Stasiun Klaten: Jejak Perkeretaapian Zaman Kolonial dari Abad ke-19

Sejarah Stasiun Klaten: Jejak Perkeretaapian Zaman Kolonial dari Abad ke-19

Ulvia Nur Azizah - detikJateng
Kamis, 17 Okt 2024 09:00 WIB
Stasiun Klaten.
Penampakan bangunan depan Stasiun Klaten. Foto: Dok PT KAI
Klaten -

Sejarah Stasiun Klaten dimulai pada 9 Juli 1871 yang bertepatan dengan waktu peresmiannya. Stasiun yang terletak di tengah Kabupaten Klaten ini ternyata sempat menjadi bagian penting dari jalur perdagangan era kolonial.

Sebagai informasi, Stasiun Klaten saat ini berada di bawah pengelolaan PT Kereta Api Indonesia. Dikutip dari laman resmi PT KAI, Stasiun Klaten termasuk dalam salah satu stasiun di Daerah Operasional (Daop) 6 Yogyakarta.

Penasaran dengan sejarah Stasiun Klaten, detikers? Mari simak penjelasan lengkap yang dihimpun dari laman resmi PT Kereta Api Indonesia serta skripsi berjudul Transportasi Kereta Api dalam Pembangunan Kota Solo Tahun 1900-1940 oleh Auditya Martin NR berikut ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Stasiun Klaten: Dilalui Jalur Perdagangan Zaman Kolonial

Stasiun Klaten adalah salah satu stasiun kereta api tertua di Indonesia, yang dibuka pada tanggal 9 Juli 1871. Stasiun ini merupakan bagian dari jalur kereta api pertama di Indonesia, yang menghubungkan Semarang-Vorstenlanden (Solo-Jogja).

Pada masa itu, stasiun ini dibangun untuk mendukung perdagangan gula, yang merupakan komoditas penting bagi Hindia Belanda. Gula menjadi komoditas ekspor utama dan Klaten berperan sebagai salah satu pusat transportasi utama untuk pengiriman gula ke pasar Eropa.

ADVERTISEMENT

Bangunan stasiun ini terletak di Tonggalan, Klaten Tengah, Jawa Tengah, pada ketinggian 151 meter di atas permukaan laut. Dengan posisinya yang strategis, Stasiun Klaten tidak hanya melayani perjalanan antarkota, tetapi juga menjadi jalur penting bagi para pedagang dan masyarakat. Ketika pertama kali dibuka, Stasiun Klaten masih memiliki bangunan sederhana dengan atap pelana dan jendela besar yang merupakan gaya arsitektur khas zaman itu.

Pada masa awal pengoperasiannya, Stasiun Klaten melayani enam rute perjalanan kereta api. Di antara rute tersebut adalah perjalanan pulang-pergi antara Solo dan Jogja, serta perjalanan dari Semarang ke Jogja. Waktu tempuh dari Klaten ke Solo mencapai sekitar 45 menit, sedangkan perjalanan ke Yogyakarta hanya memerlukan waktu sekitar setengah jam.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ekonomi di Klaten semakin pesat. Dengan pertumbuhan industri perkebunan yang mendukung perdagangan gula, stasiun ini menjadi semakin vital dalam transportasi masyarakat dan barang. Stasiun Klaten pun menjadi salah satu tempat pemberhentian kereta api yang strategis, tidak hanya bagi perjalanan jarak jauh tetapi juga bagi penumpang kereta komuter.

Kini, Stasiun Klaten tidak hanya berfungsi sebagai perhentian kereta api, tetapi juga sebagai saksi bisu sejarah perdagangan dan pertumbuhan wilayah Klaten. Keberadaannya mencerminkan perjalanan waktu dan perkembangan masyarakat yang terus berjalan hingga sekarang.

Arsitektur Stasiun Klaten

Stasiun Klaten memiliki arsitektur dengan gaya khas zaman kolonial Belanda. Bangunan awalnya didesain dengan atap pelana yang sederhana yang lebih menekankan pada fungsionalitas. Dengan bukaan pintu yang lebar dan jendela krapyak, bangunan ini memiliki ventilasi yang baik. Teritisan atap panjang di sisi peron juga memberikan perlindungan bagi penumpang saat menunggu kereta.

Seiring dengan perkembangan dan perbaikan yang dilakukan, arsitektur Stasiun Klaten mengalami perubahan yang menambah nilai estetikanya. Setelah direnovasi pada tahun 1903, bangunan stasiun diperpanjang dengan fasad tengah yang lebih tinggi dan penambahan overkapping di sisi peron. Desain baru ini tidak hanya memperindah tampilan stasiun tetapi juga meningkatkan kenyamanan penumpang.

Pemugaran Stasiun Klaten dari Waktu ke Waktu

Sejak pertama kali berdiri pada 1871, Stasiun Klaten sempat mengalami beberapa kali pemugaran atau renovasi. Mari simak informasi selengkapnya di bawah ini!

1. Renovasi 1903

Pada awal abad ke-20, Stasiun Klaten mengalami renovasi besar-besaran. Salah satu perubahan besarnya adalah penambahan panjang bangunan, sehingga memberikan kesan lebih megah. Overkapping ditambahkan di sisi peron untuk melindungi penumpang dari cuaca. Gudang baru juga dibangun di sisi timur stasiun, mendukung kegiatan operasional di stasiun.

2. Pemugaran 1990

Pada 1990, stasiun ini kembali direnovasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Atap yang sebelumnya berbentuk pelana berganti atap prisma, sehingga tampilannya menjadi lebih modern. Selain itu, beberapa ruang dalam bangunan ditata ulang untuk meningkatkan fungsi dan kenyamanan pengguna.

3. Beautifikasi 2024

Saat ini, Stasiun Klaten menjadi salah satu fokus beautifikasi oleh Kementerian Perhubungan. Proyek ini bertujuan untuk mempercantik dan memperindah stasiun, serta meningkatkan kenyamanan penumpang. Ruang tunggu dan sirkulasi naik turun penumpang akan dioptimalkan yang akan meningkatkan menciptakan pengalaman perjalanan.

Demikian informasi lengkap mengenai sejarah Stasiun Klaten yang sudah berdiri sejak abad ke-19. Semoga bermanfaat!




(ahr/afn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads